Chapter 7

2.5K 362 21
                                    

Hangat

Tubuhnya meringkuk lebih dalam ingin mengambil semua kehangatan itu untuknya. Wajahnya terbenam di belahan dada yg keras dan kokoh. Sungguh nyaman.

Tunggu!

Dada? Tubuhnya tiba tiba membeku.

Matanya mengerjap, bulu matanya yg panjang menggelitik dada itu hingga sang empu terganggu dan melenguh.

"Y-yang Mulia" pekiknya tertahan, matanya melotot seakan mau keluar. Renjun panik tak tahu harus berbuat apa. Mencoba kabur tapi tubuhnya di tahan lebih tepatnya di kunci hingga ia tak bisa bergerak.

"Bangun?"

Ya aku sudah bangun. Sekarang lepaskan aku sialan

"Biarkan aku tidur sebentar lagi" ucapnya dengan suara serak yg membuat Renjun merinding.

Tidur ya tinggal tidur. Kenapa kau bilang padaku?

Renjun terus menggerutu dalam hatinya.
Waktu terus bergulir, ia semakin bosan. Kemabli tidur? Mana bisa.
Karena tak bisa melakukan apapun ia melamun menatap dada bidang itu yg terlihat di belahan baju piyama nya. Penasaran sekeras apa dada itu ia menekan daging itu dengan telunjuknya.

Wah keras.

Karena takjub ia menekan beberapa kali hingga lupa kalau ia sedang menekan-nekan dada seseorang.

Grep!

"Apa yg kau lakukan?" Suaranya masih serak dan matanya sedikit terbuka menatap dengan sayu ke arah Renjun.

Renjun mendongak menatap wajah itu, ia gelagapan matanya menatap kemanapun dengan gugup sambil mencoba melepaskan tanganya yg tengah di genggam oleh tangan besar Jisung.

"S-saya tidak melakukan apapun"

"Tadi kau meraba-raba dadaku"

"Hey" Renjun mendongak menatap mata itu "Jangan membuatnya terdengar ambigu"

"Itu faktanya"

"Ap- Sudahlah. Tolong lepaskan saya"

Bukanya melepaskan mata merahnya malah menatapnya cukup lama dan intens. Mendapat tatapan seperti itu jelas ia salah tingkah, bulu matanya bergetar dengan gugup menurunkan pandangan menatap lehernya. Jakun Jisung bergerak, percayalah itu sangat seksi. Renjun tanpa sadar menahan nafasnya dan tubuhnya menjadi kaku.

Eh?

Jisung melepaskannya? Sungguh. Tubuh besarnya mundur memberi jarak dan berbaring terlentang lalu menutup wajahnya dengan lengannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Renjun semakin bingung. Apa tadi hanya perasaanya? Sangat jelas tatapan itu adalah tatapan lapar. Tapi... Sudahlah.

Kenapa kau berpikir seakan kau kecewa. Ucapannya dalam hati menampar hatinya agar sadar.

Renjun beranjak berdiri lalu menatap Jisung.

"Yang Mulia"

"..."

"Boleh saya bertanya?"

"Apa?"

"S-semalam bagaimana saya bisa sampai di sini? Seingat saya kita masih di pinggir danau..."

"Apa yg kau pikirkan? Aku menggendong mu dan membawa mu ke kamar ku?"

"T-tidak. Tentu saja tidak"

Yg benar saja. Mana mungkin Jisung akan membawanya, mustahil. Itu sangat sangat merepotkan baginya tentu saja.

"Aku menyuruh pengawal membawa mu ke kamar ku, karena aku tak tahu kamar mu dimana"

Haa?

Bukankah dia bisa melempar ku ke mana saja? Bahkan gudang sekalipun jika dia mau. Kenapa harus ke kamarnya. Tidak masuk akal.

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang