33. Kuburan camer

5K 342 14
                                    

Semilir angin menerpa pepohonan dan dadaunan, membuatnya berjatuhan menyentuh tanah basah karena sehabis diguyur hujan gerimis.

Langit yang cerah dan berawan membuat suasana menjadi sejuk ditambah teriknya matahari yang tidak menyengat kulit.

Kini dibawah pohon Kamboja, tepatnya di depan batu nisan yang sudah mulai usang itu terdapat sepasang anak Adam dan hawa yang saling mengangkat kedua tangan di depan dada, mulutnya komat kamit melafalkan doa doa pendek yang mereka bisa, matanya terpejam guna menghayati doa yang mereka baca.

"Aamiin"

Doa telah usai. Telapak tangannya mengusap wajah mereka dari atas ke bawah sampai di ulu dadanya. Hati.

"Mama, Xavi kecil kesayangan mama balik lagi. Sekarang udah engga jadi Xavi lagi tapi Rey. Si cowok yang tangguh!"

Mereka adalah Rey dan Venus.

Rey mengusap batu nisan yang ada di depannya dan menatapnya dengan sendu dan penuh kerinduan. Batu nisan mamanya.

Renata Ayu Andira
Binti
Sugiono Andiro

Lahir: 13 Mei 1985
Wafat: 9 Agustus 2010

Hari Minggu ini Rey gunakan untuk menjenguk mamanya, sudah lama dirinya tidak menjenguk mamanya, seingatnya itu pas dirinya kelas 10 SMA, sangat lama bukan.

Ini sebenarnya bukan keinginan Rey. Atau bahkan Rey lupa akan mandiang mamanya? Ini adalah keinginan Venus. Sudah sejak lama Venus menduga duga orang tua Rey yang tak pernah ada di rumah Rey. Bahkan satu lembar foto pun tak ada. Ternyata sudah meninggal, calon mertuanya. Eh?

"Ma hari ini Rey bawa calon mantu mama," Rey menatap Venus. "Dia cantik kayak ma, tapi sifatnya beda jauh sama mama. Namanya Venus ma, Planetia Venus Scarletta."

Rey menatap Venus lagi dan kembali menatap nisan yang ia elus sedari tadi. Rey mengkode suruh berbicara, dengan menggelengkan kepalanya kecil kepada Venus.

"Ha-hai Tante," gugup. Tentu saja. Untuk pengalaman pertama kalinya Venus berbicara kepada batu nisan, tambah gugup pula, lha ini calon mertuanya.

"Gue salah ngomong nanti auto di gentayangin gak ya," batin Venus menerka.

"Aku Venus Tante, pacarnya anak Tante. Orangnya ganteng lho Tan, baik pula, tapi kadang so cuek padahal aslinya perhatian tapi gengsi aja Tan. Marahi tan. Mana kadang suka baperin anak orang tanpa ngelihat lagi, kan yang di baperin terbang ke langit ketujuh tros habistu di jatuhin. Kan sakit tan. Sakitnya astagfirullah banget," Cerocos Venus panjang lebar.

Bahkan dia berfantasi bahwa yang di depannya ini adalah orang yang diajak bicara secara langsung bukan lewat baru nisan.

Mata Venus sedari tadi tidak lepas dari sebingkai foto yang ada di atas tulisan mama Rey. Fotonya yang nampakkan seorang wanita muda yang tengah tersenyum anggun di balik layar kamera, dengan gaun putih bersih dan rambut yang dibiarkan terurai. Cantik.

"Tante anaknya buat Venus ya!"

Rey tersenyum simpul atas reaksi Venus dengan nisan mamanya. Tidak terbayangkan bahwa Venus bisa secrewet ini dengan batu nisan punya mamanya.

"Ma, kita pamit ya, lain waktu Rey jenguk lagi. Mama bahagia disana ma," pamit Rey sinambi mengecup puncak nisan, matanya terpejam erat, menyalurkan rasa rindu terberat yang tidak ada obatnya.

Rindu terberat adalah saat saat kita merindukan orang yang kita sayang, tapi orang itu tidak akan pernah kembali lagi, bersama kita.

Rey menyudahinya dan menatap Venus gantian, Venus yang notabelnya peka langsung mengangguk.

Possessive Reynand (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang