Chapter 16

2.2K 369 43
                                    

Malam itu Renjun kembali ke kediaman pangeran Jisung dengan alasan mengobati tanganya yg terluka. Renjun sempat menolak tapi Jisung dengan tegas menyuruhnya untuk menurut.

"Ulurkan tanganmu" Jisung duduk di sampingnya meraih tangan itu

Jisung menatap wajah itu yg kini sedang melamun, tatapannya kosong dan ia tak tahu apa yg sedang ia pikirkan. Jisung hanya diam sambil berhati hati mengoleskan obat pada tanganya.

Renjun memang tak memikirkan apapun kepalanya kosong, ia terlalu terkejut untuk bereaksi. Dan tadi adalah keberanian karena Jisung ada di dekatnya. Jika itu sebuah pukulan atau tusukan Renjun masih bisa menahannya, Rasa sakitnya masih bisa diobati dan itu adalah hal biasa baginya apalagi ketika ia tinggal di hutan belantara tanpa penghuni selain dirinya.

Tapi ini adalah pelecehan seksual, perlakuan menjijikan yg belum pernah terjadi seumur hidupnya. Mengingat kembali kejadian tadi, betapa cabulnya tatapan yg di berikan untuknya, ia merasa merinding di sekujur tubuhnya. Tangan yg sudah di perban oleh Jisung di tarik olehnya, tanpa sadar memeluk dirinya sendiri karena merasa gemetar, entah karena takut atau sebuah amarah. Ia hanya tidak tahu.

Jisung tersentak karena Renjun tiba-tiba saja menarik tangan itu, ia pikir apa Renjun masih marah padanya tapi ketika ia akan bertanya reaksi Renjun membuat tubuhnya membeku, Renjun memeluk dirinya dengan erat bahkan tanganya lebih gemetar dari sebelumnya.

"Renjun"

"..."

Jisung menarik kedua bahunya agar menatap dirinya, ia panik melihat Renjun yg seperti orang linglung memeluk dirinya sendiri. Dalam ketakutan dirinya hanya berpegang pada tubuh mungilnya, memeluknya se erat mungkin seperti sedang bertahan, seakan ia hanya percaya pada dirinya sendiri. Dan itu membuat Jisung marah pada dirinya sendiri.

"Renjun!"

"Ah huh? ... Apa?"

Jisung menyentuh pipinya "Kau baik-baik saja?"

"Ya... Aku pikir baik-baik saja" ucapnya pelan namun tatapannya masih belum jelas menatap apa.

Tatapan Jisung menajam "Jawab dengan benar apa kau baik-baik saja?"

Renjun tersentak, ia hanya tidak ingin merepotkan orang lain, berpikir bahwa dirinya memang baik-baik saja, itulah yg selalu ia pikirkan. Tapi hari ini ia seperti di tampar dan mengakui kalau semuanya tidak baik, ia takut, ia marah dan ia ingin memegang seseorang untuk bertumpu.

"Tidak... Aku tidak baik" matanya memerah, ia berkaca kaca hingga jika ia berkedip linangan itu siap meluncur ke pipinya "Yang Mulia aku membencinya"

Jisung tidak tahan dengan ini, ia meraih tubuh itu mengangkatnya ke atas pangkuannya lalu memeluknya dengan erat.

"Harusnya aku benar-benar mencongkel matanya lalu memotong tubuhnya satu persatu sebelum membunuhnya" gumamnya.

Renjun tak bisa mengingat apapun ia hanya memejamkan matanya merasa ia telah di lindungi, dengan erat mencengkram baju milik Jisung dan akhirnya tertidur di pangkuannya.

🦊🐭🦊

"Hah" Jisung menyandarkan kepalanya ke belakang merasa kepalanya berdenyut nyeri.

"Apa anda bergadang semalaman?" Sungchan yg menjadi tangan kanan sekaligus sekretarisnya dalam urusan negara menyiapkan teh untuknya.

"Ya. Aku harus menjaga Renjun"

"Masalah tuan Renjun, ini adalah profil milik pelayan itu. Dia adalah kerabat dari tuan Aaron, pelayan pribadi Pangeran Jeno"

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang