Chapter 33

1.9K 271 29
                                    

Lagu hanya pemanis. Tidak harus di putar.
.
.
.
.
Suara keriuhan dari luar masih terdengar. Sebagian dari mereka masih membereskan ruangan masing-masing, membangun, menata, merapihkan dan kemudian beristirahat.

Perang ini begitu mendadak tanpa persiapan namun berakhir dengan cepat juga. Untungnya ia bergerak cepat.

Itu tidak luput dari orang yg menolongnya. Namun di mana mereka?

"Ngh"

Renjun mendekat ke arah Jisung, mencondongkan tubuhnya menatap wajah Jisung dari dekat.

"Siapa?" Nafasnya berat, dan suaranya serak

"Kau bisa melihatku?" Bisik Renjun di depan wajah Jisung

"Tidak. Buram"

Renjun menahan nafasnya, tanganya gemetar lalu bergerak perlahan menutup mata Jisung.

"Tidak apa-apa. Istirahat sejenak kemudian semuanya akan baik-baik saja" bujuknya dengan halus

Jisung yg linglung dan lemas tak bisa membantah matanya kembali terpejam namun kini bukan sekarat tapi hanya tertidur dengan tenang.

Apa itu efek samping atau terlalu parah?

Ada satu cara. Tapi...

Meremat bajunya cemas, Renjun meyakinkan hatinya bahwa tak ada pilihan lain.

Renjun menyimpan tanganya di depan dada membentuk simpul yg cantik, lalu matanya berubah menjadi hijau giok terang. Perutnya menjadi mual dan darahnya bergejolak ia ingin muntah. Tangannya mulai goyah sebelum itu sempurna.

Bayangan wajah Jisung melintas di kepalanya. Tersenyum dan tertawa yg sangat jarang terlihat jelas.

"Wuah. Tidak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu"

"Renjun" untuk pertama kalinya ia memanggil namanya

"Bukankah kau lapar? Makanlah"

"Bantu aku mandi"

"Diam. Matamu bengkak" "Jangan gigit bibirmu"

"Berdansalah denganku" Peluk lebih erat"

"Maaf membuatmu menunggu lama. Ayo pulang"

"Baumu harum"

"Sosok di sampingku jauh lebih indah"

"Pfft kau lapar?"

"Aku lebih suka bibirmu"

"Dia pantas mati karena dia menatapmu"

"Seperti ini?" Tangan itu di pinggangnya

"Cinta. Aku cinta kamu"

"Baik Ratuku"

"TIDAK. RENJUN" bayangnya menghilang

Bulir kristal dari ujung bulu matanya menetes ke atas pahanya. Hatinya semakin sakit, dadanya sesak.

Matanya terbuka melirik ke arah Jisung, ia bangkit dan mendekat. Menjepit rahangnya yg kuat agar mulut itu terbuka. Renjun mendekat ke arah wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan.

"Aku mencintaimu" bisiknya

Renjun membuka sedikit mulutnya. Sebuah mutiara keluar dari mulut Renjun berkilau sangat bersinar bergerak masuk ke dalam mulut Jisung menyatu dengan raga dan jiwanya.

Dari pangkalnya, rambut sewarna tinta miliknya perlahan berganti menjadi perak. Begitupula bulu mata dan alisnya. Indah namun sekarat.

Renjun tersenyum sebelum tubuhnya jatuh ke atas tubuh Jisung.

🦊🐭🦊

Mark yg baru saja tiba berlari mencari satu satunya orang berharga baginya. Menanyakan pada beberapa orang ia terus berlari.

Hingga langkah kakinya berhenti di sebuah padang rumput Haechan berdiri sendirian fi sana. Tangannya memeluk tubuhnya sendiri. Mark menghela nafas lega tak ada cedera apapun, Haechan baik baik saja. Ia menghampiri dan berdiri di belakangnya, memeluk dan mengecup bahu kekasihnya.

"Kau terlambat" meski itu terlihat marah tapi nada khawatir tak bisa di sembunyikan.

"Maafkan aku. Aku baik-baik saja."

Hal yg di benci Haechan adalah bahwa Mark terluka ketika ia tidak di sisinya.

Haechan menangkup sebelah pipi di sampingnya tanpa menoleh. Ia merilekskan tubunnya untuk bersandar sepenuhnya pada sang dominan. Ia lelah karena cemas.

🦊🐭🦊

Jaemin yg setia menunggu di samping ranjang tak pernah beranjak. Ia menatap lurus pada wajah Jeno. Ia tak ingin melewatkan pergerakan sekecil apapun ketika Jeno siuman.

Dan gerakan kecil dari jari Jeno benar-benar terlihat oleh Jaemin. Ia begitu bersemangat dan duduk di samping tubuhnya. "Jeno?"

"Nana?"

"Ya. Ini aku"

Jaemin mulai emosional kembali dan menangis di depan Jeno, ia terisak meminta maaf berkali kali. Melihat dirinya terluka saja sudah cukup meremas hatinya apalagi luka itu di buat oleh tanganya sendiri, cukup untuk menghancurkan hatinya menjadi kepingan.

Jeno tak tega ia ingin menghentikannya, mengeluarkan kata-kata penghibur untuknya namun ia masih kesulitan bicara hanya bisa menarik tengkuknya untuk bersandar di dadanya. Mengusap belakang kepalanya sampai dirinya tenang.

🦊🐭🦊

Setelah membereskan 50 persen kerusakan istana mereka beristirahat. Tubuh Raja Jaehyun dimasukan kedalam peti mati bersama Ratu Taeyong. Mereka akan di kremasi ketika kedua pangeran telah sadar.

Mereka belum mengetahui fakta bahwa Phoenix bisa terlahir kembali dari api dan menganggap keduanya sudah mati. Para Rakyat menangis, berduka dan mendoakan Raja mereka yg terhormat.

Kedukaan ini adalah yg terbesar sepanjang sejarah berdirinya kerajaan itu.

Di tengah kedukaan yg besar itu. Sicheng yg menyimpan dendam lebih besar dari sebelumnya. Menatap tajam dari kejauhan pada kerajaan itu. Kematian Raja tidak cukup baginya, semua keturunan Phoenix haru benar-benar musnah untuk menggantikan kematian suaminya. Itu pikirnya.

"Kalian tunggu saja"

Ia berbalik menjauh. Mencari kekuatan lebih besar untuk menghancurkan mereka. Tidak. Untuk menghancurkan dunia. Mereka semua pantas mati.

TBC

Pemanasan dulu ya kan.
1 Chapter lagi? Entahlah

Tunggu saja haha

Semoga suka

Sampai jumpa

Rere

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang