Tak terasa malam semakin larut disaat semua orang sudah terlelap Rena justru tidak bisa tertidur, pikiran negatif selalu datang mengusik. Rena sudah mengantuk dia lelah ingin beristirahat namun otak masih saja ramai, jam sudah menunjukan pukul 03.00 WIB sebentar lagi fajar tiba.
Rena bosan diam menatap benda di sekelilingnya, dia muak di kurung dalam penjara berkedok kamar. Rena ingin pergi jauh terbang tinggi menggapai semua mimpi tatapi orang lain selalu berkata tidak akan mampu, semangat Rena kembali patah."DASAR KAMU TIDAK BECUS MENGURUS ANAK."
Teriakan ayah kembali mengusik Rena, air mata berlinang membasahi pipi, menyakitkan ketika Rena melakukan kesalahan. Namun bunda yang selalu disalahkan, Rena merasa kehadirannya hanya membuat orang tua terjebak dalam masa sulit.
"Rena merokok aku yang disalahkan, Rena ikut tawuran aku yang disalahkan, kamu juga salah Mas, karena gak bisa mendidik anak kamu sendiri."
Ayah dan bunda bertengkar bertengkar Rena hanya bisa pasrah, frustasi, depresi dan hampir mati. Rena tak sanggup lagi menahan semua luka Rena nekat bunuh diri, lebih baik pergi daripada hidup pun tidak berarti.
Urat nadi Rena hampir putus, gadis itu terkapar berlumur darah, tubuhnya dihiasi luka goresan benda tajam namun tatap saja dia masih mampu untuk bertahan.
"Astaga Rena!" Suhut Jasmine sahabat baik Rena yang datang berkunjung, ayah dan bunda langsung menatap Jasmine dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Jasmine ada apa? Mengapa dini hari begini datang berkunjung?" kehadiran Jasmine berhasil membuat pasangan suami istri itu berhenti bertengkar.
"Om, Tante, Rena kenapa?" Mata Jasmine berkaca-kaca melihat kondisi sahabatnya yang begitu mengenaskan, Jasmine bingung apa yang sebenarnya telah terjadi? Melihat Rena seperti ini rasanya mustahil sebab yang Jasmine tahu Rena adalah sosok gadis ceria dan manja.
Orang tua Rena pun terkejut dengan kondisi putrinya, bunda tak kuasa manahan tangis sementara ayah diam saja. Tanpa mereka sadari merekalah yang telah menghancurkan mental putrinya sendiri.
Tiada orang tua yang tidak mencintai buah hatinya, namun terkadang perkataan orang tua lah yang membuat semangat anaknya patah.
****
"Aku ingin mati! Katakan padaku Melati? Bagaimana caranya agar aku lenyap dengan cepat," ucap Rena yang baru saja sadar, kondisinya sudah membaik sebab bunda sudah mengobati lukanya.
"Jangan bicara seperti itu, hidupmu masih panjang, kalau ada masalah jangan dipendam sendirian ceritakan saja padaku."
Tindakan Rena sangat diluar dugaan, ayah, bunda serta Jasmine masih tidak menyangka dengan apa yang mereka lihat saat ini, kamar yang biasanya bersih dan rapi kini sangat berantakan tak karuan darah berceceran, helai rambut serta pecahan kaca berserakan dilantai, tulisan isi jiwa tentang luka putus asa tertulis di tembok dengan darah Rena sendiri.
"Rena jangan melakukan hal bodoh seperti itu lagi Nak, kita tidak ingin kehilangan kamu." bunda memeluk erat putrinya.
****
Jasmine mengajak Rena untuk berjalan-jalan pagi, tak terasa pula kini sudah siang. Jasmine mengajaknya pergi ke beberapa tempat yang sebelumnya tak pernah Rena kunjungi.
Wajah pucat Rena ditutupi oleh make up yang lumayan tebal sehingga Rena terlihat jauh lebih tua dari usianya, walaupun begitu pesona indah parasnya tatap terpancar. Rena tatap cantik.
Awalnya Rena enggan merapihkan rambutnya di salon, dia risih jikalau ada orang yang menyentuhnya walaupun orang itu perempuan. Tatapi karena ada Rean di tempat itu Rena betah berlama-lama sebab bisa melihat Rean dari kejauhan, entah tujuan Rean di tempat ini itu apa?
"Rena kamu cantik, ku yakin kamu pasti bisa mendapatkan cintanya Rean, semangat karena cinta wajib di perjuangkan."
Sebenarnya Jasmine menyimpan dendam terpendam, dirinya iri lantaran Rena bisa dekat dengan cowok yang ia cintai. Jasmine selalu iri dengan apa yang Rena miliki.
"Mimin, Rean sudah memiliki kekasih aku tidak mau jadi pelakor."
"Nana buaya, dengerin ya, sebelum janur kuning melengkung siapapun bebas nikung. Yaudah ya, aku ada urusan mendadak, bisa pulang sendiri kan?" perkataan Jasmine penuh kepura-puraan dia tak akan pernah membiarkan Rena bahagia.
"Bisa Kok, hati-hati ya Min."
Jasmine sengaja meninggalkan Rena sendirian dijalan sepi agar ada seseorang yang menyakiti Rena, sudah banyak sekali kasus kriminal di jalan ini, dari bekal sampai pelecehan seksual. Jasmine berharap Rena celaka.
****
Rena berjalan tak tentu arah, dia malas pulang ke rumah, beruntung dia bertemu dengan Rean.
"Hai, sendirian saja? Mau saya antar pulang?" tanya Rean, sepertinya cowok itu tidak mengenali Rena mengingat penampilan Rena yang jauh berubah.
"Eh Rean, boleh gue capek nih jalan pengal banget Si Mimin tega meninggalkan gue sendiri."
"Kamu siapa ya? Saya seperti pernah bertemu denganmu tapi dimana? Saya lupa."
"Gue Rena, calon istri masa depanmu, masa lupa sih."
"Hah?" Rean menatap Rena dari ujung rambut sampai Kaki dia masih belum percaya gadis cantik yang di hadapanya adalah Rena, sebab Rena yang ia kenal rambutnya panjang wajahnya polos dan manis.
****
"Ren, kamu ada masalah apa? Ceritakan saja, saya siap mendengarkan kok."
Rean dan Rena duduk dibawah pohon rindang, suasana tempat ini sepi hanya ada mereka berdua, Rena sangat merindukan Rean dia sangat ingin memeluk cowok itu.
Rean selalu berhasil merubah air mata menjadi tawa bahagia, Rena berhadap Rean selalu di sisinya sepanjang waktu.
"Apaan sih enggak!"
"Jangan bohong Ren, saya tahu setiap kamu ada masalah kamu selalu memotong rambutmu sendiri."
"Hahaha selamat anda mendapatkan satu juta rupiah, kok tau sih elo peramal ya."
Rean diam dia tidak merespon ucapan Rena, dia malah menatap Rena terus.
"Rean elo kenapa sih? Lihatin gue gitu banget kenapa gak cocok ya gue potong rambut pendek, jelek mirip dora kah? Atau karena make up gue cemong?"
"Gak kok kamu cantik."
"Baru nyadar gue cantik sejak lahir tahu."
"Kamu kalau lagi emosi jangan melakukan tindakan gila, itu hanya merugikan diri sendiri, paham?"
"Ya kemarin gue kebablasan hehehe."
Rena meleleh mendengar pujian dari Rean, berada di dekat Rean membuat Rena melupakan sejenak masalah yang sedang ia hadapi.
Seolah Rean adalah obat yang mampu menyembuhkan luka hati Rena.
****
Sekian dulu.
Maaf kalau ceritanya gak sebagus Author lain.
Kritik dan saran di persilahkan 🥺
Pojokan kamar 20 september 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||
Teen FictionKetika mulut bungkam tak sanggup lagi mengucap kata, biarkan tulisan sederhana ini akan berbicara, tentang luka, putus asa, dan perjuangan untuk menggapai cita-cita dan cinta. Cover by IG @Camoon.dsg