19. Kakaknya Nana

8.1K 493 3
                                    

Venus dan Rey kini berjalan beriringan di koridor menuju kantin utama. Menjadi bahan tontonan? Tentu saja.


Apalagi dengan tangan kanan Rey yang memeluk pinggang possessive milik Venus, sedangkan tangan kirinya ada di dalam saku celana abu abunya, memegangi duit takut jatuh atau di colong tuyul, biasalah tuyul sedang merajalela.

Sedangkan Venus, tangan kanannya merangkul pundak Rey mesra, sedangkan tangan kirinya di depan leher Rey, seperti memeluk leher Rey gitu dan terkahir kepalanya bersender di bahu Rey. Iya nyender sambil berjalan. Pokoknya bayangin aja.

Sampai kantin pun Venus masih saja nemplok sama Rey.

"Lepas," intrupsi Rey. Mereka sudah duduk di kursi kantin, tentu saja kursi keramat milik Rey.

"Udah pw," jawab Venus seadanya.

Rey menatap Venus sejenak, matanya Venus terpejam. Venus itu lagi 4L. Lemah, Letih, Lesuh, Lotoy.

Rey menotak atik handphonenya, dan membuatkan Venus yang masih bersandar di bahunya.

Sekitar 5 menit dalam keheningan, akhirnya makanan yang di pesan Rey lewat watsapp sudah datang dan di antar sampai meja. Komplit.

"Makan!"

Tintah Rey yang melepas rangkulan pinggang nya kepada Venus dan menyondorkan semangkuk soto plus teh anget kepada Venus.

Badan Venus yang semula loyo dan malas kini langsung tegak bak keadilan, matanya berbinar menatap semangkuk soto plus nasi dan kuah yang berlimpah dan terkahir bawang goreng bertabur di atasnya. Mantap.

Tangannya dengan gesit menariknya mendekat, matanya tambah berbinar setelah mlihat mangkuk sambal yang nganggur. Venus meraihnya...

"Gak usah pakai sambal," bak lampu yang mati, seketika muka Venus gelap dan suram.

Rey menahan tangan Venus yang hendak menunaikan sambal dan menarik paksa sendok sambal itu dari genggaman Venus, alhasil satu sendok sambal itu tumpah tepat di ujung mangkuk soto milik Venus.

"Yess udah masuk sendiri, gak bisa di gugat," pekik Venus girang dan langsung mengaduk sotonya menjadi oblok oblok.

Rey mendesis sinis, "Sakit tar gue yang repot."

"Gak bakalan, gue udah kebal soal sambal. Palingan nanti cuma mencret!" Kata Venus yang tidak di filter sama sekali.

"Jijik"

"Udah diem, kek lu ga pernah mencret aja," Venus melirik Rey. Memang matanya melirik tapi tangannya yang setia memasukkan seendok soto kedalam mulutnya.

Sensasi pedas dan panas seketika mendominasi kerongkongan Venus, tapi gpp itu memang kenikmatan Venus pas makan pedas.

Rey melirik Venus tajam, bukan karena apa tapi itu lho, sekarang kan mereka lagi makan dan tadi Venus ngomong yang menjinikkan membuat selera makan Rey anjlok, ilang.

Venus melirik Rey, karena tak ada pergerakan sama sekali setelah Venus ngomong tadi.

"Ga makan?" tanya Venus, tangannya masih bergerak aktif memasukkan sesendok demi sesendok soto.

"Gak."

"Tak makan ya, mubazir buang-buang makanan, nanti ayamnya ndak mati," menarik mangkuk nasi goreng tanpa kecap milik Rey dan mulai memakannya.

"Nasgor ga di kasih kecap, ternyata rasanya gini," monolok Venus yang setia memasukkan segumpal nasi goreng kedalam mulutnya.

Mata tajam milik Rey tak pernah lepas dari semua pergerakan Venus, mulai dari memasukkan nasi goreng miiknya kedalam mulut, mengunyah dan menelannya terkahir meminum teh anget milik Venus hingga tandas, tambah lagi Venus yang kini cegukan.

Possessive Reynand (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang