chapter 1

5.4K 560 24
                                    

Ruang pertarungan di rancang khusus untuk membuat petarung bebas menggunakan kekuatan penuh namun masih memprioritaskan keamanan para penonton yg berada di samping bangunan. Di batasi dengan kaca tebal yg telah dimantrai penonton bisa menonton dengan nyaman dan aman.

Suara sorak penonton saling menggema, pertandingan paling di nantikan di Phoenix Kingdom tengah berlangsung dengan sengit. Ice Phoenix dan Red Phoenix tengah bertarung di arena yg di adakan kerajaan, pertarungan yg selalu di adakan setahun sekali untuk memperingati hari ulang tahun Raja Jaehyun.

Penonton di bagi dua kubu, merah dan biru. Keduanya sama - sama kuat, sama- sama tak terkalahkan. Ini adalah pertunjukan paling menganggumkan di Phoenix Kingdom. 

Namun di tengah pertandingan sang Phoenix muda terprovokasi oleh sang musuh yg tak lain kakaknya sendiri dan tersulut emosi. Bukan hal asing jika sang Red Phoenix mengamuk karena pada dasarnya sifat yg ia miliki seperti api, gampang tersulut dan berkobar. Namun hal itu lah yg membuat ia lengah dan akhirnya kalah.

Ayah keduanya yg menonton di bangku Paling tinggi beranjak untuk turun, menyambut keduanya dengan senyuman lembut membuat lesung pipitnya menjadi dalam dan mempesona.

"Kalian luar biasa"

"Terimakasih ayah" sang putra sulung membungkuk

"Jisung?"

"Aku kalah tak pantas untuk di puji" wajahnya masih memerah mungkin karena menahan amarah di depan ayahnya

"Kedua putraku luar biasa, tak ada istilah kalah dan menang. Kau tetap kebanggan Phoenix Kingdom. Kemarilah"

"Kalah tetap kalah. Ah sial"

Jisung mengabaikan ucapan ayahnya dan berbalik lalu sayap semerah api keluar dari punggungnya, sayap itu mengepak dengan kuat hingga bisa menghempaskan manusia, kemudian ia terbang melintasi dinding di arena turnamen dan pergi entah kemana.

Sang ayah hanya bisa menghela nafas lalu berbalik menatap putra sulungnya. Senyum hangat nya masih terpatri disana.

"Kerja bagus. Istirahatlah"

"Baik ayah" Jeno berbalik dan seketika udara menjadi dingin di ikuti sayap lebar sedingin es menghempaskan tanah dan membawa Jeno keluar arena.

Jaehyun hanya terkekeh lalu menggelengkan kepalanya "Jika aku manusia biasa sudah pasti aku mati hanya dengan hempasan sayap mereka. Benar-benar anak-anakku"

🐭🦊🐭

Langit sore sudah menampakan senjanya. Dan hari sudah hampir malam namun Jisung masih berjalan di area hutan di belakang kerajaan. Hutan itu masih terurus hanya saja untuk menjaga keaslian nya, sebagian masih di biarkan terlantar dan biarkan alam menentukan ingin seperti apa mereka.

Ketika semakin ia masuk lebih dalam. Bulan sudah berada di atas kepalanya menandakan hari sudah larut. Jisung memutuskan bersandar pada pohon besar di sampingnya dan memainkan seruling giok yg selalu ia bawa kemana pun. Malam sunyi berubah menjadi penuh dengan alunan merdu dari seruling itu, mengundang beberapa hewan, baik hewan biasa maupun mitologi untuk mendekat.

Jisung membuka matanya merasakan ada yg mendekat dan ternyata beberapa hewan telah berada di depan matanya. Ia hanya tersenyum, senyum yg jarang terlihat oleh orang lain.

Di tengah alunan nada yg di mainkan Jisung beberapa hewan mitologi tiba-tiba berbalik dan mulai menurunkan kepala mereka seperti bersujud. Jisung menghentikan alunannya dan beranjak.

Jisung sangat penasaran dengan apa yg ada di depanya. Hewan mitologi hanya sujud pada tuan dan hewan mitologi yg lebih kuat darinya, Ia mengikuti arah sujud itu dan terus berjalan lurus.

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang