Chapter 13

2.4K 373 58
                                    

Malam itu bulan terang dengan indahnya, Renjun berjalan di koridor seorag diri. Ia bosan karena sendirian sedangkan Jisung dan semua pangeran sedang mengadakan pertemuan darurat dari sore tadi.

Hembusan angin cukup kencang dan tubuhnya menggigil, ia melihat bayangan di tanah seseorang tengah berdiri di dekat pagar balkon lantai dua dan rambutnya menari tertiup angin, ia mendongak matanya tak berkedip, tatapan kagum sangat terlihat dari matanya.

"Indahnya" gumamnya

Pluk

Renjun terkejut ia menoleh mendapati Jisung berdiri di sampingnya setelah menyampirkan jubah pada bahunya

"Kenapa kau berkeliaran dengan pakaian tipis seperti itu. Pakai itu!"

Meski terlihat Jisung memerintah tapi ia tersenyum entah kenapa "Terimakasih atas perhatian Yang Mulia"
Renjun mengeratkan jubah itu pada tubuhnya, sehingga bagian bawah wajahnya tertutupi dan Renjun bisa mencium wangi Jisung di jubah itu, ujung matanya merona.

Hangat.

Renjun melirik dari ekor matanya, ia melihat Jisung tengah mendongak menatap objek yg sempat ia kagumi beberapa saat lalu, Renjun menunduk menatap sepatunya, senyumnya hilang perlahan.

Tapi itu memang sangat wajar, sosok itu memang indah bahkan Pangeran Jeno sampai jatuh hati pada sosok itu, sangat membuat iri.

Senyum paksa ia tunjukan, lalu menatap Jisung dari samping yg masih menatap ke sana.

"Ah. Jaemin memang sangat cantik, bahkan di kegelapan sekalipun. Kau juga pasti berpikiran sama denganku kan?"

"Kau benar dia sangat indah..."

Deg!

Wajahnya menjadi kaku dan Renjun terdiam, tanganya meremas jubah itu hatinya berdenyut, sesaknya sangat mengganggu.

"Tapi.." Jisung melanjutkan ucapannya membuat Renjun menantikan ucapan itu dengan berharap.

"Sosok di sampingku jauh lebih indah dari apapun" Jisung menoleh

Matanya melebar, rasanya angin hangat baru saja menerpa wajahnya dan sesaat ia tidak bernafas. Rona merah merayap hingga ke telinganya, ia masih menunduk tak berani menatap apapun.

Itu hanya gombalan biasa juga klise tapi kenapa ia tetap berdebar mendengarnya, atau memang jantungku bermasalah dan akan segera mati. Aaahhh bagaimana ini.

Jisung melihat itu, telinga dan pipinya merah sempurna dan mungkin jika tak terhalangi jubah lehernya juga memerah, ia tak tahan memalingkan wajahnya sambil menutup mulutnya. Imutnya.

Groowlll

Jisung terdiam sebentar dan menoleh melihat Renjun tengah terdiam seperti tidak terjadi apapun.

Apa dia salah dengar tapi tadi sepertinya dia mendengar dengan jelas bunyi perut kelaparan Renjun. Beberapa saat perutnya berbunyi lagi dan Jisung tak bisa menahan tawanya, ia menutup mulutnya merasa Renjun sangat menggemaskan.

"Pfftt kau lapar?" Ia menghadapkan tubuhnya ke Renjun, sepenuhnya menatapnya.

Baik. Ambil nyawaku sekarang. Ini memalukan, rasanya ingin menggali kuburan ku sendiri.

Renjun merutuk dalam hatinya

"Hey-"

"Aaakhhh" Renjun berteriak tiba-tiba lalu berjongkok menutup seluruh wajahnya di lipatan tanganya bahkan Jisung sampai terdiam saking kagetnya. Renjun sangat malu untuk menampakan wajahnya.

"Kenapa selalu di hadapan Yang Mulia. Perutku sepertinya memusuhiku" ucapnya masih dengan mengubur wajahnya.

Jisung bengong sebentar mencoba memahami kalimat Renjun, seketika menutup matanya dengan telapak tanganya dan dan tertawa tanpa suara.

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang