Chapter 29

1.7K 263 18
                                    

Suara rantai gemericik di lantai marmer hitam, menggema terseret dari kaki indahnya. Hawa dingin dan hampa seperti tak ada kehidupan. Di depan dua orang berjubah hitam menutupi kepalanya berjalan beriringan menyeret rubah cantik di belakangnya. Dari leher, kedua pergelangan tangan hingga kaki semuanya terantai. Tubuhnya kurus, kotor dan lemah, entah sudah ke berapa kalinya kekuatannya diambil untuk membuka segel yg menyegel sang naga.

Ternyata mereka membutuhkan kekuatan lebih besar dan tidak ada pilihan lain selain mengambilnya secara berkala, setiap hari tanpa henti, tanpa ampun.

Renjun dengan mata kosong menatap lantai, tanganya terkulai tak memiliki kekuatan apapun. Ia ingin menangis, ia ingin menjerit meminta tolong tapi ia sudah lelah. Tubuhnya sudah tak merasakan apa pun lagi. Hatinya yg semula berat kini terasa hampa. Bahkan ia hampir lupa siapa dirinya.

"Mulai"

Mort, yg memulai ritual pembukaan segel berdiri di depan Renjun. Menggumamkan mantra yg awalnya berbisik semakin lama semakin nyaring nyaris seperti teriakan. Cahaya merah keluar tubuhnya menuju tubuh Renjun lalu menarik kekuatan Renjun dari dalam menuju kunci segel.

Jeritan bukan lagi keinginan hati karena merasa sakit tapi reaksi tubuh karena tak bisa memberikan respon lain selain jeritan. Tubuhnya bergetar, matanya memerah, dari telinga, hidung dan mulutnya mengeluarkan darah segar, menetes perlahan ke lantai.

Ini adalah neraka.

"Cukup!"

Sedetik kemudian semuanya lenyap, Renjun tersungkur lantai tak sadarkan diri. Tubuhnya masih mengejang seperti tersengat.

"Padahal sedikit lagi"

"Cukup, dia bisa mati"

"Baiklah. Sudah 88%. Kita bisa melakukanya sekali lagi. Saat itu kita tak perlu khawatir dia mati atau tidak, karena segelnya sudah terbuka"

"Aku sangat menantikan momen ini. Aku tak bisa berkutik selama ini karena jika aku gegabah bukan hanya aku tapi suami ku juga akan terpenjara selamanya"

"Apa yg membuatmu membenci mereka?"

"Mereka membuat satu-satunya anakku berbalik menentang orang tuanya dan berakhir menyegel ayahnya sendiri dengan seluruh kekuatannya hingga mati. Menurutmu sebesar apa kebencian ku pada mereka bisa di hitung?"

"Yah aku juga tak terlalu peduli. Kalian hanya perlu menghancurkan kerajaan itu dan aku akan menikahi rusa ku"

Keduanya tertawa puas meninggalkan ruangan meninggalkan Renjun yg tak sekarat.

🐭🦊🐭

"Keluarkan aku bangsat" Di balik jeruji besi emas Jisung mengamuk membenturkan diri untuk bisa menghancurkan besi itu namun sia sia. Jeruji emas adalah kelemahan Phoenix. Penjara yg indah namun menderita karena merenggut kebebasan.

"Maafkan saya Yang Mulia. Yang Mulia Raja Jaehyun melarang anda keluar untuk sementara sebelum luka anda pulih. Jika anda terus mengamuk, kami akan menambah rantai di kedua kaki anda"

"Apa?.. Lihat aku baik-baik akan ku ingat wajah kalian untuk ku gantung nanti ketika aku keluar"

"Saya bersedia jika itu demi kebaikan anda. Sekarang silahkan anda beristirahat di tempat tidur anda" Kai, dengan jabatan letnan jendral di percaya untuk menjaga pangeran Jisung. Dia orang yg sangat royal pada kerajaan, sumpahnya untuk mengabdi pada kerajaan tercintanya dan mati bukan lg hal yg ditakutkan.

"Kau-"

Jisung kembali dan duduk di sisi ranjang mengatur nafasnya agar tenang. Ia berfikir apa yg harus ia lakukan sekarang.

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang