43

90 12 0
                                    



"Kami mohon maaf tuan dan nyonya, namun otak Jaewon saat ini sudah tidak berfungsi lagi karena pembengakakannya dan sekarang Jaewon hanya bernapas melalui alat bantu saja"

"Saya mohon maaf namun saya menyarankan agar kita melepas saja alat bantu bernapasnya karena jika kita menahannya terus akan membuat Jaewon terus merasa kesakitan"

"Tapi semua itu kami serahkan lagi kepada tuan dan nyonya selaku orangtua, karena saat ini tidak ada yang dapat kami lakukan lagi untuk menyembuhkan Jaewon"

Appa dan eomma Jaewon hanya bisa menangis sambil menggenggam tangan anak mereka untuk yang terakhir kali. Setelah pernyataan dokter tadi mereka memutuskan untuk merelakan sang anak pergi untuk selama-lamanya. Meskipun hati mereka berat namun jika harus membayangkan Jaewon yang harus terus merasa kesakitan, sepertinya itu akan jauh lebih menyakitkan.

"Uri adeul... mianhae" ucap eomma Jaewon sambil menangis

"Eomma tidak ingin kau kesakitan lagi Jaewon-ah, walau berat namun eomma dan appa rela jika kau ingin pergi nak.."

"Istirahatlah, eomma dan appa sangat mencintaimu"

Eomma Jaewon mengecup kening sang putra untuk yang terakhir kalinya dan diikuti oleh appa Jaewon.

Appa Jaewon hanya bisa memeluk istrinya tersebut. Kehilangan seorang anak merupakan hal yang teramat berat bagi orangtua, terutama kepergian anak tunggal. Namun kedua orangtua Jaewon yakin bahwa anak mereka sudah berbahagia diatas sana, dan nanti mereka akan bisa berkumpul bersama-sama lagi.

Setelah melepas kepergian sang anak, eomma Jaewon pun berniat mengabari Jennie. Ia tahu ini juga berat bagi Jennie. Jaewon dan Jennie sudah cukup lama menjadi sepasang kekasih dan eomma Jaewon pun tau seberapa besar cinta Jennie pada putranya. Ia pun menekan nomor Jennie dan panggilannya pun tersambung.

"Halo?" Ucap eomma Jaewon dengan suara yang bergetar.

"Halo, selamat siang Nyonya Ahn, ini appa Jennie. Jennie masih di dalam ruang operasi, sepertinya operasinya belum selesai"

Ah iya eomma Jaewon hampir lupa jika Jennie hari ini sedang melakukan operasi mata.

"Ah mohon maaf Tuan Kim.. saya hanya mau memberi kabar.." ucap eomma Jaewon sambil terisak

"Apa soal Jaewon?" tanya appa Jennie

"Iya.. Jaewon.. saat ini sudah dinyatakan mati otak.."

"..dan ia hanya bernapas melalui alat bantu, dokter menyarankan kami untuk merelakan Jaewon pergi—hiks"

Appa Jennie hanya mendengarkan dengan seksama dan raut wajahnya berubah sedih.

"..dokter bilang sudah tidak ada harapan lagi untuk Jaewon bisa sadar dan sembuh jadi dokter menyarankan untuk melepas alat bantunya agar Jaewon tidak lagi merasa kesakitan.." tangis eomma Jaewon terdengar pilu.

"Sebagai seorang ibu, saya tidak tega melihat Jaewon terus kesakitan, oleh karena itu kami memutuskan.."

"..untuk merelakan Jaewon pergi.."

"Kami turut bersedih dan berduka nyonya, jika memang itu sudah merupakan keputusan yang terbaik, kami akan menerimanya"

"Kami tau ini sangatlah berat bagi anda dan bagi anak saya Jennie, namun yang dapat kami lakukan hanyalah mengirimkan doa" ucap Appa Jennie.

"Terima kasih banyak tuan.."

"Mungkin ini juga akan sangat berat untuk Jennie, tapi kami akan berusaha untuk membuat dia ikhlas"

The Eyes of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang