Bab 31 Uring-uringan

30.3K 1.4K 120
                                    

Happy Reading🙏🙏

Ayu melangkah meninggalkan gerbang rumahnya dengan hati mantap tanpa ada penyesalan sedikitpun karena telah meninggalkan segala kemewahan yang telah dia dapatkan di rumah ini.

" Non..." sebuah panggilan  yang dikenalinya menghentikan langkah Ayu yang sudah keluar dari pagar rumah.

ayu menoleh pada sumber suara. bik mumun tampak berurai air mata berlari tergopoh-gopoh menghampiri Ayu. dia mendengar pertengkaran kedua majikannya . Dia sangat menyayangkan pertengkaran mereka yang berakhir pada perpisahan.

" non Ayu mau pergi kemana? jangan pergi non.. pikirkan baik-baik keputusan non " bujuk bik mumun.

" Keputusanku sudah bulat bik. Aku sudah memikirkan ini baik-baik. Aku tidak akan sanggup berbagi suami dengan wanita lain." Ujar Ayu tetap pada pendiriannya.

Bik mumum hanya bisa menghela nafas dengan sedih melihat rumah tangga majikannya kini telah karam. Padahal dia tahu bagaimana perjuangan Ayu agar bisa diterima oleh mama mertuanya. Kini malah hadir orang ketiga dalam hidup tuannya yang semakin membuat rumah tangga majikannya berantakan.

" Baiklah kalau itu sudah keputusan non Ayu. Ini barang titipan Non. Bibik  tidak  menyangka ternyata tuan Devan tidak membiarkan non membawa apapun dari rumah. Ternyata tuan Devan sangat perhitungan" ujar Bik Mumun kecewa sambil menyerahkan tas Ayu yang sempat dititipkan padanya saat mereka berpapasan di luar.

Ya, Ayu sudah berjaga-jaga untuk menitipkan tas nya pada bik mumun.

Ayu sudah menduga jika dia nekat pergi dari rumah ini Devan akan menahan semua barang-barangnya untuk mencegahnya.

Ayu hanya mengantisipasi kemungkinan terburuk. Dan ternyata dugaannya terbukti benar.

" Terima kasih ya bik. Untung saja aku sempat menitipkan tas ini pada bibik" ujar Ayu merasa sangat berterima kasih pada bik mumun. Tas itu hanya berisi gawai, uang dan kartu identitas miliknya. Tapi bisa untuk menjadi pegangan hidupnya saat ini.

" Sama-sama non. Sekarang bagaimana rencana non? Non akan tinggal dimana?" Tanya bik mumun cemas akan nasib Ayu saat ini. Selama ini bik mumun sudah menganggap Ayu seperti anaknya sendiri. Dia sangat mengasihi Ayu.

" Kalau tidak ada suami bibik. Ingin rasanya bibik ikut sama non" ujar Bik mumun begitu sedih. Tidak rela berpisah dengan Ayu.

" Jangan bik. Saat ini kehidupan aku pasti akan sulit. Aku tidak ingin bibik ikut merasakan kesusahan. Bibik bertahan saja disini." Larang Ayu.

" Iya non.  Jaga diri baik-baik ya non. Bibik harus kembali ke dalam. Takut dicari tuan Devan." Pamit bik mumun sambil memberikan Ayu pelukan perpisahan.

" Iya bik. Terima kasih atas bantuan bibik selama ini. Nanti aku akan menghubungi bibik kalau sudah dapat tempat tinggal. Selamat tinggal." Ayu melambaikan tangan pada bik mumun sambil berjalan menjauhi rumah.

÷÷÷÷÷

Hari demi hari berlanjut minggu demi minggu pun mulai dilalui Ayu tanpa Devan. Ayu sengaja belum mengganti nomer teleponnya agar mudah dihubungi saat mendapat kabar tentang surat perceraiannya dengan Devan. Dan juga agar tetap bisa melakukan kontak dengan bik mumun. Menyuruh perempuan itu untuk diam-diam mengambilkan surat-surat pentingnya seperti ijazahnya.

Sebelum menikah dengan Devan, Ayu sudah terbiasa hidup sendiri dan sederhana. Jadi ketika semua kemewahan tidak dimilikinya lagi  Ayu tetap bisa bertahan dan melaluinya dengan tegar.

Ayu harus pintar-pintar mengatur uangnya yang tidak tersisa banyak. Untuk tempat tinggal dia memilih kost-kostan sederhana dan membeli beberapa peralatan untuk kebutuhan sehari-hari juga membeli beberapa pakaian mengingat dia tidak membawa apa-apa saat keluar dari rumah Devan.

BINAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang