#4. (I don't want)

5.9K 368 3
                                    

Author pov

Setelah Eric menunda pertunangan dengan Evan, Eric pikir Evan akan mulai menjauh. Menjauh seakan hilang ditelan bumi, Evan tak pernah lagi menampakkan diri dihadapan Eric. Tapi ternyata bukan begitu. Evan malah semakin getol untuk merayu Mommy dan Daddy Eric. Evan semakin sering berkunjung. Sering makan malam bersama. Bahkan sering main golf bersama Renald Adam, yang tak lain merupakan daddy Eric. Evan terlihat menikmatinya. Namun Eric berbeda. Dia semakin menjadi-jadi. Mencoba menampilkan betapa buruknya dia agar Evan menjauh.

"eh... Evan,, ada apa pagi - pagi begini? Mau bertemu Eric?" sapa Julia, mommy Eric.

"..o, iya bibi.. Sekalian membawakan ini.. Sedikit cemilan.. " Evan menjawab santai. Merekahkan senyuman dari bibirnya.

"aduuh.. Jadi merepotkan... Tapi, Eric jam segini belum bangun... Dia masih tidur.. " mommy Eric mengoceh, kemudian berbisik saat mengatakan bahwa Eric masih tidur.

"Ya sudah..tante, kalau memang Eric masih tidur, jangan dibangunkan.. Kasihan dia,, mungkin lelah setiap hari kuliah.. " Evan kembali tersenyum. Kemudian berpamitan pergi ke kantor.

"Kalau begitu, aku ke kantor dulu bibi... Tidak usah repot untuk menawarkan sarapan, Evan sudah makan dari rumah.. Juga... Ini buket bunga untuk Eric,, siapa tahu dia suka." Evan lagi-lagi tersenyum. Berkata-kata seolah tau apa yang akan Mommy Eric katakan.

"aduh... Manis sekali kamu.... Kok kamu tahu kalau bibi mau mengajakmu sarapan? Kan bibi jadi awkward Ev.. "Julia tertawa kecil. Kemudian melambaikan tangannya pada Evan yang perlahan lenyap di hadapan.

Tak lama setelah kepergian Evan, suara Eric terdengar seraya menuruni tangga menuju lantai bawah.

"Mommmm...! "suara Eric memenuhi ruangan. Dia berjalan santai menuruni tangga sambil menggosok - gosok matanya.

"hhhh... Apa sih Er?! Bangun tidur langsung teriak kayak gitu? "Dengus Julia melihat tingkah anaknya yang super manja.

"Breakfast sama apa? " Eric menyeret kursi lalu mendudukkan dirinya.

"aduuh... Anak mommy, kamu itu baru bangun tidur.. Belum cuci muka... Belum gosok gigi... Belum ngumpulin nyawa kamu,, eh udah nanyain breakfast... "mommy Eric berceloteh, membuat Eric mendengus dalam setengah sadar.

"Ya udah kali mom...hoammmm... Aku laper.. "

"aduh... Ini anak yah,, pagi-pagi udah repot nya minta ampun... "Mommy Eric hanya mengelus dadanya melihat tingkah sang anak.

Setelah mendengar rengekan sang anak, mommy Eric langsung menuju dapur memasak makanan untuk sarapan. Yang akan dia masak adalah Telur mata sapi dan dua potong bacon. Itu adalah makanan kesukaan Eric.

"Mom... Tadi kayaknya aku denger mommy ngobrol... Siapa yang datang pagi-pagi begini? "kini Eric sudah sepenuhnya sadar. Nyawa dalam dirinya sudah penuh terkumpul.

"ooh... Tadi yang datang Evan.."Mommy Eric berbicara dengan nada menggoda. Membuat Eric tersedak sepotong bacon yang hendak dia telan.

"uhuk-uhuk... Ada apaEvan kesini? Memang dia nggak ke kantor apa? " Eric sedikit sensi jika mendengar nama Evan. Perasaan benci dan takut akan berputar dipikirannya.

"mmm.. Tadi Evan kesini mau ketemu kamu, eh tapi kamunya masih tidur.. Jadi dia langsung pamit, terus.. Dia juga bawa buket bunga buat kamu. "Mommy Eric menjawab santai pertanyaan anaknya tanpa berpaling. Tangannya hanya menunjuk ke sebuah buket bunga Krisan yang ada di lemari.

"Ya ampun..... Emang dia kira aku cewek apa?!" Eric mendengus. Dia kesal dengan tingkah Evan.

"Ya nggak apa - apa dong sayang... Kan dia calon suami kamu... "mommy Eric menjawab sambil terus menekuni kegiatannya mencuci piring.

"uhuk-uhuk.... "Eric kembali terbatuk. Kini dia tersedak saat meminum air putih.

"o.. Iya Er,, bagaimana kemarin kamu bertemu Evan? Sudah kasih jawaban.?" Pertanyaan Mommy Eric membuat Eric membeku. Dia lupa untuk mengatakannya kemarin.

"Mmm..... Sebelum jawab.. Mommy janji nggak bakal marah ya... "Eric berkata ragu. Dia masih belum berterus terang soal pertemuannya dengan Evan, kemarin.

"Aduh... Jangan bilang kamu nolak lamaran Evan? " kini Mommy Eric berkata serius. Dia memalingkan wajahnya menatap Eric tajam.

"Aku nggak berani nolak lamaran dia mom... Tapi aku cuma nunda, karena aku nggak mau nyakitin dia.. Atau bikin dad kecewa. "Suara Eric terdengar parau. Dia menunduk tak berani menatap Mommy nya.

"Kalo mommy sih nggak akan marah... Tapi kalau dad sampai tau.. Dia pasti.. "

"pasti bakal dad kasih pelajaran." bagai tersambar petir,Eric langsung diam. Dia terkejut mendengar suara daddynya.

"Kamu kenapa sih Er? Kamu tuh udah dewasa, berpikirlah sedikit tentang masa depanmu. Kamu bukan anak-anak lagi, kamu harus bisa berpikir kebahagiaan orang lain, bukan hanya kesenangan pribadi. "Renald naik pitam. Dia terlihat kesal mendengar perkataan anaknya tadi. Dia menatap ganas Eric dengan mata elangnya.

"dad... Sudah.. Kasian Eric, jangan marah-marah.. Ini masih pagi.. "mommy Eric mencoba menenangkan beliau. Julia tak ingin kalau suaminya sampai menyakiti perasaan anaknya sendiri.

"Bagaimana tidak marah?! Dia udah seenaknya mempermainkan perasaan Evan mom! Dan asal mommy tau...Jika Eric bisa bersanding sama Evan.. Perusahaan kita bisa lebih maju... Selain itu, masa depan Eric juga pasti berkecukupan. " kini Daddy Eric benar-benar terbakar amarah. Dia meluapkan semuanya di hadapan anak dan istrinya. Eric masih terdiam duduk menunduk di kursi.

"dad... Eric juga butuh waktu untuk memikirkan itu semua! Eric bukan robot yang bisa dipaksain begitu saja tanpa perasaan! " Kini Eric bersuara. Dia masih menunduk.

"plakk!"

tamparan melayang dipipi Eric. Membuat mommy Eric hanya menutup mata kemudian menarik tangan daddy Eric. Dan tanpa bersuara, Eric pergi dengan menahan rasa sakit dipipi dan luka dihatinya.

:)

Hey! Akhirnya bisa update.
Vote + comment. Exactly comment to proof this work.
Dan maaf kalo ada typo.
😉

Accepted [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang