#41. (Dean and Evan)

1.3K 71 10
                                    



Announcement yaaa..
Ini sudah menuju end...
Dan, author harap readers tercinta semuanya bakalan support author untuk work yang akan datang...
Happy reading^^


 

>——————————————————————<


    Jemari itu menggulir layar ponsel. Secara bergantian menampilkan sosok dengan pose serta senyumnya. Ada sosok itu yang sendiri. Ada pula foto mereka berdua yang sengaja diambil bersama. Bibir itu terangkat sudutnya. Tersungging senyum kecut dengan rindu yang menyerbak. Tidak dipungkiri ia bisa menjadi begitu jatuh pada sosok itu. Dan keyakian dirinya untuk segera melupa adalah mustahil. Berhenti bukan berarti mengakhiri, bukan? Rindu dan rasa itu masih ada. Tak sebanyak dulu. Namun cukup untuk membuatnya berdebar sendiri bila jatuh dalam lamunan. Di detik lalu ia akan tersenyum bahagia, lantas di detik kini ia menjadi pias dengan lengkungan sedih di wajahnya.




    Tetapi. Eric rasa ia sedikit salah menerangkan. Rindunya tak menipis melainkan menjadi gunungan yang kian hari meninggi. Beberapa waktu ini, Eric sering dibuat berangan panjang. Putaran memori yang pernah dilaluinya seolah diputar berurutan. Ia menikmatinya.  Terkadang ia merutuki. Memaki dirinya sendiri yang tidak menjadi konsisten karena perasaan 'itu'. Saat dirinya dibuat senggang, seperti apa yang dikata ia akan jatuh dalam lamunan. Bila ia sibuk didiami penat, mengingat hal - hal kecil juga seolah menjadi obat untuk dirinya.




Mengapa?




   Dalam periode yang cukup signifikan baginya, Eric banyak mengerti dan memahami hal - hal yang sering terabaikan olehnya. Sedikit bagian dari ruang di hatinya seolah terisi penuh hanya oleh sosok itu. Tak perlu dibuat pembahasan terperinci. Bisa ditebak siapakah orang itu. Didalam renungannya, ia berpikir jauh ke belakang. Bagaimana ini semua— antara dirinya dan Evan memulai semuanya. Ada berbagai hal terjadi. Entah mengapa ia menjadi sering memikirkan itu. Berangsur - angsur, Eric menyadari ia telah jatuh dalam kubangan yang selama ini ia hindari.

 

   Kesampingkan masalah hatinya. Eric dibuat bersuka cita karena seseorang mengirim bingkisan untuknya. Sebuah nama tertulis, memicu sumbu di sudut bibir lelaki itu naik beberapa derajat.  Orang - orang di sekitarnya amat baik. Bahkan sang mantan kekasih, yang kini menjadi sahabatnya.

"Kau baik - baik saja?"

    Atensinya teralihkan begitu mendengar suara dari sisi lain ruangan. Seorang lelaki manis berjalan keluar kamar mandi. Hanya bathrobe yang melekat. Rambutnya belum kering sempurna, terbukti beberapa air menetes darisana. Nampak begitu menggoda jika Eric tak memiliki keteguhan hati yang cukup.


 

"Tentu."
"Aku menerima bingkisan dari Celine. Mau melihat apa isinya?"
    



   Tawaran itu diterima dengan antusias. Skye mengambil tempat di samping Eric. Guratan keingintahuan jelas nampak di wajahnya. Eric merasakan sedikit geli dengan tingkah temannya ini.



 

"Bukalah!"
  



Accepted [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang