#0. (Begin)

19.4K 765 4
                                    

Muak-

Rahangku mengeras, kurapatkan gigiku dan mengatupkan bibirku. Aku benar-benar kesal padanya. Marah, kesal, kecewa semua itu bercampur menjadi satu. Perasaan yang memuakkan membuat dadaku penuh sesak dengan amarah. Ini sudah ketiga kalinya dia menunda. Bahkan hampir membatalkan semuanya. Padahal, aku sudah menyiapkan semuanya. Sudah hampir mutlak,hanya tinggal menunggunya.
Aku sudah menyiapkan diri, memberikan usaha terbaikku. Mengeluarkan semuanya dengan bahagia, bahkan berusaha menjadi yang terbaik di matanya.

Tapi tidak-

7 jam yang lalu...

Suasana cafe benar-benar ramai. Para pelayan hilir mudik menjajakan pesanan pengunjung. Aku duduk di pojok cafe dekat jendela kaca,menunggunya dengan setia. Kuperhatikan setiap orang yang masuk. Setiap lonceng berbunyi pasti seketika kepalaku menengok. Mencaritahu siapa yang datang. Setelah beberapa saat nihil, akhirnya aku melihat batang hidungnya muncul melewati pintu. Wajahnya masam, menunduk, dengan wajah tertekuk.

"Disini!!" teriakku sambil mengangkat tanganku tinggi memberi tanda padanya, tempat duduk yang aku pesan.

"Kenapa kau lama sekali?!! Aku sudah menunggumu sejak tadi. Kemana saja kau sebelum menemuiku?!! " ocehku padanya yang hanya menunduk tanpa menatap wajahku.

"Maaf......Tapi, aku tidak bisa berlama-lama. Aku hanya ingin menyampaikan-- " belum selesai dia berbicara, aku langsung memotongnya.

"Kau setuju bukan?! Ayolah babe, aku sudah menyiapkan semuanya, hanya menunggu kata setuju darimu. " ujarku percaya diri sambil memegang erat tangan kirinya.

Dia hanya diam, kemudian membuka mulutnya pelan mencoba mengatakan sesuatu. Mataku berbinar, percaya dan berharap dia berkata "iya" dan menerimaku. Tapi-

"Maaf Evan,.....kita harus menundanya...lagi. " suara paraunya membuatku tercekik. Dia hanya diam, memejamkan matanya. Aku langsung melepas genggaman tanganku, lalu mulai memijit pelipisku. Aku merasa benar-benar dipermainkan olehnya.

"Kenapa?! Apa sebenarnya alasanmu yang benar-benar membuat acara kita harus terus ditunda?! Apa kau sudah gila?! " aku menggebrak meja, menarik perhatian pengunjung lainnya. Dia terlihat terkejut, wajahnya mengerucut terlihat takut dengan reaksiku. Namun, tanpa jawaban dan hanya dengan ekspresi itu, Eric pergi meninggalkan diriku yang terduduk dengan rasa tak karuan.

"Apa yang sebenarnya dia pikirkan?! " gumamku, menggingit bibir bawahku. Rasanya benar-benar kecewa dengan sikapnya yang begitu plin-plan.
Bodoh-

*****************

Okay guys...
Ini cerita pertama yang aku publish.
Dengan theme, yaitu BL.. Hehe
Don't forget to vote and follow it..

Accepted [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang