32. I'm yours

6.2K 401 2
                                    

"Maksud lo ngajak gue bunuh orang tuh apa, hah?"

"Mau buat gue tambah dosa, ingat tanpa bunuh orang gue juga udah nambah dosa tiap hari, lo juga, dosamu udah banyak jangan nambah nambah. Nambah nambahin kerjaan malaikat atid aja lo!"

Di kamar Rey, hanya ada suara omelan Venus yang terus menerus tentang pembunuhan kemarin. Setelah acara membunuh itu Venus langsung saja pingsan, shock atas apa yang ia lakukan, membunuh. Itu mungkin akan menjadi pertama dan terkahir kalinya. Ingat prenn.

Ditambah satu kebiasaan Rey adalah menjual organ dalam tubuh manusia yang telah di bunuh ke pasar gelap, menambah Venus shock bukan main. Tapi tidak pingsan lagi kok, tenang.

Sedangkan Rey yang notabenenya pendengar setia omelan Venus, hanya diam dan mendengarkan sesekali menatap Venus yang duduk menjauh darinya.

"Trus kenapa harus di jual di pasar gelap coba, apa keuntungannya? Duitnya banyak? Heh inget itu duit haram, mending cari yang halal dan cepet, ngepet aja yok biar cepet kaya," perkataan Venus terus saja nglantur.

Saking kesalnya Venus sampai memukuli bantal sofa yang ada di pangkuannya, membayangkan seolah itu adalah wajah Rey. Sebenarnya kalaupun Venus memukuli Rey itu tak masalah. Yang jadi masalah itu adalah nantinya muka Rey akan terluka dan nantinya tidak ganteng lagi. Kan sayang. Mending ke bantal aja, kan kalau nanti rusak bisa beli lagi. Lha kalau muka Rey. Di oplas? Oh tidak bisa.

Rey yang semula duduk di ujung sekarang mendekati Venus dan menghempaskan tubuhnya disitu.

"Mau denger cerita ga?"

Venus menghentikan aksinya, menatap Rey dengan kerutan di dahi, "Cerita? Lagi ngambek ga usah cerita!" rajuk Venus mengalihkan tatapannya.

"Yakin?"

Venus mengangguk

"Padahal gue pengen njelasin asal mula kejadian kemarin," Lesuh Rey menatap sendu Venus.

Venus menatap Rey horor, "Gak usah di bahas bisa kan?"

Rey menghela nafas sejenak, menuntun kepala Venus dan di baringkan di pahanya, tangannya mengelus lembut surai hitam milik Venus dengan sayang.

Mata Venus terpejam, menikmati elusan dan perlakuan Rey hari ini. Sangat manis. Semoga sampai besok dan seterusnya sikapnya begini dan tidak menakutkan lagi. Seperti membunuh.

"Dulu gue suka banget sama bunga matahari," ucap Rey tanpa menghentikan aksi mengelus surai hitam milik sang kekasih, Venus.

Mata Venus terbuka saat Rey berbicara, mantapnya dari bawah terlihat jakun Rey yang naik turun seolah menelan sesuatu dengan susah payah.

"Lanjut ga?" Rey menatap Venus di pahanya.

Venus mengangguk.

"Mama juga suka bunga matahari, sampai kita nanem bunga matahari di ladang khusus keluarga kita dan itu di beliin sama papa. Setiap hari kita selalu jenguk tanaman kita, tanpa absen. Dan tiap Minggu pun kita piknik disitu satu keluarga, gue, mama dan papa."

"Lo gak ada saudara?" Sela Venus.

Rey menggeleng, menghela nafas. Berat rasanya membuka ingatannya tentang masa pahitnya, rasanya dia seperti mengalaminya lagi.

"Di lanjut boleh," tanya Venus pelan. Takut menykiti perasaan Rey.

Rey mengangguk

"Di hari Minggu kita ke taman itu, kita bertiga piknik bareng. Gue dan mama memetik bunga matahari itu, gue nyium baunya ternyata beda dari yang lain karena gue dulu suka berbagi, gue berbagi harum bunga matahari itu sama mama."

Possessive Reynand (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang