Chapter 23

1.9K 334 50
                                    

Beberapa bulan kemudian

Angin malam itu sangat dingin, ia mengeratkan jubahnya dan melanjutkan perjalanan untuk pulang, dengan keranjang di tanganya yg berisikan buah-buahan ia berjalan dengan hati melewati jalan setapak, malam itu ia lupa membawa lentera karena niatnya memang hanya pergi sebentar tapi karena terlalu asik bermain air ia sampai lupa waktu. Untungnya masih sedikit terang oleh cahaya bulan.

Cukup jauh ia berjalan kakinya menjadi berat dan nafasnya berat, ia memilih untuk duduk di dekat pohon kecil sambil menikmati buah yg tadi ia petik.

"Manis... Ah yg ini asam" Renjun membuang buah yg asam dengan cemberut lalu memilih bersandar ke belakang menyamankan dirinya.

Langit malam itu cerah berawan dan Renjun menerawang memikirkan segala hal.

Jika dulu ketika ia di kerajaan itu melihat malam hari yg di hiasi lampu-lampu perumahan penduduk, kini hanya cahaya bintang yg terlihat. Sama indah hanya suasananya yg ia rindukan. Di sana cukup hangat dan tak perlu memikirkan makanan.

Dan yg mungkin benar-benar ia rindukan tapi ia sangkal dengan kuat adalah sosok yg ia sukai, Pangeran Jisung. Seberapa keras kepalanya pun ia menolak tetap sosoknya akan muncul dalam pikiran. Meski hanya sesaat tapi sangat berdampak.

Ia mulai bertanya bagaimana keadaanya, apa ia makan dengan baik, apa ia berlatih dengan giat, apa ia mencarinya, apa ia memikirkannya juga seperti Renjun yg memikirkannya setiap hari, apa ia khawatir karena ia menghilang. Pertanyaan-pertanyaan itu muncul setiap hari di benaknya. Namun tak ada satupun yg terjawab.

"Tidak tidak ini sudah benar. Aku hidup dengan baik, dan mungkin ia juga menjalani harinya dengan baik seperti biasa. Aku hanya akan menghambatnya"

Ah anginnya semakin dingin lebih baik ia cepat kembali ke rumah dan berendam air panas.

Srek srek

"Apa itu?"

Kakinya berjalan mendekat, bukankah hewan seperti ular selalu lari ketika melihatnya, apa ini? Kucing hutan?

"Push? Meow.." Renjun memeragakan suara hewan agar hewan yg ia kira kucing itu keluar

Kaki Renjun mendekat dan ia merasa ada mengganjal di kakinya, perlahan ia menunduk "Aahh" tubuhnya tersandung dan jatuh ke belakang.

"T-tangan?.. itu tadi tangan manusia kan?"

"Bagaimana kalau itu mayat?" Renjun kebingungan antara lari atau memeriksa tubuh itu.

Hati nuraninya menyuruh untuk melihat tubuh itu, ia berpikir bagaimana jika orang itu masih hidup tapi karena ketidak pedulikannya hari ini akhirnya orang itu mati di sana. Tidak bisa.

Renjun mencari kaki tubuh itu berniat menariknya keluar dari semak belukar.

"Sial sangat berat" gerutunya tapi ia berhasil

Hal pertama yg ia periksa adalah denyut nadinya kemudian nafasnya, masih hidup walau sekarat. Badannya penuh luka dan baju jirahnya terdapat koyakan di mana mana.

"Apa terjadi perang di beberapa daerah?"

"Mari kita lihat wajahnya"

Wajah itu tertutupi oleh tanah dan darah, bau amisnya sangat menyengat, Renjun mengambil sapu tangan miliknya dan membersihkan wajah itu terlebih dahulu.

Tunggu

"Wajah ini terasa familiar.."

Dengan hati-hati Renjun menyeka matanya. Sekelebat bayang seseorang hinggap di pikirannya. 

"Tidak. Jangan orang itu.. kumohon"

Tangan Renjun menjadi gemetar dengan sendirinya memikirkan jika orang itu adalah Jisung.

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang