"Rean, Bunda ingin bicara sama kamu Bunda lihat akhir-akhir ini kamu jarang bersama Alka, apakah kalian sedang ada masalah?"
Arina terharu melihat putra kecilnya sudah beranjak dewasa, Rean sudah mengenal cinta. Gerak gerik Rean sudah terbaca olehnya, Rean suka tertawa tersenyum bahagia saat menjawab telpon dari gadis yang tak Arina kenal.
"Pacaran tidak harus terus berduaan kan Bun? Dunia Rean bukan hanya tentang Alka, Rean mempunyai teman dan hobi."
"Termasuk punya gadis idaman lain? Beberapa hari lalu Bunda melihat kamu berduaan dengan gadis itu dibawah pohon, Alka sedih loh Re, hari itu jadwal Alka cuci darah tapi kamu malah sibuk selingkuh."
"Maaf Rean lupa. Tatapi sumpah demi apapun Rean tidak pernah selingkuh Rean sudah janji kepada seseorang tak akan menduakan cinta Alka, Rean akan selalu ada untuk Alka."
"Bunda jadi penasaran siapa sih? Yang bikin anak Bunda lupa waktu, senyum-senyum tidak jelas, tertawa saat melihat layar handphone, tidak biasanya kamu bersikap seperti ini?"
Arina bukanlah ibu kandung Rean, tatapi kasih sayang dan cintanya begitu tulus. Rean merasa sangat beruntung memilki ibu sebaik Arina.
"Rean hanya menemani Rindu, Bun. Dia terjebak dalam masalah yang begitu rumit, Rean hanya ingin menghibur dia."
"Oh namanya Rindu, apa yang membuat kamu perduli sama dia? sampai-sampai kamu lupa Alka sedang berjuang antara hidup dan mati."
Rean tahu Rena sedang mengalami titik terendah dalam hidup, tidak ada satu orang pun yang perduli, Rean hanya ingin mendukung Rena, memberinya perhatian agar kondisinya bisa sedikit membaik.
"Rean tidak mau kehilangan Alka, Rean tau nyawa Alka dalam bahaya Rean yakin dia gadis kuat. Rean yakin Alka pasti bisa sembuh, walaupun Rean tidak ada di sampingnya tatapi setidaknya masih banyak yang mencintai Alka, Om Afrian, Tante Resya, teman-teman Alka yang begitu menyayanginya."
"Apakah masalah Rindu jauh lebih penting dibandingkan dengan kekasih kamu Rean?"
"Hidup Rindu hancur berantakan, dia selalu di siksa olah orang tuanya sendiri, Rindu mengalami depresi berat sering kali dia menangis dibawah derasnya hujan. Rindu sendirian Bun, tidak ada satupun yang perduli dengan kondisinya."
Mendengar nama Rindu, Arina mendadak teringat dengan putrinya yang hilang entah mengapa hati Aruna teriris mendengar cerita Rean tentang kondisi Rena.
"Rean tolong pertemukan dia dengan Bunda ya, Bunda ingin memeluknya."
"Bun, Rean bingung disaat Alka ingin hidup lebih lama, Rindu malah ingin mati, berulang kali dia mencoba untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Kalau saja saat itu Rean tidak ada mungkin dia sudah tiada, Rean tidak ingin kehilangan dia."
Air mata Rean mengalir begitu saja, dia tak kuasa menahan tangis. Hati Rean lemah saat melihat Rena menyakiti dirinya sendiri, Rean terlalu takut kehilangan gadis itu.
"Kamu begitu sangat mencintai Rindu, sudahlah Rean lebih baik kamu putuskan hubungan dengan Alka, Bunda mengerti perasaan sayang kamu untuk Alka hanya sebatas adik dan Kakak, Bunda rasa Alka juga begitu."
"Rean bingung sama perasaan sendiri, satu sisi Rean sayang Alka, di sisi lain Rean tidak ingin kehilangan Rindu. Alka sakit gagal ginjal, sementara Rindu depresi berat, Rean ingin mendukung mereka berdua, tatapi boleh tidak Rean memproritaskan Rindu dulu, kalau bukan Rean yang mendukungnya lalu siapa lagi?"
Rean tidak akan membiarkan Rena berjuang sendirian, dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri akan terus menjaga Rena dan selalu ada untuknya.
"Yasudah Re mandi dulu sana, istirahatkan pikiran kamu, kalau anak Bunda yang tampan ini sakit siapa yang akan menjaga Rindu dan Alka? Kamu sudah bau tai kucing tau ketek kamu juga bau terasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||
Подростковая литератураKetika mulut bungkam tak sanggup lagi mengucap kata, biarkan tulisan sederhana ini akan berbicara, tentang luka, putus asa, dan perjuangan untuk menggapai cita-cita dan cinta. Cover by IG @Camoon.dsg