18. Cup

10.5K 487 6
                                    

"Bagaimana Nana, sudah menemukan kakakmu?" Tanya Niki di sebrang telpon sana.


Nana berdecak kesal, "Belom Pi, Nana lupa nyarinya. Emang kakak dikelas apa sih?"

"Ya coba di cari sendiri dong, katanya anak papi udah gede," kata Niki di sebrang sana diiringi kekehan garing.

"Udah gede kok, buktinya Nana udah SMA, tinggi lagi," kata Nana menggebu gebu.

Gak menjamin kali na:)

Diseberang telepon sana, Niki tertawa keras, "Lha makanya di butktiin dong!" tantang Niki, membuat Nana mengangguk, walau tak terlihat di mata Niki.

"Iya Nana buktiin, kalau Nana udah besar," kata Nana sedikit ada keraguan saat mengucapkannya. Ragu kalau tidak bisa.

"Nah itu baru anak papi, papi tutup ya ada sedikit masalah yang belum selesai. Jaga diri baik baik nananya papi!"

"Iya papi, dadah muncah!"

Panggilan terputus membuat Nana mendesah kecewa.

Niki sudah berangkat ke LA tadi pagi setelah mengantar Nana ke sekolah. Dan sekarang malam ini dia telfonna kepada anaknya, Nana, untuk menanyakan apakah dia sudah menemukan ponakannya atau kakak Nana.

Bukan karena Niki tak ingin membantu mencari ponakannya atau kakak Nana tapi, ia ingin tau dan melihat seberapa hebatnya anaknya itu mencari satu orang di dalam satu sekolah.

Tentu di balik itu semua ada alasannya. Alasannya? Untuk memandirikan anaknya, sudah cukup bertahun tahun dia terkurung dalam sangkar emas dan memanjakan, saat inilah Niki membebaskannya untuk bergaul dengan dunia luar, tentunya masih dalam pengawasannya yang tak di ketahui oleh Nana.

🌹⛓️

Pagi telah tiba, pagi telah tiba. Matahari susah muncul di ufuk barat, sinarnya dengan tidak tau sopan santun menyelonong memasuki ruang kamar yang di dominasi drak itu.

Membuat sepasang anak adam yang tengah bergulat di bawah selimut yang saling mengahangatkan satu sama lain itu tergangu, akibat sinar itu.

Mata bulat yang tadinya terpejam erat kini mulai terbuka dengan perlahan, pandangan pertama yang di lihat adalah wajah damai nan tenang milik gadisnya.

Iya gadisnya.

Rey diam menikmati pandangan indah di depannya, ciptaan Tuhan yang begitu sempurna. Di balik kelopak matanya yang tertutup ada mata terang yang memancarkan keceriaan, dibalik bibir pink yang sedikit terbuka itu memancarkan bacotan unfaedah yang menghibur hati. Hidung mancung, bulu mata yang panjang dan lentik menambah kecantikan gadisnya, Venus.

"Emmmm"

Lenguhan disertai pergerakan membuat Rey tersadar, menggelengkan kepalanya pelan, Rey menatap muka bantal Venus yang kini tepat di depan mukannya.

Tangan Rey yang semula ada di pinggang Venus kini bergerak naik, di muka Venus, menyingkir sejumput rambut yang mengalangi wajah cantiknya.

Cup

Cup

Dua kecupan hangat nan basah yang di dapatkan Venus di kedua kelopak mata membuatnya membuka matanya dengan perlahan. Dan...

Possessive Reynand (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang