32. Ikhlas menerima keadaan.

88 33 140
                                    

           "Mengapa Tante tega membunuh ayahku? Padahal niat beliau ingin meminta maaf." Air mata Airin tumpah dia menangis tersedu, kesedihan hati tak kuasa di bendung lagi.

Arina diam saja memohon maaf atas perbuatannya percuma saja dia tidak bisa menghidupkan Aryo kembali, menyesal juga tiada artinya hal itu tak akan bisa merubah keadaan.

"Sudahlah Airin lebih baik kita pergi yang paling penting Ayahmu sudah dimakamkan, jangan buat keributan yang memperumit keadaan." Lastri mencoba untuk meredam emosi Airin agar putrinya tidak berbuat nekat, Lastri takut keluarga Azka akan menyakiti Airin.

"Tapi Bunda, Wanita kejam tak punya hati telah menghabisi nyawa Ayahku gara-gara dia Aku kehilangan sosok Ayah dan Bunda kehilangan suami. AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANNYA HIDUP BAHAGIA!!!"  balas dendam, hanya itu yang ada dalam benak Airin saat ini.

"Saya mewakili Ibu Saya minta maaf atas semuanya, jujur Bunda Arin sangat menyesal sudah menghabisi nyawa mantan suaminya dengan begitu keji, tatapi Airin, ibu mana yang akan terima jika putri semata wayangnya disiksa habis- habisan  bahkan dijual? Katakan Ibu mana yang tidak sakit hati?" Rean sangat tahu tindakan Ibunya salah, ratusan kata maaf tak akan bisa menghidupkan jasad yang sudah terkubur dan mengajak Rena pulang agar terus ada disisinya.

"Bunda mohon sama kamu Airin, ikhlaskan Ayahmu pergi, biarkan seorang ibu serta putrinya bersama jangan menghukum mereka lagi, bukankah karena perlakuan buruk kita selama ini membunuh Rena perlahan lahan? Daripada membuang waktu untuk balas dendam lebih baik kita memperbaiki diri dan membuka lembar baru, agar hidup kita tenang Nak."

Arina bersimpuh di kaki Lastri dia juga membawa pisau yang baru saja diasah, kala pikiran sedang keruh terkadang ia bisa bertindak nekat bahkan lebih dari sekedar membunuh Arina mampu bertindak gila bahkan lebih kejam, kematian Aryo sama sekali tidak membuat dia bersatu kembali dengan putrinya, justru Rena malah semakin menjauh dari jangkauan.

"Kalian ingin balas dendam? Lakukan padaku!!! Ambil pisau ini kalian boleh menghabisi nyawaku, aku ikhlas memang semuanya salahku aku telah merebut suamimu untuk selamanya." Arina pasrah jika ia mati ditangan Istri serta putrinya Aryo, hati Arina sakit ketika Rena menganggap dirinya sudah mati.

"Aku sudah ikhlas menerima keadaan, Mbak sama sekali tidak bersalah Martuaku sudah menjelaskan segalanya, beliau yang menipu Mbak agar mau menikahi suami saya. Kematian Mas Aryo bukan karena Mbak, tatapi Takdir bukankah setiap insan sudah mempunyai kisahnya sendiri? Mbak tak perlu khawatir saya akan membujuk Rena agar dia mau nerima Mbak sebagai Ibu kandungnya. Berkat didikan Aryo yang kejam putrimu memiliki mental baja dan mudah maafkan, hatinya begitu baik."

"Bunda ayo kita pulang, aku tidak ingin balas dendam walaupun mereka sudah menghancurkan impianku, sejak kecil ketika Ayah dan Bunda bertengkar aku takut kalian berpisah, tatapi sekarang takdir yang memisahkan orang tuaku, impianku untuk memilki keluarga lengkap dan harmonis tidak akan pernah tergapai, sudahlah." Airin menggenggam erat tangan Lastri lalu mereka berdua beranjak pergi.

Setiap manusia memilki sisi baik dan buruk, yang bisa ditunjukan kapan saja.

Orang paling jahat dalam kisah hidupmu bisa jadi dia adalah orang paling baik dalam cerita orang lain.

Manusia memang begitu sering memakai topeng.

Yang baik tak selamanya baik.

Yang jahat belum tentu bisa berubah Menjadi orang baik.

****

           "Aku, masih sinting, dijamin masih sinting. Asekk digoyang brooo." Rena bertingkah layaknya orang tidak waras, dia menari di atas ranjang, suara indahnya menggema.

"Swara, disuruh istirahat malah konser dadakan." Reza manarik tangan Rena, tingkah lakunya sejak kecil tidak pernah berubah, hal itu membuat Reza gemas.

"Kak Re, kenapa masuk kamarku cuma pakai celana kolor polkadot hah? Mataku jadi ternodai tahu, " ucap Rena dia melempar bantai guling bau iler ke wajah Reza.

Rena tidak tinggal di rumah Reza melainkan kontrakan sederhana yang dia sewa, untung saja pemilik kontrakan berbaik hati membolehkan Rena tinggal padahal belum membayar uang sewa. Rena bingung bagaimana caranya mendapatkan uang dengan cepat.

"Ambil kecoa dari rambut kamu." Reza mendekati Rena.

"Jangan sentuh aku, Kak Reee."

Lucu tatapi Reza tatap manahan diri agar tidak menyentuh Rena.

****

          "Kita, putus Al, gue enggak bisa menjalin hubungan dengan gadis licik seperti lo!!!" Saga sudah mengetahui segalanya, bahwa dia berkerjasama dengan Jasmine untuk menyingkirkan Rena, siapapun yang berani menyakiti Rena, Saga tidak akan tinggal diam.

"Hah, putus? Memangnya kita pernah jadian? Jangan bicara ngaco deh!"

"Jadi hari itu saat gue dengan begitu tulus mengungkapkan perasaan, lo enggak menerima gue Al?"

"Aku menyesal sudah menaruh rasa sayang untukmu, Saga. Pergi jangan pernah datang kedalam hidupku lagi!!!"

Alka kesal mengapa kini orang terdekatnya membela Rena, apa bagusnya gadis itu? Cantik saja tidak tatapi mampu membuat kedua sahabatnya tergila-gila.

"Tanpa lo minta gue tidak akan pernah sudi mengenal lo lagi Al, gue ikhlas menerima keadaan jikalau Alkavia Insani tidak mungkin pernah menjadi milik gue. Mulai sekarang gue enggak akan perduli lagi mau lo pergi keluar negri bahkan kalau pengobatan lo di sana gagal gue bodoamat. Makasih sudah mau manjadi sahabat gue selama ini, gue pamit pergi."

Ketika perjuangan tak dihargai lebih baik angkat kaki.

****

Bersambung

Semangat menjalani sisa hari ini.

Jumpa lagi...

𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang