Chapter 31

1.7K 279 35
                                    

Seorang prajurit berjubah besi berlari dengan tergesa-gesa ke dalam tenda utama. Ia membungkuk memberi hormat pada jendral dan para pemimpin di sana.

"Ada apa?"

"Elang dari Yang Mulia Raja ada di sini dia menyampaikan surat ini pada anda" prajurit itu menyimpan surat itu di meja dan berbalik untuk pergi.

"Apa isi surat itu?" Mark yg ada di depan Jendral Lee merasa penasaran

Raut wajah Jendral Lee semakin buruk dan tak enak di lihat. Ia segera berdiri menatap Mark.

"Kerajaan telah di serang dan Raja telah tewas. Kita akan kembali"

Mark tertegun ia langsung teringat Haechan yg ada di sana

"Bagaimana kondisi di sana?"

"Tidak di jelaskan"

Untuk pasukan udara kami akan sampai dalam 1 hari tapi darat akan memakan waktu 3 hari. Dan sialnya Mark seorang Centaurus, jadi ia harus menempuh 3 hari perjalan untuk sampai di sana. Mungkin jika tak ada hambatan Mark bisa berlari 1-2 hari tanpa berhenti karena kaki kudanya sangat kuat dan kokoh.

"Jendral. Aku akan membereskan para musuh di sepanjang jalan tapi aku memiliki satu permintaan, tolong jaga Haechan setelah anda sampai"

"Tentu. Tapi kau harus sampai dengan selamat"

"Aku berjanji"

Jendral Lee menepuk pundak Mark dan mengangguk.

🦊🐭🦊

Suara jeritan dari dalam semakin memekik dan Mort keluar membawa seseorang dalam gendongannya. Jaemin dengan sekuat tenaga memberontak mengeluarkan setiap kekuatan yg ia punya namun gagal. Merasa terganggu Mort memukul titik lemah Jaemin membuat ia pingsan dan jatuh ke pelukannya.

Jeno yg tak berhenti menatap pintu utama merasa murka tak kala Jaemin keluar dalam dekapan musuh. Tangan Jeno mencengkram sulur itu membuatnya membeku tapi tak cukup untuk menghancurkannya.

Tak peduli dengan apa yg Jeno lakukan, Mort dengan sengaja membelai Jaemin di hadapannya. "Benar-benar sangat cantik"

"JAUHKAN TANGAN KOTORMU DARINYA, SIALAN"

gelak tawa terdengar membuat ia puas dan semakin ingin berbuat lebih jauh. Dengan keadaan tak sadarkan diri Jaemin di sentuh dan cium, bibirnya memerah karena ciuman itu. Jeno yg bahkan tak pernah meledak kini seakan bom waktu yg siap meledak kapan pun. Matanya memerah urat pada pelipis dan lehernya terlihat mencuat.

"AARRRGGHHH"

"Lihatlah bibirnya yg membengkak, bagaimana jika ku perlihatkan bagian lainya yg lebih menarik?"

"Hentikan. Cukup!"

"Kenapa? Ku yakin kau juga belum pernah melihatnya"

"Ku bilang hentikan" suaranya putus asa ia menunduk tak sanggup. Lebih baik ia di tusuk berkali kali oleh pedang daripada harus melihat ini.

Mort tertawa dengan puas melirik Jisung yg masih tertunduk tak bernyawa memiliki ide yg buruk.

"Kau. Aku juga punya hiburan untukmu"

Jisung melirik dari sudut matanya tak tertarik sama sekali.

Sebuah cahaya kebiru-biruan hampir seperti cermin terpampang di hadapan Jisung. Awalnya tak ada apapun di sana tapi semakin cermat semakin terlihat itu adalah seekor rubah yg di siksa dan diambil kekuatannya secara paksa dan menyakitkan. Suara raungan dan jeritan memenuhi setiap sudut ruangan bahkan Jisung bisa mendengar seberapa menyakitkannya itu. Tubuhnya mulai bereakasi ia bangkit dan menatap tajam pada Mort.

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang