"Lepaskan gue bangsat!!!" Jeritan tangis gadis itu menggema menciptakan melodi nyanyian yang teramat merdu untuk didengar, Rena tanpa henti memukulinya.
"Dulu gue bersujud di kaki lo memohon ampunan, tatapi apa? Lo tatap bully gue! Jangan harap lo bisa lepas dari jeratan gue Naira Hafa!!!" Menindas orang ternyata seru juga, Rena tertawa puas.
"Jadi calon istri dari YouTubers ternama kelakuannya seperti iblis? Gue akan menghancurkan lo Rena, lihat saja."
Manusia munafik memang seperti itu hobi memutarbalikkan sebuah fakta merasa tersakiti padahal ia lah pelaku kejahatan utama. Rena hanya ingin bersenang senang ia tidak perduli jika Naira menyebar keburukan tentangnya.
"Aw atut ancamannya bikin aku merinding hahahaha. Lo mau menghancurkan gue? Silahkan! Tatapi sebelum rencana lo berhasil nyawa lo sudah melayang gimana doang?"
Tubuh Naira gemetaran keringat bercucuran kala Rena menggores urat nadinya memakai pisau yang tidak tajam sebetulnya. Rena tak kuasa manahan tawa mungkin Naira pikir Rena serius dengan ancamannya.
"Silahkan lo bunuh gue, setelah itu masuk penjara lo enggak bisa hidup bahagia sama Reza hahaha." Naira heran mengapa Rena mengikatnya di pohon, entah apa yang Rena hendak lakukan ia pun tidak tahu.
"Hmm bener juga, pasti gue akan masuk penjara," ucap Rena seraya mengeluarkan silet serta gunting dari tasnya.
"Daripada lo menyiksa gue begini, lebih baik ke hotel milik orang tua lo sana! Jangan biarkan Rani merebut Reza dari pelukan lo."
"Watdepuk jadi Rani pelakor? Dasar gadis sialan." Rena panas awalnya Rena tidak percaya tatapi saat ia membuka pesan dari nomer yang tidak dikenalnya hati Rena tersayat sayat bisa-bisanya Rani dan Reza berduaan di dalam kamar hotel.
"Lepaskan gue, Rena!" Naira puas melihat mata Rena berkaca kaca, usahanya untuk menghancurkan hubungan Reza dan Rena berhasil.
"Lo jelek, enggak pantas mendapatkan cintanya Rean, gue lepaskan lo? Jangan mimpi!" Rena menyayat pergelangan tangan Naira, darah segar menetes aroma anyir samar samar tercium. Naira menangis histeris.
"Sakit, salah gue apa sampai lo berbuat kejam begini hah?"
"Lo lupa pernah menghina gue habis-habisan? Lo pernah menyiksa gue bahkan lebih parah dan sekarang lo mencoba menghancurkan hubungan gue dan Reza. Lo harus merasakan apa yang pernah gue rasakan!"
"Mau lo apa sih?"
"Rambut panjang lo jelek gue mau potong hmm."
Rena memotong rambut Naira asal-asalan Naira tak bisa melawan ia pasrah rambut yang semula panjang hitam legam dan bergelombang kini pendek potongan rambutnya tak tapi tangisan Naira makin menjadi.
"Jadi begini rasanya di bully? Sakit bangat." Naira bersumpah dia tidak akan pernah melakukan tindakan yang merugikan orang lain lagi.
Terkadang pilihan untuk diam lebih baik, diam bukan lemah diam berarti kalah. Namun ada saatnya pemberi pelajaran juga perlu agar orang lain tidak bertindak semena -mena.
Kini Naira telah menyadari kesalahannya, walau Naira berubah menjadi pribadi yang lebih baik hal itu tak akan menghilangkan memori buruk yang udah tertanam di hati Rena sebab luka hati begitu sulit untuk di sembuhkan.
****
"Jadi begini kelakuan kamu di belakang aku? DASAR COWOK BRENGSEK!!!" Rena mengamuk ia melamar apapun yang ada di sekitarnya Rena tidak suka ia tidak terima Reza tergoda dengan pesona gadis lain.
"Ra, ini enggak seperti yang kamu lihat aku dan Reza kerja." Cuma kerja katanya Rena semakin marah, Rena melempar pisau tajam ke arah Rani. Rena menjambak rambutnya sendiri lemparannya tidak tepat sasaran.
"Swara, aku bisa jelaskan." Reza memeluk Rena dengan harapan bisa meredam emosinya.
"Kak Re, mengapa kamu tega mengkhianati aku? " Rena terisak ia tak sanggup menahan air matanya agar tidak menetes Rena menangis tersedu.
"Hubunganku dan Rani sebatas teman serta partner kerja, percaya sama aku rasa cintaku hanya untuk kamu Rena Swara Arindu."
"Bohong, Kak Re sejak awal enggak pernah cinta kan sama aku?"
"Hubungan yang tidak didasari oleh kepercayaan tidak akan berakhir dengan baik, jadi aku mohon kamu percaya sama Reza dia tulus mencintaimu sedikitpun Reza tidak berniat untuk menyakiti kamu."
"Ya, percaya kok hehehe gimana akting aku bagus enggak?" Senyum manis di bibir Rena telah kembali, Rena percaya kalau benar Reza tulus mencintainya dia tidak mungkin selingkuh.
"Za, pacar lo kebangetan bangat sih? Jantung gue mau copot pas dia sengaja lempar pisau ke arah gue, tau ah kesel. Gue mau pulang aja." Rani melangkah pergi meninggalkan Rena dan Reza berdua disini.
****
Rindu itu berat, memperhatikannya dari jauh itu menyakitkan dan melihatnya tanpa bicara itu sangat memilukan jujur Rena sangat merindukan Reza.
"Aku takut mencintaimu, takut kamu pergi meninggalkanku lagi, takut kamu bilang sayang. Namun pada akhirnya menghilang."
Reza masih memeluk erat tubuh mungil Rena, ia takut jikalau cintanya pergi Reza tak mau kehilangan Rena untuk yang kedua kalinya.
"Berikan waktu untuk membuatmu percaya bahwa aku akan mendampingi hidupmu sampai maut memisahkan kita."
"Awalnya kita memiliki jalan masing-masing untuk bahagia, hingga sampai pada suatu persimpangan yang mempertemukan kita, hingga selamanya kita akan bahagia bersama. I Love You Swara."
"Terimakasih sudah hadir dalam kehidupanku tidak masalah jika impianku tidak tergapai yang paling penting Kak Re selalu ada di sisiku. I Love You too Reza Cakrawala Alam.
Tersudut, dihantam kenyataan. Tersudut bara hinaan, hampir matu kala itu. Perlahan kini telah mengerti, pahit yang menguatkan, sakit yang membangkitkan. Kini telah Rena pahami jalan menuju cinta terjal, penuh liku cobaan.
****
S E L E S A I
Mau ekstra part enggak ? Hehehe.
Ku ucapkan terimakasih atas support dan dukungan kalian sehingga cerita ini bisa selesai :)
Jumpa lagi di karyaku yang berikutnya.
Semangat menjalani sisa hari ini:)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||
Teen FictionKetika mulut bungkam tak sanggup lagi mengucap kata, biarkan tulisan sederhana ini akan berbicara, tentang luka, putus asa, dan perjuangan untuk menggapai cita-cita dan cinta. Cover by IG @Camoon.dsg