"Aku, tidak mau berjanji selalu ada disisimu dan terus membahagiakan dirimu, sebab aku tak ingin melukai hatimu."
Di saksikan cahaya sinar senja yang menghias cakrawala Reza mengungkapkan isi hatinya, langit begitu indah tatapi senyum yang terbit di bibir Rena jauh lebih menakjubkan.
"Aku pernah merasakan pedihnya cinta tanpa balasan, sakitnya cinta tanpa harus memiliki. Kak Re, terimakasih sudah selalu ada di sampingku dikala semua orang menatap penuh kebencian, tatap jadi Kak Re yang aku kenal ya .... Mari kita rangkai sebuah cerita bahagia penuh warna dan cinta, kita ubah kisah persahabatan menjadi kisah romansa paling indah."
Terlalu banyak luka yang Rean tancapkan di hati Rena sementara Reza selalu mengulurkan tangan untuk menghapus airnya. Reza selalu baik sementara Rean sering menyakiti perasaan Rena tanpa ia sadari.
Rena telah berjanji akan berusaha mengikhlaskan Rean bersama siapapun gadis pilihannya dan menerima kehadiran Reza disisinya, perihal melupakan memang tak mudah. Namun seiring berjalannya waktu perlahan tapi pasti Rena sudah terbiasa tanpa adanya Rean bahkan Rena tak rindu lagi.
"Swara apakah kamu serius, ingin menghabiskan sisa hidupmu bersamaku?" Reza bertanya.
"Kak Re, ngajak aku menikah? Wih anjir gagal kawin sama Rean dapat calon suami ganteng bukan main, inikah yang dinamakan mati satu tumbuh seribu?" Rena, bercanda untuk mencairkan suasana agar tidak kaku seperti kanebo kering kisut.
"Aku serius, Rena Swara Arindu."
"Aku lebih serius Kak Re, kalau Kakak saja bisa melupakan Rani mengapa aku tidak bisa menghapus perasaanku untuk Rean? Jadi kapan kita menikah? Gak sabar bikin dede bayi deh."
Reza tersenyum, kebahagiaan menyapa. Meskipun Rena Swara Arindu bukan cinta pertamanya dia harap gadis itu mampu menjadi cinta terakhirnya.
"Ra, kamu sehat? Berobat yuk." Reza mengecek suhu tubuh Rena, pantas saja ucapan Rena sangat ngawur badan Rena hangat soalnya sepertinya Rena demam akibat terguyur hujan kemarin.
"Memangnya Kak Re punya duit hm?" Rena tau Reza tidak belum gajian dia sedang terkena penyakit kanker alias kantong kering.
"Kan bisa ngutang dulu." Rena tertawa mendengar ucapan Reza, dalam sekejap rasa sedih dihatinya memudar.
Langit jingga keunguan yang membentang talah sirna ditelan kegelapan malam, tugasnya sudah usai kini bintang dan cahaya rembulanlah yang menjadi saksi awal mula bersatunya dua hati yang terluka menyatu merangkai kisah cinta penuh rasa bahagia.
Baginya Rena Swara Arindu adalah senja yang keindahannya selalu dinantikan sementara kepergiannya selalu dirindukan berbeda dengan Rani yang seperti pelangi indah. Namun sesaat, Reza harap Rena selalu ada bukan hanya sebatas singgah lalu pergi lagi.
****
"Capat, tumbuh besar putri Ayah. Kamu cantik, pintar, memiliki suara merdu seperti ibumu. Ayah yakin kamu bisa menjadi orang sukses." perkataan Ayah terngiang dalam benak Rena, ia menangis tersedu air matanya tak berhenti berlinang.
"Mengapa, Ayah pergi sebelum aku sukses? Aku belum merasakan hangatnya kasih sayangmu tatapi mengapa Ayah sudah meninggalkan aku? " Rena menatap foto almarhum ayahnya di layar ponsel, dirinya tidak tahu jasad ayahnya sudah dimakamkan atau belum? Rasanya tidak percaya ibunya Rean yang begitu baik tega menghabisi nyawa orang lain?
"Om Aryo menyayangi kamu Ra, hanya saja dia tidak menunjukannya secara langsung, diam-diam dia membayar biaya sekolahmu tanpa sepengetahuan Tante Lastri, kamu sangat ingin belajar kan? Memang sikapnya seolah tak perduli padahal dalam hati kecilnya Om Aryo sangat mencintai putri pertamanya. Beliau sudah mengetahui satu fakta bahwa kamu bukanlah putri kandungnya sejak lama walaupun begitu rasa sayangnya terhadap kamu tak berubah."
"Kak Re, sejak kapan Ayah mengetahui hal itu? " Rena bertanya, kalau Aryo tahu dirinya bukan putrinya mengapa dia tak memberitahu Rena sejak awal?
"Sebab Om Aryo dan Ayahku ingin mencari buktinya terlebih dahulu, setelah hasil tes DNA menyatakan kamu adalah Putri kandung Tante Arina dan Om Azka, barulah Ayahmu mengatakan segalanya dia ingin melihat kamu bahagia bersama keluarga Rean. Om Aryo ingin membebaskan kamu dari rasa sakit tak berujung."
Kalau memang benar Ayah menyayangi Rena, lantas mengapa sikapnya begitu buruk memperlakukan dirinya sendiri pelayan yang harus menuruti kemauan Airin serta Bunda Lastri? Terkadang perkataannya mampu membuat semangat Rena patah.
****
"Rin, saya mohon maaf karena sudah menyakiti perasaan kamu," ucap Rean, dia tahu dari Saga bahwa Rena ada bersama Reza.
Rena yang sedang menikmati tiga porsi seblak ekstra ceker buatan calon suaminya mendadak tersedak tulang, hadirnya Rean di sini membuat selera makan Rena meningkat lantaran teramat kesal.
"Gue enggak mau mendengar bacotan lo Rean!!!" Rena melempar mangkok berisi air kobokan ke wajah Rean, kangen sih iya tapi ... Sikap Rean yang datang kembali tanpa rasa bersalah, Rena semakin sebal.
"Rin, saya hanya tak ingin kamu pergi saya tidak bermaksud untuk menghina atau mengatai kamu gadis matre yang gila harta."
Rena menghela nafas sebisa mungkin ia sabar, Rena teramat kecewa sebab Rean terlibat dalam tragedi tragis pembunuhan ayahnya yang begitu keji. Jika Rean benar tulus menyayangi ia tak akan membiarkan Arina menghabisi nyawa Aryo.
"Reanza, untuk apa meminta maaf jikalau lo selalu membuat kesalahan. Tidak semua masalah selesai dengan kata maaf."
"Segitu marahnya kah, kamu sama saya hmm?"
"Gue enggak marah Rean, gue hanya kecewa kenapa lo enggak cegah Tente Arin hah? Kenapa lo biarkan ibu kandung gue jadi pembunuh? JAWAB!!!" Amarah dan rasa sedih menyatu dalam derai air mata.
Rena sudah kehilangan ayah angkat yang begitu ia sayangi, Rena tak mau kehilangan ibu kandungnya juga. Bagaimana bila nanti Lastri marah tak terima suaminya dipermalukan seperti itu lalu beliau melapor pada pihak berwajib? Rena tidak sanggup membayangkan, sebab Rena juga ingin seperti anak lainnya, mendapatkan cinta dan kasih sayang orang tua yang selama ini ia dambakan.
"Orang yang berani menyakiti kamu harus musnah dari dunia, kehadiran mereka hanyalah sampah tak berguna."
Rean tidak sadar bahwa perilaku dan perkataannya juga sering menyakiti Rena.
***
Bersambung.
Masih mau lanjut gak nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||
Teen FictionKetika mulut bungkam tak sanggup lagi mengucap kata, biarkan tulisan sederhana ini akan berbicara, tentang luka, putus asa, dan perjuangan untuk menggapai cita-cita dan cinta. Cover by IG @Camoon.dsg