Flashback 2005.
Impian Arina sederhana ingin menikah memiliki keluarga kecil bahagia. Membangun bahtera rumah tangga tak bisa dijalankan dengan sembarangan orang, salah memilih pasangan, hidup hancur berantakan.
"Mas, aku pengen makan yang asem-asem," ucap Arina ia sangat ingin makan mangga semenjak hamil entah mengapa ia lebih suka makanan bercitarasa asam pedas.
"Beli saja sendiri, memangnya kamu tidak mempunyai tangan dan kaki hah!?" Aryo membentak Arina, ia menangis tersedu, jika memang Aryo tidak mencintainya setidaknya jangan bersikap kasar sebab hati Arina sangatlah rapuh.
"Tapi aku maunya kamu yang belikan Mas, memangnya kamu mau anak kita pas lahir ileran hm."
"Aku tidak perduli, lagipula belum tentu bayi dalam kandunganmu adalah anakku, dasar perempuan murahan enggak tahu diri biasanya hanya menyusahkan!!!"
Sejujurnya ia tidak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya, Arina sangat ingin memilki anak tatapi Aryo tidak sudi menyentuhnya terkadang ia bercinta dengan Azka terkadang pula bersama pria lain.
"Mulutmu yang murahan, dasar laki-laki brengsek sudah tahu punya istri cantik masih aja mau nikah sama gadis rendahan, kalau tidak mau membelikan aku rujak mangga yasudah tak usah menghinaku!!! " Arina kesal dia langsung pergi keluar rumah untuk mencari apapun yang dia inginkan.
Jika didepan Ibu mertua Aryo mengakui bahwa Arina sedang mengandung anaknya, Aryo berjanji akan menyayangi serta mencintainya tatapi apalah daya janji hanyalah sekedar ucapan semata.
****
"Apa cerai? Kau tidak berhak untuk menceraikan anakku, terserah kau ingin menikah lagi dengan gadis manapun asalkan Fani terus bersamamu!!!"
Tamparan keras dari ibu mertuanya, membuat Azka meringis kesakitan. Sudah satu tahun menjalani bahtera rumah tangga tatapi belum ada cinta yang tumbuh di hati Azka maupun Syefani, setelah bayi mereka lahir Syefani bersikeras untuk berpisah dan menyerahkan anaknya pada Arina, sebab ia sadar tak sanggup menjadi ibu serta istri yang bertanggungjawab.
"CUKUP JANGAN PUKUL MAS AZKA!!! Aku yang ingin berpisah, aku tidak mau lebih lema terjebak dalam hubungan tanpa cinta lebih lama."
"Lupakan impianmu untuk menjadi artis ternama akting saja tidak becus tidak usah belagu kamu jadi orang, fokus saja dengan hidup barumu, sudah beruntung memilki suami tampan dan kaya raya, setelah bercerai memangnya mau kemana? Jangan harap aku akan mengizinkan kau tinggal disini! "
"Mengapa Ibu bicara seperti itu? Apa aku ini bukan putri kandungmu? Mengapa Kak Sandy boleh kuliah sementara aku ingin sekolah saja tidak mendapatkan support, Ayah dan Ibu malah memaksa ku menikah diusia muda. KALIAN TIDAK ADIL!!!" Syefani dikuasi emosi, ia membanting apapun yang ada di sekitarnya.
"Ya kamu memang anak kandungku. Anak yang sangat bodoh diberi kebahagiaan malah memilih penderitaan. Anak perempuan buat apa sekolah tinggi toh pada akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga mengurus anak dan suami."
Pemikiran orang tua Syefani begitu kuno, memangnya mengapa jika perempuan memiliki pendidikan tinggi tatap berakhir menjadi ibu rumah tangga? Belajar memang tak menjamin hidup sukses bergelimang harta, tatapi dengan belajar kita akan mendapatkan pengalaman dan ilmu yang bermanfaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||
Teen FictionKetika mulut bungkam tak sanggup lagi mengucap kata, biarkan tulisan sederhana ini akan berbicara, tentang luka, putus asa, dan perjuangan untuk menggapai cita-cita dan cinta. Cover by IG @Camoon.dsg