Suara dentingan gelas teh beradu dengan meja, obrolan ringan menyatukan keduanya untuk tenggelam dalam topik. Angin sore yg cukup lembut menerpa keduanya.
"Di sini sangat sejuk. Aku suka. Aku tidak ingin kembali ke Negeri Timur, di sana panas"
Menanggapi rengekan yg sama seperti puluhan tahun yg lalu lawan bicaranya terkekeh lalu menyeruput teh miliknya sebelum menjawab "Kau hanya ingin bersantai kan"
"Haha kau sangat mengerti aku"
"Kau tidak berubah"
"Aku sudah dewasa kau tau. Kau pikir siapa yg menjalankan pemerintahan sampai Negeriku di juluki pusat perdagangan dunia"
Mendengar hal ini Jisung jujur saja takjub. Ia tak pernah mengira seorang Chenle yg begitu manja ketika muda bisa berbisnis bahkan membuat perekonomian negaranya maju seperti sekarang. Yg ia ingat adalah rengekan dan wajah kesalnya ketika permintaanya yg tak di turuti. Setelah beberapa tahun tak bertemu ia semakin matang dan dewasa membuat ia seperti seorang kakak yg melihat adiknya tumbuh dan merasa bangga.
"Kau berhasil Chenla-ya"
Tubuh Chenle mematung mendengar Jisung berkata Chenle-ya
Sudah puluhan tahun dan tak ada lagi yg memanggilnya seperti itu sejak kepergian ayahnya juga orang itu.
Senyum tulus perlahan naik dengan kaku ia tersentuh tentu saja. Menatap Jisung dengan bahagia "Ya"
🦊🐭🦊
"Bangunannya tetap sama, hanya beberapa ada bangunan baru. Mungkin itu milik Putra Mahkota" gumam Chenle ketika ia berjalan-jalan santai di sekitaran istana. Pengawalnya ia suruh pergi karena akan mengganggunya menikmati pemandangan indah ini.
Semakin jauh Chenle berjalan ia hampir tak tahu dimana ia sekarang. Sekelilingnya seperti taman tapi lebih banyak pohon dan sedikit semak liar.
"Kenapa seperti tidak terawat"
Langkah Chenle terhenti, ia mencium wangi bunga yg sangat harum di dekatnya, ia mencarinya di sekeliling mencari sumber wangi itu.
Di dekat pohon yg hampir terhalangi semak terdapat bunga setinggi lutut anak-anak, ia mendekat mengendus baunya.
"Sangat harum, bunga apa ini?"
Harumnya seperti melati namun ada sentuhan wangi cendana dan vanila. Seumur hidupnya ia belum pernah menemukan bunga sewangi ini. Wanginya bisa memabukkan siapa pun.
Tangannya terulur hendak memetiknya, ia sangat tergoda oleh wanginya. Baru saja lutut kanannya menyentuh tanah, tiba-tiba saja benda aneh muncul.
Syuutt
Jleb
Tangan Chenle menggantung di udara dan wajahnya membeku, matanya perlahan mengedip dan memulihkan diri. Di depan matanya terdapat panah yg sudah menancap ke pohon besar di sampingnya. Wajah Chenle berubah menjadi jelek, ia kesal dan marah.
Suara sorakan terdengar dari balik pohon dan seseorang muncul. Perawakannya sangat bagus, tubuhnya kurus namun tegap dan kuat. Baju yg ia kenakan sangat bagus sudah di pastikan ia berasal dari istana.
Ia berhenti di dekat Chenle dengan nafas terengah, matanya menatap panah yg menancap di pohon lalu berganti menatap Chenle yg masih berjongkok dan menatapnya. Wajahnya seketika berubah panik lalu buru-buru mendekati Chenle.
"Kau baik-baik saja?"
Chenle sempat terpana sejenak lalu berdehem dan menjawab "Ya. Aku baik-baik saja"
Lelaki itu mengulurkan tanganya "Maafkan aku"
Chenle menerima uluran tangannya dan berdiri di depanya "Tidak apa-apa. Tapi ngomong-ngomong, siapa kamu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mon Espoir [SungRen] || END
FantasyHuang Renjun, adalah harta yg tak sengaja ku temukan Harapanku untuk hidup ada padamu, jadi kumohon jangan pergi -js BxB Park Jisung dominan Huang Renjun submisif Jangan salpak ya sayang!!! #1 [SungRen] • 223 #5 [Renjun] • 26.5k #7 [NCT] • 9...