11. Titip Venus

13.4K 793 7
                                    

Pelajaran hari ini telah usai, membuat manusia berdosa berhamburan keluar kelas tak terkecuali si Venus. Tidak ada sapa menyapa, pamit pamitan kepada teman sekelasnya. Venus mah bodo amat, pulang mah tinggal pulang.

Di depan pintu kelas terdapat satu manusia yang menjadi pusat perhatian, bahkan yang seharusnya mereka pulang kini harus berjalan lambat untuk menikmati pandangan langka itu.

"Eh Reynand, kenapa di gedung bahasa? Mau jemput saya ya?" Tanya guru muda yang keluar kelas Venus dengan centil. Saking centilnya sampai mengedipkan sebelah matanya dan menyelipkan sejumput rambutnya di belakang telinganya.

Yah itu si Rey. Reynand.

"Gak," singkat dan tepat.

Guru centil itu mengerutkan keningnya, "Trus?"

"Jemput masa depan," singkat, padat dan jelas.

Dari belakang guru centil itu sudah ada Venus yang berdiri diam. Reynand mengantongi handphonenya dan langsung memasuki kelas Venus. Venus yang masih berdiri menatap jengah Rey. Tak ada habisnya si Rey itu ngikutin Venus, mana berlagak cem pacar lagi.

Hehh ven, lo tuh beruntung tauk, tanpa jual diri ada yang deketin lo secara cuma-cuma.

Sampai di depan Venus, Rey langsung menautkan telapak tangannya, menggenggam tangan Venus dan menariknya pelan. Venus menahannya dan menatap Rey biasa. Seolah mengatakan 'gak mau.'

Rey tak peduli ia menarik pelan tapi, gantian di tahan Venus. Rey melirik Venus lalu mendegus.

Dukh

"KYAAAAA ROMANTIS."

"MATAKU TERNODAI"

"AAAAAAAAAAAAAAA."

"GUE PENGEN!"

Pekikan yang keras nan heboh membuat Rey tersenyum miring. Tak taukah bahwa Rey benci pembangkang?

"Mau di peluk bilang aja!"

Blusss

Dibalik dada bidang Rey, ada muka yang memerah malu. Dengan posisi berpelukan, Venus dan Rey menjadi bahan tontonan. Drama life.

"Alamak betah betul lah tu si penus!"

Venus tersadar akan kondisi tubuhnya yang masih memeluk Rey, sontak hendak melepaskan tapi tak bisa karena Rey menahan kepalanya.

"Gak usah di lepas! Gue gak mau muka tomat busuk lo kelihatan!"

Masih dengan kondisi badan mereka yang sama, yaitu berpelukan mereka berdua keluar kelas. Tentunya Venus terpaksa, eh terpaksa tapi suka sih hehe.

"Ommo muka gue kok panas? Kiyaaaa jantung gue deg degan. Mana dadanya keras lagi, eh perutnya ada sawahnya gak ya," jerit Venus dalam hati, saat berjalan di koridor dengan masih memeluk Rey.

"Eh anjrit, malu makk."

Tentu saja menjadi bahan sorotan dan bahan buah bibir disepanjang koridor.

Rey berjalan santai dengan satu tangan menahan kepala Venus dan satu tangan lainya menahan tali tas ransel yang di pakai agar tak jatuh.

Sedangkan Venus? Tentu saja jalannya terseok seok, selama dari gedung bahasa ke parkiran.

Sesampainya di parkiran Rey enggan melepaskan pelukan Venus, di balik itu tentu saja ada alasannya.

Alasannya, masih banyak yang melihat dan mengerumuni mereka dari jauh.

"MINGGAT LO SEMUA!!"

"Aduh!"

Possessive Reynand (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang