Bab 16 Keputusan

46.6K 1.1K 140
                                    

Happy Reading

Adalah sebuah keajaiban Ayu tiba dirumah dengan selamat. Menyetir mobil sendiri dengan pikiran berkecamuk selama perjalanan hingga tanpa disadari sudah tiba di rumah tanpa menabrak apapun selama perjalanan merupakan hal yang luar biasa.

Ayu berjalan gontai memasuki rumah. menaiki tangga menuju lantai atas.

Awalnya ingin memasuki kamarnya tapi diurungkannya, hatinya sakit, benci segala sesuatu yang berhubungan dengan Devan untuk saat ini.

Maka Ayu membelokkan langkahnya menuju ke kamar rahasianya.Suasana kamar tampak gelap saat Ayu memasuki kamar itu, karena tertutup oleh Gorden, Ayu menghempas asal tasnya di atas ranjang begitu memasuki kamar itu.

Berjalan dengan lunglai menyibak gorden  hingga cahaya terang matahari menerangi kamar yang awalnya gelap itu. Ayu berdiri mematung di depan jendela menatap menerawang ke kejauhan dengan pikiran yang berkecamuk.

Adegan Devan yang sedang mencumbu Adelia kembali berkelebat di ingatannya. Air mata kembali merebak di pelupuk matanya mengalir membasahi kedua pipinya. Sakit.sangat sakit..sesakit inikah rasanya dikhianati? ...sakitnya bagai tersayat sembilu yang rasanya tak terperikan...

Semua pengorbanannya selama ini kepada Devan terasa sia-sia. Dua tahun pengorbanannya terhadap kekurangan Devan dibalas dengan pengkhianatan. Ayu berdecih dan tertawa pelan bagai orang bodoh. Menertawakan kebodohannya yang selama ini begitu cinta buta pada Devan.

"AKKHHHHHH...." Teriak Ayu keras, hendak melampiaskan semua amarahnya pada Devan dengan berteriak.

"TEGA KAMU MASSS..." tangis Ayu pilu.

"PENGKHIANAT"

"BRENGSEK"

Segala sumpah serapah Ayu teriakkan dengan perasaan marah. Meraih benda di atas nakas melempar kaca riasnya hingga retak dan berbunyi nyaring. Ayu menatap kaca yang sudah retak seribu itu seolah seperti hatinya kini yang telah hancur berkeping-keping saat ini.

Ayu kembali menghamburkan dan membanting segala sesuatu yang tertangkap oleh matanya. membuka semua lemari dan menghamburkan segala isinya. Terus mengamuk menyalurkan seluruh emosi kemarahannya. membanting semua barang hingga pecah dan rusak. Terus mengamuk dan menangis melampiaskan segala kesedihannya hingga kelelahan.

Dengan nafas memburu dan sesegukan Ayu menatap seisi kamarnya yang telah berantakan. Kondisi kamar sudah seperti kapal pecah.

Ayu terduduk lemas di atas tempat tidur. Kamar yang berantakan saat ini seolah seperti suasana hatinya yang kini muram, berantakan, hancur , remuk , patah semua bercampur menjadi satu menggambarkan susana hatinya saat ini. Tatapannya kosong, matanya sembab dan rambutnya acak acakan akibat amukannya tadi.

Cintanya sungguh bodoh dan buta. Dan sekarang dia menerima akibatnya dari cinta butanya itu. Terjatuh dalam jurang kesedihan. Seharusnya dari awal dia tidak memberikan seluruh hatinya pada Devan, tidak percaya sepenuhnya pada Devan sehingga begitu terluka sakitnya tidak akan sesakit ini.

Dia bisa menerima pukulan-pukulan Devan, cemooh Devan dan segala emosi dan sikap posesif Devan yang terkadang membuatnya menderita dan menyiksanya. Itu semua Ayu anggap sebagai bentuk dari rasa cinta Devan yang begitu dalam padanya. Ayu tertawa sinis, menertawakan kebodohannya sekali lagi.

Ayu tercenung lama, memikirkan apa yang akan dia lakukan saat ini. Jujur saja rasanya dia ingin langsung pergi jauh meninggalkan rumah ini dan Devan, untuk menenangkan diri. Apakah dia sanggup menjauh dari Devan? Ayu yang selama hidupnya sangat bergantung pada Devan merasa berat untuk melakukan hal itu.

BINAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang