Sang rembulan sudah selesai bertugas, kini bergantian dengan sang mentari. Pagi telah tiba. Mentari bersinar ditemani kicauan burung dari ufuk timur.
Sinarnya dengan tidak sopan nya menembus hingga ke gorden kamar yang di dominasi warna abu abu itu. Membuat kelopak mata yang semula terpejam erat kini mulai terbuka karena terganggu sinarnya.
Hawa dingin dari AC membuatnya membuka mata. Hendak menyelimutinya tubuhnya lagi tapi urung saat merasakan tubuhnya yang err...matanya mengintip dari balik selimut yang menutupinya, diam. Apa ini? Kenapa dirinya telanjang?
Seklebat kejadian tadi malam melewati otaknya. Tak lama setetes liquit meluncur melewati pipi chubby nya.
Perlahan tapi pasti ia bangun walaupun harus merasakan sakit dan perih diarea selatannya. Tak lupa juga selimut yang menutupi tubuh polosnya.
"Ya Tuhan maafkan hambamu," gumannya lirih.
"Maafin Venus mom, dad, abang, Venus kotor hiks!"
Dia Venus.
Badannya bergetar hebat, mulutnya tertutupi telapak tangan guna meredam suara isak tangisnya tapi tidak bisa juga. Sekuat apapun dia berusaha menutupi suara itu tapi tetap terdengar juga.
"Hiks...maafin Venus mom, hiks..."
Suaranya masih tetap meledak hingga menggusik cowok yang tertidur di sampingnya.
Buktinya kelopak matanya kini terbuka dengan nyawa belum sepenuhnya terkumpul, matanya mencari cari sumber suara yang berani mengusik tidurnya.
Hingga netral nya menangkap seorang gadis oh ralat...wanita yang menangis di sampingnya dan kedua tangannya ada di depan mulutnya.
"Kenapa hey?" Tanyanya. Mencoba bangun dan duduk di dekat wanita itu.
Sontak mata venus menatap kearah samping lebih tepatnya kearah suara itu. Pancaran matanya yang semula merdedup kini menajam bak silet yang siap membunuh.
Giginya saling bergemelatuk, entah sadar atau tidak kedua tangannya kini meremas kuat selimut yang menutupi tubuh polosnya.
"Kenapa?" Tanya cowok itu sekali lagi.
"Rey!"
Dia Reynand.
"Iya!"
"Gue benci lo," tiga kata yang keluar dari mulut Venus berhasil membuat Rey bungkam.
"Karena?"
Dia belagak lupa atau memang idiot. Dia seperti orang waras yang berpura pura gila. Dia seperti orang pikun yang tidak ingat apa yang ia lakukan baru saja.
Venus menggeleng kecil masih dengan isak tangis yang tertahan dan bibir yang bergetar. Bagaikan kaset rusak sebuah kejadian itu terulang kembali, berputar di benak Venus tanpa henti. Didalam ingatan itu Venus merintih kesakitan, teriakan meminta di hentikan, dan menyudahinya. Tapi Rey seakan tuli dan tidak peduli. Hanya ada kekasaran saja yang Venus rasakan bukan sosok cinta.
Grep
Rey menarik Venus kedalam pelukannya tapi, Venus melepaskannya secara paksa, tak berselang lama. Kemudian...
Plak
Telapak tangan Venus meluncur alus ke pipi kiri Rey, membuat wajah Rey sedikit menoleh ke kiri. Rasa panas dan perih mendominasi pipi Rey, sontak Rey memegangi pipinya dan menatap Venus dengan alis menukik tinggi.
"Kenapa lo tampar gue?" Suara rendah Rey tidak membuat Venus takut ataupun beringsut, melainkan menambah rasa benci pula Venus kepada Rey.
"MASIH TANYA KENAPA HAH!? SETELAH APA YANG LO PERBUAT SAMA GUE SEMALAM?" Teriak Venus tepat di depan muka Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Reynand (SELESAI)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP DAN SUDAH TERSEDIA DI PLAY BOOK. LINK PEMBELIAN ADA DI BIO] "She is mine!" Cowok mesum koridor yang di temui Venus, cowok yang seenak jidat mengklaimi dirinya menjadi miliknya. Dia Reynand. Si cowok mesum koridor, si tuan posse...