"Jelaskan padaku, mengapa Rindu bisa bersamamu tengah malam begini? Mau dibawa pergi kemana dia?" tanya Rean, ia tidak suka melihat Rena berdekatan dengan cowok lain hatinya menjerit tak terima.
Malam sunyi masih menyelimuti, langit kalabu menjadi taman sejati, rasa kecewa membanjiri jiwa Rean tak pernah menyangka bahwa kekasihnya akan bertindak segila ini. Rean pikir Alka dan Rena bisa berteman baik. Namun kenyataannya tidak, Rean melihat kebencian teramat dalam dimata Alka untuk Rena.
"Gadis gila ini jalan sendirian tanpa alas kaki, matanya sembab seperti habis menangis. Saat hendak menyebrang dia tak melihat keadaan sekitar, kalau saja gue enggak ada, mungkin dia sudah tewas tertabrak." Saga menjawab pertanyaan Rean. Lihatlah betapa terkejutnya Rean mendengar perkataan sahabatnya. Rean menyesal sudah membiarkan Rena pergi dari rumahnya.
"Rindu bagaimana keadaanmu? Apa ada yang luka?" raut wajah Rean nampak khawatir, dia berharap Rena baik-baik saja.
"Pergelangan tangannya terluka, lukanya belum kering tatapi Alka malah menyiramnya pakai air jeruk nipis. lo bisa bayangkan, betapa perihnya luka itu?" Awalnya dia ingin membawa Rena pulang, tatapi adik pungutnya melarang dengan alasan takut mendapatkan ocehan negatif tetangga.
Rena tak perduli apapun yang terjadi padanya, mata Rena berbinar memandang pohon mangga yang buahnya teramat banyak dan matang. Rena menginginkan buat itu.
"Kalau kalian berdua perduli sama gue, please dong ambilkan mangga itu. Sepertinya ngerujak enak deh, asam manis segar."
Membayangkan betapa nikmatnya buah segar di siram bumbu rujak bercitarasa manis, pedas dan gurih mulut Rena mulai berair.
"Heh yang benar saja jam tiga pagi ngerujak? Ngidam atau gimana?" tanya Saga, raut wajahnya nampak kebingungan.
"Hahaha mangga mudanya kelihatan enak, enggak harus sekarang ngerujak siang hari lebih enak hmm." Rena mencoba untuk memanjat pohon itu tatapi gagal dia terjatuh.
Melihat tingkah laku Rena, Saga jadi teringat adiknya yang hilang. Air mata mengalir begitu saja ketika kenangan manis menyapa hati, entah adiknya masih hidup atau sudah tiada Saga tak mengetahuinya. Satu yang pasti kehilangannya membuat keluarga Saga tidak seharmonis dulu.
"Kamu teringat adikmu lagi ya?" tanya Rean. Dia menghampiri sahabatnya.
"Hanya merindukannya, entahlah mengapa hati gue berharap dia masih hidup, dibandingkan dengan Melody, Nada lebih ceria. Gue kangen dia jailin gue, Melody selaku saudara kembar Nada pun sering merasa kesepian," ucap Saga. Air mata menetes membasahi pipinya kembali, rasa rindu selalu datang tanpa permisi.
"Memangnya apa yang terjadi kepada adik lo? " tanya Rena seraya menghapus air mata cowok itu, Rena tau rasanya kehilangan seseorang yang teramat berharga sungguh sangat memilukan.
"Lo apaan sih, hapus air mata gue segala, yang lo lakukan bisa bikin Rean cemburu. "
Tindakan Rena di luar dugaan, lucu membuat Saga terhibur tawa renyah menggema dikala melihat wajah Rean yang kelihatan kesal bercampur cemburu. Biarpun Saga kampretnya keterlaluan jika mengenai Nada adik kesayangannya hati Saga melemah.
"Saya enggak cemburu," ucap Rean. Mulut dan hati tidak sejalan padahal Rean kesal ingin memukul kepala Saga.
"Ngapain juga cemburu yoii enggak Rean sayang? Gue bukan siapa-siapanya lo hahaha." Rena tertawa ngakak, ketika di tampar kenyataan bahwa hubungannya dengan Rean memang tidak ada yang spesial.
****
Sinar rembulan perlahan menghilang bergantian dengan fajar yang terbit di ufuk timur, suara kokok ayam kicauan burung merdu serta deburan ombak laut menciptakan melodi alam yang mampu menenangkan pikiran dikala sedih dan stres melanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||
Teen FictionKetika mulut bungkam tak sanggup lagi mengucap kata, biarkan tulisan sederhana ini akan berbicara, tentang luka, putus asa, dan perjuangan untuk menggapai cita-cita dan cinta. Cover by IG @Camoon.dsg