Chapter 3

3.4K 462 24
                                    

Suara hewan malam menggema dari luar jendela. Renjun yg tengah terlelap dengan terkejut langsung beranjak, kepalanya celingukan mencari seseorang namun kasur itu kosong. Ketika ia masih mengumpulkan nyawanya pintu besar itu terbuka dan seseorang masuk.

"Anda sudah bangun, tuan?"

"Em ya" Renjun merapihkan bajunya dan duduk dengan benar

"Apa anda ingin makan sesuatu?"

"Bolehkah?" Matanya berbinar

"Tentu. Putra Mahkota menyuruh saya melayani anda"

"Aku ingin teh hangat dan cemilan manis"

"Tentu, akan segera saya bawakan"

Ketika pelayan itu berbalik Renjun menahannya dan bertanya

"Kemana Ji- Putra Mahkota?"

"Ah Putra Mahkota sedang berendam"

"Apa? Malam- malam begini? Lukanya belum kering"

"Tuan tenang saja, kolam itu adalah kolam kehidupan. Putra Mahkota sedang meditasi menyembuhkan luka dalamnya"

"Baiklah. Simpan saja kuenya disini nanti"

"Bisa kau bawa aku ke sana?!"

"Itu.." pelayan itu tampak ragu

"Aku adalah tabibnya. Aku wajib memantau kesehatannya" ucap Renjun penuh percaya diri

"... Baiklah. Lewat sini" Renjun tersenyum dan mengikutinya

.
.
.

Kepulan asap melayang diatas air panas, menutupi tubuh berototnya yg kini penuh dengan luka, dan membuat siluet yang indah dari kejauhan. Jisung memejamkan matanya mengatur tenaga dalamnya agar selaras. Semakin ia berkonsentrasi semakin tajam indaranya. Suara gemerisik dari belakangnya membuat instingnya waspada.

Wushh

Jisung mengibaskan tanganya ke belakang, melirik dari ekor matanya bagaimana hembusan angin kuat itu melayang kearah semak seperti pedang dan membuatnya berguguran di ikuti jeritan terkejut dari seseorang yg tengah bersembunyi disana.

"Siapa?" Suaranya dingin dan tajam

"I-ini aku. Aku Renjun" ucap Renjun panik

Jisung menurunkan kewaspadaannya dan berdiri tegak berjalan ke tepian. Air meluncur dari kulitnya ketika ia keluar dari air dan tetesan dari ujung rambutnya jatuh ke dada dan bahunya menambah kesan betapa seksinya tubuh itu.

Renjun mematung bukan karena takut tapi karena terpesona. Wajahnya memanas dan tubuhnya kaku bahkan untuk berjalan mundur. Jisung semakin mendekat untuk berdiri tepat di depanya.

"Ada apa?"

Sial bahkan suaranya juga terdengar seksi

"I-itu. Anu.. aku hanya ingin melihat kondisimu. Apa sudah lebih baik"

"Memangnya kenapa?"

"Karena aku bertanggung jawab atas lukamu. Aku tabibmu"

"Aku sudah pulih"

"Hah. Benarkah? Cepat sekali"

"Tubuhku bukan seperti manusia biasa. Aku sudah pulih jadi kau bisa berhenti merawatku"

"Yang benar? Baru beberapa jam kau sekarat hampir mati, masa sudah sembuh. Biarkan aku memeriksanya sendiri" Renjun mendekat lalu meraba tubuh telanjang itu tanpa peringatan membuat tubuh sang empu membeku.

Seakan kegugupan tadi tak pernah terjadi Renjun begitu terangan-terangan menekan setiap inci dari kulit itu.

Telinga Jisung memerah dan dengan tegas menepis tangan itu dari tubuhnya. Renjun tertegun lalu menyadari aksinya yg sedikit tidak sopan.

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang