#E&E (2)

808 46 10
                                        

Lelaki itu masih bergumul dengan bantal. Tertutup helaian kain tebal yang menyelimuti sebagian tubuhnya. Pelupuknya bergerak acak dalam pejaman. Ia merasa seseorang tengah menatapinya.

"Hei."

Sebuah sapuan suara lembut menjamah telinga Eric. Dalam kesadaran yang tipis, lelaki itu meregangkan tubuhnya. Matanya terbuka. Beberapa kali dikerjapkan agar penglihatannya lebih jelas. Dari tempatnya berbaring kini, ia bisa membaui aroma mint.  Kesegaran yang tiba - tiba menyeruak di indera penciumannya. Eric mengedarkan pandangan. Lalu jatuh pada seseorang yang tak ia sadari sudah duduk di tepi ranjang. Menatapi dirinya.

"Sudah bangun, hm?"

Terjulur tangan bersama tanya yang terlontar. Sebuah sentuhan mengenai pipi Eric. Jemari yang terasa dingin mengelus permukannya pelan. Menciptakan kenyamanan tersendiri baginya.

"Mandilah terlebih dahulu. Lalu akan kubawakan sarapan kemari. Ok?"

"Hm."

Anggukan menyetujui lantas membuat sosok di sampingnya bangkit. Lalu Eric menyibak selimut. Kulitnya langsung disapa oleh udara dingin yang ditiupkan pendingin ruangan.  Wajahnya merah menyala. Ia telanjang bulat.  Dengan rasa malu yang tak tertahankan, sebuah putaran kecil kejadian semalam menyembulkan bara yang menjadikan Eric hangus terbakar. Rona yang menjadi berapi - api  memicu panas yang teramat di seluruh wajahnya. Secepat kilat, disibaknya selimut itu. Menjadikan dirinya tertutup setengah badan. Lantas matanya kini mencari dua lembar pakaiannya semalam. Sebelum akhirnya suara seseorang menginterupsi dirinya.

"Kau tidak apa - apa?"

Tak ada jawaban melainkan anggukan. Eric menapakkan kaki, kemudian berjalan tertatih dengan selimut melilit tubuhnya. 

"Tak perlu mencari - cari pakaianmu semalam. Sudah aku cuci."
"Sekarang kau hanya perlu mandi. Aku sudah menyiapkan bathtub untukmu."

Diantara langkah yang terasa nyeri, seseorang itu menghampiri Eric. Tubuhnya kini melayang. Berada diantara dua lengan kokoh yang menyangga dirinya. Dari sudut penglihatannya kini, rahang tegas Evan begitu nampak. Ketampanan dari sosok itu lebih jelas terlihat. Dan ya, aroma segar dari tubuh maskulin lelaki itu menjadi menyenangkan bagi Eric.

"Kenapa kau masih disini? Kau mau menatapiku yang sedang mandi, huh?"

"Biarkan aku memandikanmu ~ "

Tanpa persetujuan, Evan sudah mendudukkan diri di samping bathtub. Sebuah spons mandi sudah berada diantara tangannya.

"TIDAK!"
"KELUARLAH ATAU AKU AKAN MEMBUATMU BASAH!"

Evan tak bergeming. Ditekuni kegiatannya menuangkan sabun cair pada spons itu. Memberikan sedikit air disana, meremasnya—memunculkan busa putih yang memicu terseruaknya aroma wangi. Dalam satu komando, Evan berhasil membuat Eric mendengarnya. Punggung lebar nan putih Eric digosok pelan. Terpiculah degupan kencang diikuti rona yang merambati wajah sosok pemberi punggung.  Tak dikira adegan dalam serial yang pernah ia tonton akan dirasakan olehnya sendiri. Bagaimana sosok yang kini duduk di belakangnya menjadi sangat amat perhatian padanya.

Bukankah ini memalukan untuk dilakukan oleh dua orang pria ?

"Duduklah."
"Akan aku keringkan rambutmu."

Wangi mint sama - sama dapat dibaui dari kedua sosok yang duduk berhadapan. Wajahnya disembunyikan dalam tunduk. Eric menahan gejolak mendebarkan yang selalu muncul bila momen ini terjadi. Dari penglihatannya yang kecil,  ia melihat senyum yang tak luntur dari bibir sosok dihadapannya. Yang tanpa sadar dirinya menjadi mengulas senyum karenanya. Bahagia dalam hatinya meluap - luap.

"Hei!"
"Menengadahlah!"

Wajahnya dihadapkan pada raut tampan digarisi senyum. Debu merah muda hinggap diantara pipi miliknya. Tak ada kesanggupan untuk bertahan lebih lama dalam keadaan ini. Jantung Eric bisa saja menjadi mati karena terlalu cepat berdebar. Namun tak ada pergerakan. Kata hatinya tak sampai di otak. Komando untuk membawa pergi diri, dan menyudahi adegan manis ini hanya berada di hati. Tubuhnya tetap diam, menikmati sentuhan kecil di sela rambutnya. Menikmati bagaimana dirinya menjadi satu - satunya yang diperhatikan oleh seseorang ini. Dalam menit yang berlalu. Bising dari pengering rambut menjadi satu - satunya yang dapat terdengar. Eric terlalu kelu untuk sekedar menjadi cair, membuat kebekuan dalam diam ini sirna. Hingga sosok di depannya kini bersuara.

Accepted [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang