61 Amanah atau Alasan

319 19 0
                                    

⚠️ Warning ⚠️

Awas berhati-hati karena typo bertebaran dimana-mana, kata-kata kasar, vulgar atau apapun tetapi author berusaha menutupinya, kalo author lupa berarti khilaf 🤫🤭🤗

Jangan lupakan di akhir cerita ada aja bikin gantung dan penasaran 🤭😌🤗


🎥🎥🎥🎥🎥🎥🎥🎥🎥


Author datang kembali dengan kisah si mamud Vivi dan pamud Kenan (Eeeaaaa .... beda sebutan dan status sekarang 🤣)

Yuk sudah yuk ,, Kita baca kisahnya author ngebut supaya bisa update
👇👇👇👇

Hilda menatap Kenan, Fidel dan Lusi seperti meminta bantuan.

"Semuanya." sahut Lusi dengan wajah serius.

Keluarga Oliver dan Gibran menatap Lusi seperti domba dirombongan para serigala.

"Awalnya tuan Zafar melarang keras nona Hilda untuk ke kota C tetapi nona Hilda ingin hidup mandiri di kota orang dan merasakan bagaimana rasanya tinggal jauh dari orang-orang yang membantunya selama ini membuat tuan Zafar frustasi bahkan keinginan nona Hilda didukung oleh Nyonya Fira, tuan Dewa, Nona Ayya dan tuan Leo membuat tuan Zafar hanya bisa pasrah." jelas Lusi menatap Keluarga Oliver dan Gibran satu persatu.

Vivi menatap Hilda dengan pandangan menyelidik. Hilda yang merasa ditatap Vivi hanya mengernyitkan dahi heran.

"Kenapa lo?"

"Gue gak percaya kalo lo itu saudara sepupu tuan Zafar. Nih ya setahu gue, tuan Zafar itu pakaiannya brended dan perfect. Pakaian lo kok biasa dan terlihat murah serta sederhana." sarkas Vivi polos menilai pakaian Hilda dari atas ke bawah.

Athaya, Reiner, Kara, Sara dan Gibran juga menilai pakaian Hilda dari atas ke bawah. Berbeda dengan Kenan hanya menggelengkan kepala dan terkekeh, Lusi dan Fidel melototkan matanya saat mendengar ucapan sarkas polos Vivi.

"Astaga ... Mamud Vivi. Pakaian nona Hilda emang biasa saja tapi harganya yang luar biasa." batin Lusi memelas.

"Biarpun pakaian nona Hilda terlihat sederhana, murah dan biasa tetapi harga dan kualitasnya itu loh setara motor sport atau mobil sport." batin Fidel meronta-meronta.

Wajah Hilda sama sekali tidak tersinggung dengan omongan sarkas Vivi. Lalu kepala maid datang ke ruang keluarga.

"Tuan Kenan, tuan Fidel. Kamar untuk tuan muda kecil Bintang dan tuan muda Gilang sudah saya bereskan." Jelas kepala maid menunduk hormat.

"Baiklah, kepala maid. Terima kasih." Ucap Fidel ramah.

"Saya permisi. Tuan, nona." Ucap Kepala maid hormat dan keluar dari ruang keluarga.

Vivi dan yang lain menatap intimidasi Kenan, Fidel dan Lusi bergantian seperti meminta penjelasan. Kenan menampilkan wajah datar, Fidel menampilkan cengiran khas, sedangkan Lusi mengalihkan wajahnya.

Kenan pun bangkit dari sofa single lalu menghampiri Vivi yang duduk di kursi roda.

"Nanti aku akan menjelaskan di kamar, honey. Sebaiknya kita ke kamar dan istirahatlah terlebih dahulu." lembutnya sambil mengelus pucuk kepala Vivi.

"Kenapa harus di kamar? kenapa gak sekarang biar semua orang tahu?" tanya Vivi menahan kedua tangan Kenan dari kursi roda.

"Ada sesuatu yang tidak bisa aku katakan honey." balas Kenan lembut lalu mendorong kursi roda Vivi menuju lift tidak jauh dari ruang keluarga.

Young GrandmomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang