34. Mutilasi cicak

4.4K 333 6
                                    

Kembali lagi di hari senin. Hari yang membagongkan.

Sepasang anak adam dan hawa kini tengah berada di kantin, mengingat setelah upacara selesai semua warga sekolah SMA Atlantis, baik guru, karyawan maupun siswa diberi waktu istirahat selama 15 menit. Walaupun tidak lama tapi, itu bisa digunakan untuk mengadem pikiran, dan badan yang panasnya seperti anda melihat dia dengan orang lain.

"Kak Tovan, Ara minta tolong boleh ga?" Tanya Ara yang duduk menghadap Tovan sepenuhnya.

"Apa?" Sahut Tovan malas.

"Tolong ambilin kecap di samping kiri ka Tovan, tangan Ara ga sampai!" Kedau tangannya yang ada di bawah meja saling bertautan menahan gugup. Takut-takut Tovan menolaknya mentah-mentah atau malah nyinyir.

Tovan menghela nafas lalu menatap Ara yang duduknya di depannya.

"Buat apa kecap? Lo makan bubur mau di kasih kecap? Biar apa?" Tanya Tovan berturut turut diiringi degusan malas. Dia tidak suka di suruh tapi dianya suka menyuruh.

"Mau Ara campur sama bubur biar ada rasa manisnya. Ara ga suka asin, ga enak," sangkal Ara lempeng.

"Ga usah pakai kecap, cukup lihat gue aja udah manis!"

"BUCENNN!"

"Brisik babi!"

Tovan kembali menatap Ara usai mengumpati satu manusia yang selalu membuat gara-gara padanya, Devan. Iya manusia partner gelud Tovan.

"Kak Tovan ga boleh ngomong gitu, ga baik," tegur Ara spontan. Entah rasa gugup itu hilang kemana hingga ia berani menegur Tovan.

"Suka-suka gue, mulut-mulut gue!"

Tak jauh dari meja Tovan dan Ara, juga sepasang anak adam dan hawa tengah duduk sambil menikmati santapan yang ada di depannya. Mereka Venus dan Rey.

"Mau kemana?" Cegah Venus yang memegang pergelangan tangan Rey, Rey sudah berdiri dan berbalik menatap Venus.

"Mau ke toilet"

"Oh, kalau nanti udah bel gue langsung masuk kelas, lo gak udah nyari gue lagi!"

"Geer!"

"Siapa tau kan?"

"Ga ada yang tau!"

"Yha makanya itu"

"Serah!"

Rey berlalu meninggalkan Venus yang mengercutkan bibirnya sebal. Ternyata begini punya pacar yang tidak peka, ah sudahlah.

Kini Rey berjalan di koridor yang ramai orang berlalu lalang, kedua tangannya masuk kedalam saku celana abu abunya, dagu yang diangkat tinggi-tinggi, kedua bola matanya menatap tajam seorang yang berani terang terangan menatapnya. Membuat mereka kicep eh ralat mengalihkan pandangan kearah lain.

Bruk

Duk

Bruk

"Jalan mata dipakai goblok!" Maki Rey tajam.

Rey berbalik badan. Menatap pelaku yang menabrak punggung nya, ternyata adek kelasnya berjenis kelamin laki-laki dan berkacamata yang membawa buku banyak, mengakibatkan buku yang dibawa jatuh berceceran di lantai.

Saat enak-enak berjalan dengan gaya cool harus tergangu karena satu tikus yang berani menabraknya dari belakang dan mengakibatkan badannya terdorong kedepan, untung tidak jatuh kalau jatuh image nya bisa ancur.

"Maaf kak," kata orang itu yang memunguti buku yang berceceran di lantai. Tanpa niat membantu Rey menatap cowok itu dingin.

"Awsss," ringisan kecil membuat Rey menukikkan sebelah alisnya tinggi tinggi.

Possessive Reynand (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang