Chapter 14

2.1K 358 25
                                    

Waktu seakan berhenti dan disekitar mereka menjadi sangat sunyi, bibir mereka yg masih menempel mulai bergerak menjauh.

Jisung membuka matanya menatap bibir itu dan seketika ia tersentak dengan apa yg baru saja ia lakukan. Berbeda dengan Renjun, ia hanya terdiam merasa bingung.

Jisung bangkit menegakkan kembali tubuhnya lalu berbalik.

"Y-yang Mulia.." tangan Renjun hendak menggapai baju Jisung

"Kembalilah" suara Jisung berubah menjadi sedikit dingin

"Tapi tadi-"

"Lupakan apa yg terjadi, kubilang cepat kembali" Jisung menolehkan setengah wajahnya menatap tajam ke arah Renjun dari ekor matanya.

Tangan Renjun menggantung di udara, tubuhnya membatu. Tatapan dan suara Jisung sepenuhnya menjadi dingin dan hati Renjun sangat tidak menerima itu. Tanpa berkata apapun ia beranjak meninggalkan Jisung disana.

Setelah kepergian Renjun, Jisung menjatuhkan tubuhnya ke kursi sambil menutup wajahnya. Rasa degupnya belum hilang untuk sesaat ia merasa cemas
dan ia sangat kewalahan.

Esoknya Jisung keluar dari kamar dengan keadaan lesu dan lelah, ia tak bisa tidur semalaman, ada kantung mata yg sangat jelas di bawah matanya dan sangat tidak menguntungkan ia berpapasan dengan Renjun di lorong pagi itu.

Mata mereka sempat bertemu namun Renjun lebih dulu memutuskan kontak ia hanya berjalan kembali melewati Jisung tanpa menoleh.

Tangan Jisung yg ingin menggapai tangan kurus itu menggantung, keberaniannya hilang seketika.

Jisung menatap pundak sempit itu yg semakin menjauh tanpa berbalik padanya.

Apa yg kau harapkan. Apa kau berharap dia kembali hangat setelah kau berkata dingin padanya. Kau tidak masuk akal Jisung.

🐭🦊🐭

Ia berlari malam itu, menjauh secepat mungkin dari tempat Jisung berada. Kakinya perlahan berhenti dan ia terdiam di lorong yg gelap tanpa cahaya. Menatap sepatunya dengan kosong ia merasa ada yg salah dengan tubuhnya.

Tes

Renjun tersentak ia menyentuh pipinya; basah.

Dia tidak mengerti, dia tidak paham apa yg sudah terjadi padanya, kenapa ia merasa sesak, kenapa ia berlari, kenapa ia merasa buruk untuk hal ini.

Sungguh perasaan apa ini

Hatinya beberapa saat lalu merasakan sesak namun menyenangkan, tapi setelahnya berubah menjadi sesak yg menyesakan seakan mencekik dan membuat ia menangis tanpa sadar.

Ia benci ini

Dengan kasar ia mengusap wajahnya lalu kembali melangkah. Ia tidak ingin mengingat ini, ia akan melupakannya dengan cepat. Perasaan ini asing jd ia tak ingin menggali lebih jauh.

Ia berharap di istana yg luas, dirinya tak akan bertemu dengannya. Akan ia pastikan tidak akan pernah.

Bum

Ia malah melangkah tanpa sadar ke arah koridor kamar Pangeran Jisung. Bagus sekali.

Terkutuk kau kaki-kakiku

Sebelum ia benar-benar melihat Jisung ia akan memutar balik dan menjauh. Namun Jisung muncul di sana, keluar dari kamar dengan tampilan suram namun tetap tampan. Jika ia berbalik, ia akan kehilangan harga dirinya. Tak ada pilihan lain selain melanjutkan langkah, untung saja kamar Jisung bukan di ujung koridor.

Ia menguatkan hati untuk tidak melirik sedikitpun, ia tidak ingin berurusan lagi dengannya. Namun kantung matanya benar-benar membuat ia khawatir. Sedikit saja ia ingin melihat, hanya sebentar.

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang