Bab 18 Menghilang

40.1K 1.3K 432
                                    

Happy Reading🙏🙏

Ayu menatap gawainya yang terus berdering dari beberapa jam yang lalu. Semua adalah panggilan dari suami pengkhianatnya itu. Tidak  ada keinginan bagi Ayu untuk mengangkat panggilan itu dibiarkan saja panggilan itu bergetar terus menerus hingga terhenti dengan sendirinya.

Hatinya sudah membeku dan terasa hampa. Padahal dulu dia langsung  semangat untuk menjawab begitu mendapat panggilan dari suaminya.

Ayu membuka pesan yang masuk. melihat begitu banyak pesan yang dikirim oleh Devan. untung saja dia sudah menyetel status pesannya agar tidak terlihat sedang online ataupun telah membaca pesan yang dikirim oleh Devan. Dibacanya satu persatu  pesan yang dikirim oleh suaminya.

'Sayang kamu sedang apa? Angkat dong telefonnya'

' kamu sedang marah ya sayang'

'Mas minta maaf, lupa mengabari kalau mas tidak bisa pulang semalam'

' maafkan mas sayang, nanti malam mas ajak jalan-jalan kemanapun kamu mau. Kita dinner diluar'

Ayu mendengus membaca pesan diatas. Yang berisi bujukan dan rayuan. Devan sangat tahu bagaimana membuat Ayu luluh. Tapi tidak untuk kali ini. Kesalahan Devan sangat fatal. Ayu sudah tidak bisa mentolerir kesalahan Devan yang satu ini.

'Sayang, tolong maafkan mas, mas tidak  akan ulangi lagi kesalahan mas. lain kali mas akan mengabari kalau tidak pulang malam.'

'sayang angkat dong telepon dari mas'

'sayang, mas kangen mendengar suaramu'

Dan masih banyak lagi pesan yang terus menerus dikirimkan Devan. segala bujuk rayu Devan agar Ayu menjawab panggilannya. Devan bertingkah seolah dia tidak melakukan kesalahan fatal. 

Tampaknya Adelia tidak memberi tahu Devan bahwa Ayu telah melihat kegiatan mereka di kantor kemarin. Entah apa yang Adelia rencanakan. Sudah jelas wanita itu juga melihat dirinya yang telah memergoki kegiatan mereka.

Ayu melihat ada pesan juga dari nomor yang tidak dikenal. begitu dibuka terdapat banyak foto yang dikirim. Ayu membuka satu per satu foto itu. Hatinya kembali terasa perih. berbagai foto pose Adelia dan Devan yang sedang tidur tanpa mengenakan  busana sehelai benangpun.

'suami mu sangat puas  melakukan sex bersamaku sampai dia kelelahan. apakah kamu bisa membuatnya begitu?'

Ayu menitikkan kembali air mata melihat foto-foto itu. hatinya kembali  terasa seperti ditikam belati. sakit.. sangat sakit.. tanpa diberitahupun Ayu tahu milik siapa nomor itu. Begitu bangga kah wanita itu telah menjadi perusak rumah tangga orang? Padahal dirinya seorang dokter dan berparas cantik. Mengapa dia justru lebih memilih menjadi perusak rumah tangga orang lain.

dengan tangan gemetar menahan emosi Ayu segera mengirim semua foto yang dia terima pada Devan dengan menambahkan sebuah pesan yang singkat.

'kesalahan kamu sudah tidak bisa dimaafkan'

kemudian segera dimatikan gawainya begitu pesannya sudah terkirim. tidak ingin lebih sakit hati lagi. Tapi air mata masih terus mengalir dari kedua matanya. Ayu menunduk menangis sesegukan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya, tidak memperdulikan tatapan orang di sekitarnya yang menatap heran padanya. 

Ayu jadi mengingat tatapan Adelia yang penuh kemenangan dan kepemilikan terhadap Devan. Wanita itu seolah memerkan kepadanya bahwa dirinya lah yang menang dan berhak memiliki Devan.

Tentu saja wanita itu menang, dia bisa bercinta dengan Devan. Sedangkan Ayu yang istrinya justru tidak bisa membuat Devan bergairah padanya. ini adalah pukulan telak pada Ayu. Tangis Ayu semakin pilu. 

BINAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang