Bab 15 Hampa

57.3K 982 153
                                    

Happy Reading🙏🙏

Devan menjauhkan kepalanya dari pangkal paha Adelia. Bibirnya basah penuh dengan cairan  nikmat Adelia. Matanya yang  masih berkabut nafsu beralih menatap kearah pintu.

"Aahhh.." desah Adelia kecewa.

Adelia kecewa karena Devan menghentikan aksinya secara tiba-tiba padahal dirinya tadi hendak menggapai puncak nikmatnya.

" Apakah ada yang datang?" Tanya Devan sambil melihat kearah pintu karena tadi sepertinya  telinganya mendengat ada suara pintu ditutup disela-sela suara desahan Adelia yang keras.

" Kamu salah dengar, tadi aku menjatuhkan sesuatu ke lantai. Barangkali itu yang kamu dengar" ujar Adelia tidak ingin Devan menyadari kedatangan sosok yang baru saja pergi itu.

" Ohh..ayolah sayang lanjutkan yang tadi. Sedang enak-enaknya" rayu Adelia sambil menarik kepala Devan kembali pada pangkal pahanya agar fokus Devan kembali pada kegiatannya. Adelia mengangkat pinggulnya menyajikan vaginanya dihadapan Devan. Dan usahanya itu berhasil. Devan kembali fokus menjilati pangkal paha Adelia yang penuh kenikmatan itu.

Maka kegiatan ronde kedua pun kembali berlanjut. Ruangan kembali dipenuhi oleh suara desahan dan teriakan berisik tidak tahu malu kedua orang itu.

Di luar ruangan itu masih berdiri sosok yang tadi membuka pintu ruangan Devan. Suara-suara mendesah dari dalam didengarnya dengan jelas. Setiap suara yang keluar dari dalam sana semakin menusuk hatinya dan mengoyak-ngoyak perasaannya hingga rasanya begitu sakit yang tak terperikan bagai ditusuk oleh sebilah belati yang tajam.

Ya, Sosok itu adalah Ayu, tubuh itu masih mematung di depan pintu. Berharap apa yang baru saja dia saksikan tadi hanyalah mimpi belaka. Tapi suara setiap desahan di dalam ruangan itu menyatakan bahwa semua ini adalah nyata. Auaminya kakinya Tiba-tiba terasa lemas . dengan tangan gemetar  Ayu menyangga tubhnya pada tembok disamping pintu.

Awalnya Ayu ingin memberi kejutan kepada Devan dengan membawakan makan siang untuknya. Karena Ayu tahu pagi ini sarapan yang masuk kedalam perut Devan sangat sedikit,  tentunya saat ini Devan sangat kelaparan mengingat kesibukannya hari ini, suaminya itu tentu tidak sempat memikirkan untuk mencari makan diluar.

Tapi ternyata begitu tiba disini  justru Ayu yang mendapatkan kejutan. Melihat Suaminya yang setengah telanjang dan melihat Devan yang tampak sedang asik menyantap tubuh Adelia. Membuat hatinya berdenyut nyeri.  Yang dia saksikan di depan kedua matanya sudah menjelaskan segalanya. Devan telah berselingkuh di depan kedua matanya dan bisa melakukan hubungan sex.

Rasanya  Ayu ingin langsung berteriak  marah dan melabrak pasangan yang sedang berselingkuh itu. Memergoki mereka dengan penampilan tidak senonoh seperti itu tentunya akan membuat mereka tidak bisa menghindar dan berkelit. Ayu bisa mengamuk-ngamuk dan menangis meraung-raung pada mereka  berdua bagai istri yang terkhianati.

Tapi Ayu masih mempertahankan harga dirinya. Tidak ingin bertindak barbar yang justru merendahkan harga dirinya dengan mengamuk-ngamuk bagai istri yang tidak berdaya dan teraniaya.

Oleh karena itu Ayu memilih menutup kembali pintu itu diam-diam dengan tangan gemetar  dan hati yang tercabik-cabik. Tanpa bisa dicegahnya air matanya jatuh menetes.

Entah sudah berapa lama Devan membohonginya. Ternyata suaminya tidak disfungsi ereksi. Suaminya itu masih bisa bercinta. Terbukti dari suara perpaduan mereka, hentakan dan desahan di dalam sana. Ayu menggigit bibirnya kuat untuk menahan amarah serta sedihnya.  Pikirannya sangat kacau saat ini. Perasaan marah,terkhianati, kecewa,pedih  dan hancur menjadi satu saat ini.

Kecurigaannya ternyata terbukti benar. Devan mempunyai hubungan dengan wanita bernama Adelia itu. Hubungan mereka sudah lebih dari sekedar dokter dan pasien.

Ayu berbalik berjalan dengan limbung menjauhi pintu itu dengan perasaan kacau dan linglung. Ayu Tidak tahan mendengar lebih jauh lagi suara percintaan mereka di dalam sana.

Di ruang depan Clara menyambutnya dengan tatapan iba tidak tahu harus berkata apa pada istri bossnya itu. Wajah Ayu tampak pias dan berurai air mata.

" Jangan katakan padanya bahwa aku kesini" Ayu berkata pada Clara  dengan suara lirih dan bibir  bergetar.

Dengan kasar tangannya menghapus air mata di pipinya yang tanpa bisa dicegahnya terus mengalir dari pelupuk matanya.

" Air mata sialan." Caci Ayu kesal pada cairan yang terus mengalir di kedua pipinya.

" Baik Bu" ujar Clara mengangguk mengerti.

"Anda baik-baik saja bu?" Tanya Clara cemas melihat kondisi Ayu yang sangat pucat dan pias seakan-akan wanita itu bisa roboh saat itu juga. Kaki Ayu pun tampak lunglai seakan tidak sanggup menopang tubuhnya.

Ayu menanggapi pertanyaan Clara dengan memberikan senyuman yang tampak getir dan bibir bergetar.

"Melihat suami selingkuh di depan mata tentu saja tidak baik-baik saja. Tapi aku tidak akan jatuh pingsan karena shock. Tenang saja,setidaknya aku masih sanggup berjalan diatas kedua kakiku. Jadi itu aku anggap sebagai baik-baik saja" ujar ayu dengan suara bergetar.

"Sejak kapan kamu mengetahui perselingkuhan suamiku?" lanjut Ayu lemah.

Ayu meminta kejujuran dari Clara tentang hubungan Suaminya dengan dokter terapinya itu.

" Saya tidak tahu pasti bu. Hanya saja saya sempat curiga karena dalam beberapa bulan ini dokter Adelia semakin sering datang kesini menemui pak Devan" jawab Clara sejujurnya.

" Kenapa kamu tidak memberitahuku tentang hubungan mereka?"

" Maaf Bu. Saya rasa, saya tidak berhak untuk ikut campur. Kalaupun saya memberitahu ibu sedari awal saya yakin ibu juga tidak akan percaya pada perkataan saya. Saya malah takut ibu akan menuduh saya memfitnah pak Devan. Jadi saya pikir lebih baik Ibu mengetahui hal ini dengan sendirinya atau dari orang lain selain saya."

Ayu terdiam mendengar pembelaan Clara. Perkataan Clara ada benarnya, Jika Clara tiba-tiba datang padanya dan memberi kabar bahwa Devan telah berselingkuh dari dirinya. Sudah pasti Ayu yang begitu mencintai Devan  tidak akan mempercayai ucapan Clara begitu saja. Dan seperti yang clara katakan Ayu tentunya akan menuduh Clara sedang memfitnah Devan.

Devan yang selama ini Ayu pikir begitu mencintainya dan tidak akan pernah menduakannya ternyata telah membohonginya selama ini. Bukan hanya membohonginya karena mendua tapi juga membohonginya bahwa dirinya tidak disfungsi ereksi, dia masih bisa bercinta dengan wanita lain.

Tapi kenapa hasrat Devan tidak terbangkitkan jika dengan Ayu? Apakah Ayu sudah tidak menarik lagi sehingga Devan tidak berhasrat lagi padanya? berbagai pertanyaan terus berkecamuk di pikiran Ayu tanpa ada jawabannya.

"Jangan beritahu dia kedatanganku. Biar aku sendiri yang memberitahunya nanti. Aku masih butuh waktu untuk menenangkan diri" ujar Ayu berjalan dengan  perasaan hampa, kaki melangkah gontai menuju lift meninggalkan Clara yang masih menatap kepergian Ayu dengan tatapan cemas.

Ayu meninggalkan kantor Devan dengan tatapan yang kosong dan  hati yang  hancur.

To be continuee...

BINAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang