38. Harus tatap kuat.

87 17 68
                                    

               Pikiran negatif menghantui hati, Rena hanya butuh teman untuk berbagi kisah tatapi Reza terlalu sibuk berkerja sampai tak ada waktu untuk menemaninya. Bosen diam sendirian Rena memutuskan untuk menemui Rean.

"Kenapa rambutnya dipotong lagi Rin? Padahal kalau panjang lebih cantik." Rean tersenyum adiknya sangatlah cantik ia mencubit pipinya kerena gemas.

"Hm ... Pelampiasan otak gue mumet!!!"

"Ada masalah apa? Ceritakan saja siapa tahu saya bisa membantu."

Matanya sembab seperti habis menangis sepanjang malam, Rean tidak mengerti sebenarnya Rena kenapa? Ada masalah apa? Gadis itu selalu enggan untuk bercerita. Rean jadi bingung sendiri.

"Sudah tidak usah membahas masalah gue, lo enggak akan paham soalnya!"

Rena sangat ingin kuliah tatapi jalan untuk menggapai impiannya terlalu berliku, mencari pekerjaan, lanjut sekolah paket, buka usaha sendiri, daftar kuliah orang lain sudah lulus Rena baru memulai itupun jika jalannya mulus tanpa hambatan. Masalah ini yang membuat Rena stres dan kehilangan semangat hidup.

Menceritakan keluh kesahnya belum tentu ada yang paham maka dari itu lebih baik ia bungkam dan melampiaskan kesedihan dengan caranya sendiri.

"Kamu lemes bangat sudah makan? Saya ambilkan ya? "

"Belum disuruh ayang, jadinya gue belum makan."

"Memangnya ayang kamu kemana hm?"

"Sibuk kerja akhir-akhir ini Kak Re jarang ada waktu luang."

Keputusannya menemui Rean tidak buruk, Rena jauh lebih baik jujur terkadang Rena merindukan saat-saat bersama Rean mengingat dulu mereka sangatlah dekat.

"Rin, kamu serius hamil?" Rean bertanya sampai detik ini dia tidak percaya adiknya sedang mengandung sebab ia tahu Rena pandai menjaga diri dan Reza tak mungkin tega merusak masa depan gadis yang ia sayangi setulus hatinya.

"Gue enggak hamil." Rena sudah menggodanya sedemikian rupa. Namun Reza biasa saja ia malah menghindari Rena terus saat sedang berduaan di rumah.

"Pernah diapain aja sama Bang Reza?" Lama kelamaan Rena kesal, Kakaknya terlalu banyak bertanya.

"Dipeluk dari belakang pas  lagi masak, tidur bareng, cium kening sama pipi dah gitu doang."

"Serius tidur bareng dalam satu kamar?"

"Gue takut gelap pas itu mati lampu makannya Kak Re temani gue tidur, lagian cuma tidur seranjang berdua enggak melakukan hal yang iya iya."

"Sayang bangat ya, sama Bang Reza?"

Rena tersenyum ia memang teramat menyayangi Reza bahkan lebih dari sekedar cinta. Rena selalu ingin terus bersama Reza selamanya.

"Aku sayang Kak Re, sebelum kita bertemu bisa dibilang cinta pertama aku ya dia Reza Cakrawala alam bukan kamu hahaha."

"Kalau kamu bicara seperti itu terdengar aneh ditelinga saya, tembem lembut biasanya bar-bar."

"Mau jadi adik yang baik hehehe."

****

          Jadi manusia itu susah ya, masalah dateng terus tanpa pamit dan permisi, diharuskan untuk enggak menyerah sama keadaan walau fisik dan hati ini capek.

Sudah berusaha untuk tidak perduli tatapi hinaan yang menikam tetaplah menyakitkan, lelah terus bertahan ingin menyerah tatapi Rena terlalu takut perjuangannya berakhir sia-sia.

Menangis tanpa henti, menyesali yang telah terjadi tidak merubah keadaan, memang pada dasarnya tiada manusia yang hidupnya baik-baik saja cobaan selalu datang menghampiri berat atau tidaknya beban yang dipikul hanya diri sendiri yang tahu.

"Rean, aku mohon lepasin!" Rena kaget sebab Rean tiba-tiba memeluknya, dulu pelukan itu terasa hangat tatapi sekarang Rena malah risih.

"Sulit bagiku untuk melepaskan kamu, Rin." Pelukan yang Rean berikan semakin erat lama kelamaan Rena menikmati setiap sentuhan yang Rean berikan aroma tubuhnya membuat Rena benar-benar terpikat.

"Reanza ingat ya, kita saudara kandung ayah kita sama."

"Saya tahu, Rin. Tatapi memangnya salah jika seorang kakak memeluk adiknya sendiri? Saya rindu kita yang dulu Rin."

"Oke makasih berkat pelukan lo yang berhasil nafas gue sesak, gue jadi jauh lebih baik."

Kebersamaanya dengan Rean membuat Rena melupakan satu hal, ia belum menutup warung Rena juga belum masak. Rena malas untuk pulang sebelum Reza sampai ke rumah itu sebab Rena muak mendapat cibiran dari Tante Amanda, ibunya Reza.

"Kok ngomongnya lo gue lagi sih? Oh iya kamu ada masalah apa? Cerita doang jangan membuat saya khawatir!"

Rena tertawa, kakaknya ini sejak dulu tak pernah berubah selalu memaksa mau tidak mau Rena harus mengutarakan isi hatinya pada Rean.

"Lo menyebalkan soalnya! Hm gue enggak kenapa-napa cuma cepek denger cacian dari mulut sampah mereka."

"Untuk membungkam mulut mereka kamu mau tidak menerbitkan salah satu karyamu di Reana Publisher."

"Kok nama penerbitnya lucu siapa sih CO nya?"

"Ayah kita siapa lagi Rin, dia gabut makannya bikin bisnis baru sejauh ini baru ada tiga novel yang sudah diterbitkan."

"Ah elah terkadang gue lupa gue anaknya siapa? Orang tua gue kan kaya raya ngapain pusing mikirin ini itu haha kocak bangat si, alur hidup gue hahaaha."

"Kamu tidak perlu khawatir Reza sudah mendaftarkan kamu ke sekolah baru kan? Tenang saja tidak usah pikirkan soal biaya Ayah yang akan menanggung kamu sangat berhak atas semua kemewahan ini Rin, tidak usah mendengarkan apa kata orang oke?"

"Gue mau punya usaha sendiri kalian akan support gak?"

Jujur Rena tidak membutuhkan harta yang ia mau hanyalah kasih sayang serta dukungan dari orang di sekitarnya.

****

        "Rindu sayang kamu mengenal Reza?" Bunda Arina bertanya, Rena bahagia bisa bertemu dengan orang tua kandungnya meskipun dalam hati Rena kecewa.

Rena dihantui rasa takut kehilangan, Rena harap ibu kandungnya tak bertindak gila lagi, sebab pembunuhan adalah tindak kriminal bagaimana jika Bunda Arina tertangkap? Rena tidak mau berpisah dengannya lagi.

"Kak Re, sahabat masa kecil aku sebentar lagi kita akan menikah."

Syefani, Azka, dan Arina saling pandang mendadak susana menjadi hening sesaat, apa mereka tak salah mendengar? Mengapa gadis belia yang usianya belum genap  tujuh belas tahun sudah memikirkan tentang pernikahan?

"Serius nikah kan awal dari masalah baru, Rin." Syefani tidak mau kejadian masa lalu terulang lagi.

"Aku bosen jomblo terus mau nikah aja, direstui atau tidak aku akan tatap nikah!!!" Rena kesel orang tua kandung ataupun angkat sama saja selalu menentang keinginannya.

Rena pergi begitu saja, ia malas terus berada disini mod baiknya hilang entah kemana suasana hati Rena memburuk.

****

To be continue

Next nya kapan kapan ya, jumpa lagi.



𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang