1

437 20 1
                                    

Seoul, 22 Desember 2017

Langit senja sore ini tak menampakan pemandangan favorit seorang gadis periang, yakni matahari tenggelam yang indah. Kim Jennie, seorang penari ballet terbaik dalam sebuah academy bernama Swan Lake Ballet, sangat menyukai matahari tenggelam. Ia tak pernah melewatkan sedetikpun pemandangan indah yang disebut sebagai Golden Time itu. Namun sore ini sepertinya langit sedang dalam keadaan yang tidak baik sama seperti keadaan hatinya.

"Jen, belum balik?" tanya Rose

Jennie tak menjawab, terlihat raut wajahnya yang sendu. Tak lama kemudian matanya mulai berkaca-kaca tanda ia akan menangis.

"Rose maafin gue" katanya pelan

Rose pun berjalan menghampiri Jennie, memeluknya dan mengelus pelan kepalanya.

"Kenapa minta maaf sih Jen? Emang lo salah apa?"

Jennie diam lagi. Rose sebenarnya paham maksud ucapan Jennie. Anak itu pasti merasa bersalah lagi.

"Lo itu emang udah terlahir untuk jadi penari ballet, gak salah kan kalau para ketua milih lo buat jadi pemeran utama" lanjut Rose

Jennie melepaskan pelukannya. "Tapi tetep aja, lo kan udah lama banget ngincer peran ini Ros. Harusnya mereka milih lo bukan gue"

Rose tertawa kecil. Sahabatnya yang satu ini memang memiliki hati bak malaikat.

"Udah ah, pokoknya bulan depan lo harus tampil semaksimal mungkin. Anggep aja itu hadiah buat gue" Rose menarik tangan Jennie keluar gerbang academy.

Ah, beruntungnya Jennie memiliki sahabat seperti Rose. Mereka bersahabat semenjak kecil. Cita-cita mereka untuk menjadi penari ballet membawa mereka untuk masuk dan mendaftar di SwanLake Academy.

Jennie yang memang memiliki bakat menari langsung diterima. Sedangkan Rose, ia harus melewati seleksi tes kedua. Saat itu Jennie mati-matian mengajari Rose agar dapat lolos seleksi kedua. Akhirnya Rose pun berhasil dan mereka pun mulai menjalani hari-hari mereka di academy.

Tahun ini adalah tahun ketiga mereka di academy. Sudah banyak pentas yang mereka sajikan. Jennie mulai mengingat kembali masa-masa ia dan Rose yang masih menjadi penari latar. Saat melihat sang penari utama dari balik layar dan mendapat banyak tepukan penonton, saat itulah ia bermimpi untuk bisa menjadi penari utama. Ia dan Rose pun berlatih keras agar bisa mendapatkan peran tersebut.

Akhirnya saat ini, sebentar lagi impian itu akan segera terwujud. Jennie tentu senang bukan main, tapi ia juga merasa bersalah pada Rose karena ia yang mendapatkan peran itu. Tetapi Rose tetap mendapat peran yang penting.

"Mendung banget nih, lo mau pulang bareng gue sama June?" Tanya Rose saat mereka sudah diluar gedung.

"Gausah, bentar lagi juga gue dijemput" jawab Jennie sambil memandang langit yang gelap.

" Yaudah gue duluan ya Jen, June udah nunggu di halte"

"Iya hati-hati Ros, salam buat June"

Sesaat setelah Rose pulang, hujan mulai turun. Jennie pun berlari kecil ke halte untuk meneduh.

Tak lama sebuah mobil sedan hitam menepi. Jennie tersenyum begitu sang pengemudi turun dan menghampirinya.

"Udah nunggu lama ya? Ucap sang pengemudi

"Maaf ya tadi aku ada kelas tambahan" lanjutnya

"Belom lama kok, Rose juga baru aja pulang"

"Yaudah ayo cepet naik, keburu hujannya tambah besar"

Jennie kembali tersenyum melihat kelakuan sang pacar yang terlihat sibuk dengan sebelah tangan yang memayungi Jennie dan sebelah lagi membukakan pintu mobil untuknya.

Saat sudah di mobil, lagi-lagi laki-laki itu sibuk memasangkan seat belt untuknya dan memasang penghangat.

"Kamu mau langsung pulang atau mau makan dulu?"

"Pulang aja, lagian emangnya kamu gak cape?

"Gak lah beb, kan kalo udah sama kamu cape aku langsung hilang entah kemana" ujar laki-laki itu sambil melajukan mobilnya.

"Dasar gombal" ucap Jennie sambil tertawa.

"Jadi mau makan apa princess?"

"Ramen!"

"Siap tuan putri!"

Untuk kesekian kalinya Jennie merasa beruntung pada Tuhan karena telah diberikan sahabat dan pacar yang sangat baik dan perhatian.

Ya, sahabatnya Rose dan juga Jaewon pacarnya, dua orang yang sangat Jennie sayangi setelah keluarganya.

***

Bobby berlari menembus hujan untuk memasuki sebuah studio mini dengan plastik ditangannya. Dibukanya pintu studio tersebut menampakkan dua orang laki-laki yang sedang bermain games dan seorang lagi sedang duduk menatap komputer dengan headset di telinganya dan tangannya sibuk mengetikkan sesuatu pada keyboard.

"Asik makanan datang" sahut dua orang tersebut meninggalkan game yang sedang mereka mainkan.

"Bin! Makan dulu" ucap Bobby sambil melepas headseat laki-laki yang satu lagi.

"Tanggung Bob dikit lagi" sahutnya sambil merebut kembali headsetnya

"Gak, makan dulu atau gue telepon Lisa"

"Ck, iya iya. Awas lo ngadu-ngadu" Hanbin pun berjalan ke meja dan langsung memakan makanannya, membuat dua orang sahabatnya yang lain, yaitu Jinhwan dan Donghyuk tertawa.

Kim Hanbin seorang laki-laki bersifat dingin yang terlihat cuek pada setiap orang, namun sifatnya akan berbalik ketika ia sedang bersama sang kekasih, Lalisa.

Kalo kata Bobby, Hanbin itu bucin. Iya bucin banget kalo sama Lisa. Giliran sama yang lain cuek dan kadang suka marah-marah, tapi kalo sama Lisa Hanbin itu bisa bersikap manis dan gentle banget. Makanya Bobby suka ngatain Hanbin suami takut istri.

"Masih belom selesai lagunya Bin?" Tanya Bobby disela-sela makannya.

"Tinggal tambahin bagian bridge aja sih" jawab Hanbin

"Nanti gue bantuin deh" Hanbin pun mengangguk.

Hanbin, Bobby, Jinhwan, dan Donghyuk sama-sama kuliah di jurusan musik. Mereka juga punya pekerjaan sampingan untuk membuat lagu yang nantinya bakal dijual ke agensi musik. Hanbin dan Bobby yang membuat lagu sedangkan Jinhwan dan Donghyuk yang akan menyanyikan demonya.

Sebenernya banyak agensi yang nawarin mereka buat jadi produser karena kualitas musik yang mereka buat memang bagus, namun karena Hanbin dan Bobby tidak ingin terikat kontrak maka mereka memutuskan untuk tidak masuk ke agensi.

Drrttt drrttt drrttt

Lisa ❤️
Bin, udah makan?
Kamu selesai jam berapa?

Hanbin 🐥💕
Ini lagi makan yang
Udah selesai kok, kamu?

Lisa ❤️
Aku satu jam lagi kayanya

Hanbin 🐥💕
Nanti aku jemput ya

Lisa ❤️
Oke, see you

"Dasar bucin!" Sahut Bobby yang melihat sahabatnya tersenyum saat menatap ponselnya.

"Iri aja lo" ucap Jinhwan

"Ngapain iri, gue udah punya Jisoo" jawab Bobby

"Aneh gue sama dia kok mau ya sama lo yang mukanya abstrak gini" sahut Hanbin sambil tertawa.

"Gue juga" tambah Donghyuk

Dan acara makan mereka pun diwarnai tawa dengan Bobby sebagai korban ledekan mereka.


Tbc

Vomment kalau kalian suka dan penasaran sama ceritanya. Thankyou!

The Eyes of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang