48

79 15 1
                                    




Setelah dokter memeriksa Hanbin, suster kembali memasangkan infus ditangannya dan mengatakan pada mereka untuk menjaga agar jangan sampai infusnya terlepas lagi. Dokter mengatakan bahwa Hanbin mengalami syok dan itu mempengaruhi jantung barunya yang masih terbilang lemah dan belum pulih sepenuhnya. Hal itu membuat Bobby kembali menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi.

Donghyuk memperhatikan Bobby yang duduk menunduk sambil membenamkan kepalanya di lutut. Sesekali terdengar isak tangis dari sana. Bobby pun beberapa kali berusaha memukul kepalanya sendiri membuat Donghyuk menghampiri Bobby lalu menahan tangan Bobby untuk tidak lagi memukuli kepalanya sendiri.

"Bob udah!" ucap Donghyuk

Bobby masih bertahan pada posisinya dan tidak menghiraukan ucapan Donghyuk.

"Bob, harus berapa kali gue bilang berhenti nyalahin diri lo sendiri. Ini semua bukan salah lo!" kata Donghyuk

"Semua salah gue Hyuk.." ucap Bobby masih dengan menundukkan wajahnya.

Donghyuk berjongkok, menyamakan posisinya dengan Bobby sekarang.

"Pertama Lisa..dan sekarang Hanbin.." lanjutnya.

"Itu salah gue" ucap Donghyuk

Bobby tidak menjawab perkataan Donghyuk.

"Please, jangan lagi bilang semua salah lo Bobby" Donghyuk mencoba melembutkan suaranya.

"Gue yang secara gak sengaja bilang hal itu sampe Hanbin denger, dan dia kaya gini karena gue.." ucap Donghyuk sambil menatap Hanbin yang masih terbaring diranjang dengan raut bersalahnya.

"Lo bener Bob, Hanbin masih lemah, gue yang terlalu egois buat maksa lo kasih tau hal ini ke dia tanpa mikirin kondisinya" lanjut Donghyuk.

Bobby mengangkat wajahnya, menatap Donghyuk lalu mengikuti arah pandang Donghyuk yang menatap Hanbin.

"Kenapa semua berat buat Hanbin.." kata Bobby akhirnya.

"..disaat masalah yang satu pergi, masalah lain pasti dateng, seolah dia gak pernah bisa merasakan kebahagiaan yang seutuhnya"

Bobby dan Donghyuk hanya terdiam. Saling merasa bersalah karena membuat sahabat mereka terluka lagi untuk yang kesekian kalinya.

***

Seoul, 27 Desember 2018

Jennie merasakan pening di kepalanya. Setelah semalaman ia menangis dan memikirkan Jaewon, membuatnya tidak dapat menutup mata untuk beristirahat walau sebentar. Mencoba meredakan pusingnya, Jennie yang dipaksa sang eomma mencoba untuk beristirahat. Baru sekitar tiga puluh menit ia pun kembali terbangun. Namun saat hendak membuka matanya, ia merasakan matanya perih. Ia mencoba membuka matanya namun matanya terus berair.

"Eomma.." panggil Jennie masih dengan menutup matanya.

Sang eomma yang tengah menonton tv segera menghampiri Jennie di ranjangnya. "Jen kenapa bangun? Eomma mengganggu ya?" tanyanya

Jennie menggeleng, lalu berkata "Mata Jennie perih eomma"

Eomma Jennie pun langsung memeriksa mata Jennie yang terlihat bengkak itu. "Coba buka matamu Jen" ucap sang eomma.

"Tidak bisa eomma, ini terlalu perih" ucap Jennie yang mencoba membuka matanya, namun kembali menutupnya setelah airmatanya keluar.

"Tunggu sebentar, eomma akan panggil dokter"

Dokter pun mulai memeriksa mata Jennie. "Sepertinya mata Jennie mengalami infeksi" ucap sang dokter

"Apakah kamu banyak menangis Jennie?" tanya dokter itu pada Jennie.

The Eyes of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang