Dingin seperti es, hening, tak tersentuh, di tambah angin kencang yg masuk melakui jendela membuat tirai berayun tak terkendali. Orang yg melihatnya akan merasakan dingin sampai ke tulang. Rambut putihnya ikut tertiup dan matanya menatap kosong ke luar, ia terbaring tak berdaya memikirkan satu satunya orang yg sangat penting di hidupnya.
Klak
Jeno menoleh mendapati adiknya yg sudah baik-baik saja.
Jisung menatapnya sebentar dan berdecak kesal ia mengayunkan tangannya membuat jendela itu tertutup degan debuman keras dan ia menyalakan api di tungku untuk menghangat suhu di kamar itu.
"Kau manusia, bukan dewa salju. Bersikaplah seperti manusia dan bangunlah" sarkas Jisung membuat suara kekehan keluar dari mulut Jeno. Jisung berdiri di samping tempat tidur melipat tanganya.
"Apa kau baik-baik saja?" Lanjut Jisung
"Ya, kurasa" jawab Jeno pelan
Jisung menghampirinya mengulurkan tangannya untuk menopang sang kakak agar bisa bersandar, kemudian ia duduk di samping tempat tidur menatap keluar.
"Ayah dan ..." Sempat terlintas di pikirannya kata 'ibu' untuk pertama kalinya namun ia ragu sejenak, meremas jarinya ia melanjutkan kalimatnya "... ibu akan di kremasi 2 hari lagi. Segeralah sembuh agar di saat ibu sadar kau ada di sampingnya"
Jeno menatap adiknya dan senyum tipis terukir di bibirnya. Untuk pertama kalinya ia mendengar kata ibu keluar dari mulut adiknya. Namun hanya sejenak, senyum itu langsung lenyap karena bayangan seseorang kembali melintas.
"Setelah semua ini selesai kita akan menyelamatkan kak Nana"
Jeno ikut menatap keluar "Saat itu mungkin ia sudah mati"
"Orang itu mencintainya, ia tidak akan menyakiti kak Nana"
"Atau mungkin saat itu ia telah jatuh cinta padanya, berada di pelukannya..."
Bugh!!
Tubuh Jeno terbaring ke samping setelah menerima pukulan mendadak dari Jisung, kini Jisung berada di atas tubuhnya menatap nyalang, nafasnya menderu karena marah. Tak sempat memprediksi situasinya ia benar-benar terkejut menatap adiknya.
"Apa yg kau lakukan?"
"Memukulmu. Apa lagi?"
"Kenapa memukulku?" Jeno memberontak hendak bangkit namun Jisung mendorongnya lagi hingga terhentak ke kasur.
"Karena kau bodoh" tunjuk Jisung di depan wajah sang kakak
"Ap-"
"Sudah berapa lama kau mengenal kak Nana? Sehari? Dua hari?"
"..."
"Kita mengenalnya sudah bertahun-tahun kau bahkan tahu hal kecil tentangnya, bagaimana bisa kau berpikir hal yg tidak masuk akal. Kau tahu satu-satunya orang yg ia cintai di dunia ini hanya kau. Bahkan orang buta juga tahu hal itu. Dasar bodoh"
"Dan disini kau mengatakan hal bodoh tanpa berpikir, kau memang pantas untuk di hajar"
"...."
"Kenapa kau diam saja? Tidak mungkin pukulan ku sekuat itu hingga kau jadi bisu"
Setelah beberapa saat suara tawa terdengar dari Jeno membuat Jisung menyusut dan turun dari tubuhnya.
"Dasar aneh. Jangan tertawa seperti itu, membuatku merinding saja"
Jeno bangkit dan mengatur nafasnya "Hah kau benar. Aku sangat bodoh"
"Jika kau sadar segeralah bangun dan makan"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mon Espoir [SungRen] || END
FantasyHuang Renjun, adalah harta yg tak sengaja ku temukan Harapanku untuk hidup ada padamu, jadi kumohon jangan pergi -js BxB Park Jisung dominan Huang Renjun submisif Jangan salpak ya sayang!!! #1 [SungRen] • 223 #5 [Renjun] • 26.5k #7 [NCT] • 9...