Chapter 25

2.5K 353 44
                                    

Hari belum terang tapi para hewan sudah sibuk saling bertaut, dan fajar hampir menyingsing. Renjun terbangun dari tidurnya ia menggeliat berbalik menyamankan posisinya.

Oh kenapa bantalnya jadi keras?

"Bangun?" Suara berat datang dari atas kepalanya

Matanya langsung terbuka, ia mendongak menatap wajah yg kini tengah menatapnya.

"Oh aku pasti bermimpi" dan Renjun kembali menutup matanya, ia menarik tubuh Jisung mendekat memperlakukannya seperti guling.

1 detik

2 detik

3 detik

Matanya langsung terbuka sempurna. Sekarang menatap jelas apa yg ia jadikan bantal tidurnya, dada Jisung. Bagus, pantas keras.

Tanpa menunggu lawan bereaksi ia bangkit secepat yg ia bisa hendak kabur.

"Uwah" tubuhnya kembali terlentang dengan bunyi gedebuk. Lengan Jisung yg berada di perut Renjun sejak awal kembali menariknya ke kasur.

"Kau pikir kau mau kemana? Ini masih gelap"

"Aku ingin minum. Lepas" Renjun mengalihkan matanya menatap jendela

"Kau tinggal sendiri di sini?"

"Hah. Ya"

"Apa kau tidak takut?"

"Aku kuat, disini tak ada yg menyakitiku. Manusia lebih mengerikan"

Jisung menggigit bibir bawahnya, menempelkan dahinya di bahu Renjun "Aku mohon maafkan aku. Ijinkan aku memperbaiki semuanya"

"Aku memaafkan mu. Tapi aku tidak ingin kembali"

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin terluka dua kali" Dunia itu kejam, kau harus berpikir realistis. Jika itu masalahnya mungkin endingnya akan tetap sama.

"Kalau begitu... aku.. aku yg akan datang padamu. Kau hanya harus tetap di tempatmu, jangan melarikan diri. Aku yg akan berlari kearah mu"

Renjun menatap mata itu meragukan perkataanya

"Aku bisa meninggalkan segalanya untukmu"

Untuk sesaat hatinya meleleh mendengar itu namun kenyataan kembali menampar "Cukup. Istirahat saja" Renjun memutuskan untuk bangun.

"Tunggu" Jisung tiba-tiba saja bangun dan luka di dadanya kembali terbuka "Ugh"

Renjun menyadari itu "Apa luka-"

"Diam" Jisung menarik perut itu mendekapnya dari belakang.

Renjun terdiam, merasakan pelukan tangan Jisung yg semakin mengerat mencengkram tubuh bagian atasnya. Mungkin bisa menimbulkan memar di lengannya karena terlalu ketat.

"Kenapa kau pergi tanpa memberitahuku. Aku mencari mu"

Jisung berbicara dengan dagu di bahu Renjun sehingga setiap hembusan nafasnya terasa menggelitik di lehernya.

"Renjun"

"Apa?"

"Kau merasakannya? Detak jantungku"

Renjun tanpa sadar lebih menempelkan punggungnya ke dada Jisung. Meski itu menyakitkan Jisung tetap diam dan agar Renjun merasakannya.

"Jantungmu berdetak keras, apa kau merasa pusing atau apa pun yg tidak nyaman?"

"Itu karena mu" bisiknya

"Huh?"

"Aku berdebar karena mu. Dan aku juga baru menyadarinya. Aku suka padamu Renjun"

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang