Bab 7 Murka

58.1K 784 102
                                        

Happy Reading

Ayu telah bersiap  menanti dijemput oleh Devan. tapi sudah lewat dari waktu yang dijanjikannya Devan belum juga muncul. Ayu mencoba menghubungi nomor selular Devan tapi tidak diangkat. sudah dicoba dihubungi berkali-kali, tapi tetap saja tidak diangkat.

Padahal hari sudah menjelang sore. Ayu berpikir mungkin rapat yang dibicarakan oleh Devan memakan waktu lebih lama.

Ayu sedang menimbang untuk tetap pergi sendiri ataukah membatalkan kepergiannya hari ini dan menggantinya dengan hari lain, lagi pula pestanya masih minggu depan, masih ada waktu untuk mencari-cari gaun yang sesuai keinginan.

Dia sudah berdandan hari ini,  sayang jika dia tidak jadi untuk pergi keluar.
Akhirnya Ayu berinisiatif untuk pergi sendiri mencari gaun untuknya sekaligus menghilangkan penat karena sudah lama tidak keluar runah . Dengan menyetir mobil sendiri Ayu menuju butik langganannya. Rasanya sudah lama dia tidak bepergian sendiri.

sesampainya di butik langganannya Ayu disambut dengan ramah oleh pegawai butik yang sudah mengenalnya.

Ayu dilayani dengan baik, ditawari berbagai gaun keluaran terbaru yang dimiliki oleh butik itu. Tapi tidak ada yang sesuai dengan selera Ayu walaupun gaun-gaun itu begitu indah, tapi sebagian besar gaun itu adalah gaun yang terbuka. Devan tidak akan suka jika dia memakai gaun seperti itu.

Maka  Ayu mencoba mencari-cari gaun di butik yang lain. memasuki beberapa butik tapi tidak juga mendapatkan gaun yang diinginkan.  Gaun yang sesuai dengan seleranya dan juga yang akan disetujui oleh Devan. Hingga tidak terasa hari sudah gelap. Ayu pun menghentikan pencariannya.

Barangkali lebih baik pergi bersama Devan sehingga pilihannya nanti tidak sia-sia. Maka Ayu pun segera pulang ke rumah takut Devan akan marah karena ketika tadi dia melihat gawainya, Devan telah meneleponnya beberapa kali.

Ayu mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata  membelah jalanan malam untuk sampai di rumah lebih cepat. Dirinya sudah membayangkan wajah marah Devan yang sedang menantinya di rumah.

Jantung Ayu berdegup kencang takut akan kemarahan Devan nanti. Karena keasikannya memilih-milih gaun, Ayu tidak menyadari bahwa gawainya berbunyi berkali-kali tanpa henti. puluhan panggilan dari Devan tampak di layar handphonenya.

Mobil tiba di rumah, Pak ujang, suami bibi mumun membukakan pagar rumah.

"Bapak tungguin dari tadi non" ujar pak Ujang menyapa Ayu ketika wanita itu menurunkan kaca jendela mobilnya.

" Iya pak. Saya keasikan cari baju di mall" ujar Ayu.

Ayu segera membawa mobilnya masuk ke halaman rumah memarkir mobilnya disamping mobil Devan yang sudah terparkir di teras rumah.

Begitu memasuki rumah. Ayu disambut Devan dengan tatapan yang membuat hati Ayu ciut.

" Dari mana saja kamu" tegur Devan dengan suara keras membuat ayu terlonjak takut.

" cari gaun" jawab ayu dengan takut.

" Cari gaun sampai jam segini. Di telepon tidak diangkat." Bentak Devan dengan marah.

" Kamu bertemu seseorang diluar sana ya" tatap devan dengan curiga.

" Tidak mas. Aku pergi sendirian mencari gaun"

"Kamu pulang tidak membawa apa-apa. Ngapain aja kamu diluar seharian."

" Aku perginya sore mas. Kan nungguin mas jemput. Tapi mas ga pulang juga" jawab àyu dengan sejujurnya.

Dengan tiba-tiba devan mencekal rahang ayu kuat untuk mendongak menghadapnya.

" Sudah pintar menjawab sekarang ya!" guman Devan dengan kemarahan yang semakin tersulut. Giginya tampak gemeretuk menahan kesal

" Kamu bertemu pria diluar kan?" Tuduh Devan dengan marah.

" Enggak mas. Aku beneran cuma ke butik cari gaun."

" Bohong." Dengus Devan tidak percaya.

Decekalnya lengan ayu dan diseret menaiki tangga. Dengan terseok-seok  dan lengannya yang sakit dicekal devan,  ayu mengikuti Devan menuju kamar dengan wajah meringis menahan sakit pada cekalan di lengannya. Langkah devan terus berjalan menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi tubuh Ayu dihempas ke tembok. Devan  menyalakan shower dengan kasar. Ayu terkesiap menerima guyuran air dingin.

" Buka semua bajumu" perintah Devan masih dengan nada marah.

Dengan tangan gemetara ayu melepaskan semua pakaiannya dibawah guyuran air dingin.

" Bersihkan semua badan kamu. Pasti sudah disentuh orang" desis Devan dengan pandangan jijik.

" Mas, aku tidak ngapa-ngapain sama cowo lain" ujar ayu sedih mendengar tuduhan dari suami tercintanya.

" Mas ga percaya. Bersihkan semua bagian sampai bersih. Aku tidak suka dengan bekas jamahan orang lain" desis Devan sambil menggosok semua bagian tubuh ayu dengan spon mandi.

" Sumpah mas. Aku cuma pergi berbelanja. Aduhh.. sakit mas" tangis ayu saat  Devan menggosok tubuhnya dengan keras hingga kulitnya memerah.

Devan tidak mendengarkan rengekan  Ayu. Tangannya terus menggosok seluruh bagian tubuh ayu dengan kuat. Terutama pada pangkal paha ayu.  Digosoknya selangkangan Ayu dengan kuat berkali-kali.

"Aww..sakit mas. " Rintih ayu berkali-tali tapi tidak dihiraukan Devan.

" Buka yang lebar paha kamu" perintah Devan masih terus ingin menyiksa Ayu.

Dengan terpaksa ayu melebarkan kedua pahanya. Devan memasukkan jarinya ke dalam liang vagina ayu. Menyodok- nyodok lubang itu dengan kuat. Awalnya memasukkan satu jari, kemudian bertambah menjadi dua. Hingga kini tiga jarinya masuk ke dalam liang itu hingga liang ayu terasa penuh.

" aku tahu kamu menginginkan ini. Makanya kamu mencari laki-laki diluar sana kan." Dengus Devan di telingà ayu dengan nafas memburu. Menjilati telinga Ayu. Dengan penuh nafsu.  Biarpun dia bernafsu. Tapi batang penisnya tidak bisa mengeras.

Devan begitu frustrasi tidak bisa menggauli istrinya sendiri. Rasa frustasinya dia salurkan dengan menyodokkan tangannya dengan kasar di dalam lubang vagina ayu.

" Oughhh...akkhh..." erang ayu diantara rasa nikmatnya dan juga rasa sakit karena gerakan Devan begitu kasar membuat pangkal pahanya nyeri.

" Oughh...sakit mas" desah ayu sambil merintih.

Akhirnya devan menarik tangannya setelah merasa puas sudah memberi ayu pelajaran.

"Lain kali jangan pergi tanpa memberi kabar" peringat devan. Menanggalkan semua pakaiannya yang telah basah lalu meraih handuk mengeringkan diri.

Ayu ditinggal sendiri terduduk lemas dibawah shower yang terus mengucurkan air dingin.

Beginilah sisi lain Devan sejak kecelakàn itu. Dia Seperti mempunyai sisi lain yang kejam. Tidak segan-segan menghanjar ayu jikà rasa cemburunya muncul.

Hal itu memang jarang terjadi. Tapi sikap kasar devan setiap saat semakin bertambah parah.

Setelah perlakuan kasarnya. Devan akan memohon-mohon meminta maaf, mengucapkan seribu kata penyesalan mengatakan bahwa dia gelap mata dan memperlakukan ayu dengan baik.

Terkadang ayu sudah muak diperlakukan seperti ini.  Dikurung di dalam rumah. Tidak boleh bergaul dengan siapapun. Memutuskan pertemanan. 

Ingin rasanya ayu pergi menjauh. Tapi kemanakah dia akan pergi? Dia hanyalah sebatang kara di dunia ini. Sudah tidak memiliki teman yang dia kenal.

Tempat ayu bergantung hanyalah devan seorang. Dia hanya perlu mematuhi semua perintah devan. Hidupnya akan normal seperti biasanya. Devan akan kembali berlaku lembut padanya, penuh kasih sayang.

To be continue...

BINAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang