#6. (Embarassed)

4.3K 290 4
                                    

Eric PoV

Ini baru pertama kalinya daddy bertindak kasar padaku. Dia memarahiku habis-habisan. Menampar pipiku hingga lebam. Dad benar-benar berubah. Semenjak lamaran Evan diberikan, dad sama sekali tidak bersimpati pada perasaanku. Dia bahkan tek peduli padaku yang tersiksa karena lamaran bodoh pria homo itu. Sekarang aku benar-benar muak. Tak ada gunanya lagi aku memikirkan perasaannya. Untuk apa aku bertahan, sedangkan yang kupertahankan bahkan tak menghargaiku.

'Evan... Aku mau ketemu kamu siang ini di cafe aries... Aku tunggu kamu di jam istirahat makan siang. '

Akhirnya kuputuskan untuk bertemu Evan. Aku ingin mengakhiri semua ini. Hatiku benar benar sakit. Daddy menamparku, mommy menekanku, dan Evan? Dia semakin getol merayu daddy dan mommy untuk mendapat restu. Mungkin yang akan kulakukan sedikit jahat. Maksudku, ini terlalu jahat. Bahkan bisa dibilang jahat dan egois. Tapi ini juga demi kebaikan masa depanku. Tidak, bukan hanya masa depan, tapi untuk sekarang dan yang akan datang.


Celine... Bisa kita lunch bareng? Aku mau ngasih tau kamu sesuatu.
09.28 ••


Oh... Tentu Er,, aku akan menemuimu untuk lunch nanti. Di cafe biasa kan?
09.28

Iya.. Aku tunggu kamu nanti 😊
09.28 ••


Ok babe,
09.29

Percakapan berakhir. Kuputuskan mengajak kekasihku untuk bertemu Evan. Aku ingin melihat reaksinya saat bertemu dengan ku nanti.

Beberapa jam berlalu. Kini sudah tengah hari. Aku sudah bersiap sedia menunggu Celine dan juga Evan di meja pojok cafe. Tempat favorit, dekat jendela. Aku tak sabar melihat ekspresi Evan.

"klincing! "lonceng pintu berbunyi. Aku segera menoleh. Kulihat Celine dengan balutan short dress merah dengan rambut blonde nya yang tergurai. Aku melambaikan tangan seraya memanggilnya.

"Celine!" kulambaikan tanganku memberikan tanda pada kekasihku yang cantik ini.

"Hai babe!"

"uh..aku kangen deh sama kamu... "celine bergumam dalam pelukanku. Tak lama, aku melepas pelukanku dan menyeretkan kursi untuknya.

"Celine, hari ini kamu cantik.. "pujiku terhadap riasan yang ia kenakan. Nampak cocok padanya.

"Thanks babe.. O.. Iya, ada apa kamu ngajak aku lunch? " kata-kata Celine membuatku gelagapan. Aku hanya diam kemudian menatap dalam Celine.

"Sebenernya..."aku mencoba mengatakannya tapi Celine menginterupsinya.

"wait...wait...wait!! Aku mau ke toilet dulu, make up aku ada yang salah.. "Celine menginterupsi perkataanku. Dia kemudian membongkar tasnya, lalu mengambil sebuah kotak kecil dengan mark "make up" di sisinya.

"ya udah... It's ok!" kataku kemudian Celine pergi menuju toilet.

Aku menghembuskan nafas kasar. Mencoba sedikit merileks kan pikiranku. Emosiku yang tadi hampir tumpah, kini kembali mereda. Berselang beberapa waktu, kudengar lonceng cafe berbunyi. Aku menoleh. Aku menelan ludah sudah payah, membasahi bibir bawahku yang tiba-tiba kering.

Kulihat Evan datang dengan sebuket bunga. Dia tengak-tengok mencari keberadaanku mungkin. Hingga dia melihatku, tatapan kami bertemu sejenak lalu aku memalingkan wajahku ke lain arah. Aku takut dan tak sudi menatap wajahnya.

"Hai babe! Ada apa kau ingin menemuiku? "dia berjalan santai, merekahkan senyum murah hati kepadaku.

"Sejak kapan aku memperbolehkanmu memanggilku babe? Kau pikir aku sudi kau panggil seperti itu.?!"aku berkata sarkastik padanya. Aku berdecih menatap wajah datarnya.

"Lalu? Terserah kau suka atau tidak.. Bukan urusanku, "dia menjawab santai kata sarkasku, lalu merekahkan senyuman lagi padaku. Aku menelan ludah, kini mataku tak berani berpandangan dengannya.

"Hei babe! "suara Celine memecah kecanggungan diantara aku dan Evan. Dia menatap bergantian diriku dan Evan.

"Siapa pria tampan di hadapanmu ini?" Celine menyelidik. Dia menaikkan sebelah alisnya menatapku penuh tanya.

"mmm... Dia Evan te-"aku mencoba berbohong agar Celine tidak merasa jijik padaku.

"Calon suami Eric."tiba-tiba Evan menyambar kata-kataku. Aku tertegun, kulihat raut Celine yang semakin bingung.

"Oooh.. Dia yang Uncle Renald ceritakan yah? Pria yang memberi lamaran padamu? "kini aku semakin diam menatap takut Evan. Tak kusangka Celine sudah mengetahuinya.

"Betul! nona....Celine? Lalu kau? Siapanya Eric?" kini Evan berbalik melontarkan pertanyaan pada Celine. Celine hanya diam, dia menatapku meminta penjelasan.

"Maaf... Tuan,, tapi aku adalah Kekasih Eric. Kami sudah berpacaran selama empat tahun kau tahu? " kini Celine terlihat agak geram. Dia menatap kesal Evan.

"Maaf Nona... Tapi berhak apa kau terhadap Eric? Kau hanya pacarnya, dan aku..Calon suaminya,, kita beda kelas..."

:-)

Hai! Kembali dengan saya guys..
Semoga enjoy dan nggak bosen yak.
Jangan lupa bintang vote nya..

*maafkan author bila terdapat typo dkk.^^

Accepted [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang