God, damn

79 6 0
                                    

Siang hari, kami masih saja terdiam tak tahu ingin melakukan apa di tengah kasus yang masih berjalan ini. Entah kami yang tau mau memecahkan kasus ini atau kami yang menyerah, lebih tepatnya diri kami yang paling dalam. "Ahh, bagaimana perasaan kalian di saat mengetahui bahwa istri kalian hamil atau di saat kau hamil ?"

"Ahh, itu adalah sebuah perasaan yang membuatku sangat senang dan.... Tak terungkap. Senang yang tak akan pernah terungkap dengan kata-kata." kataku.

"Aku pribadi disaat aku mengetahui bahwa diriku hamil adalah aku merasa menjadi ratu dan menjadi seorang yang tak bisa di bantah. Karena di saat Rega mengetahui aku hamil aku layaknya seorang putri raja yang telah menuggu cinta sejatinya sejak lama. Bahkan ia lebih lengket dari sebuah magnet super."

"Hmmm, bisa kurasakan bahagia itu Cass." balasku.

"Mengingat momen itu aku ingat sekali bahwa aku tertawa sangat senang, dengan akhir aku tertawa dan berair mata. Aku bukan menanngis tetapi tawaku yang mengundang air mata. Di saat itu istriku hanya bisa mengikutiku tertawa yang tak henti-henti layaknya melihat orang gila yang tengah berpidato tentang konspirasi dunia."

"Hmmm, pasti kebahagiaan kalian berkali-kali lipat di saat mereka lahir bukan ?"

"Itu adalah hal yang terindah dan sebuah kebahagiaan yang paling besar dari kehidupan." kataku.

Seseorang masuk ke ruanganku secara tiba-tiba. "Hi Penelope. Sudah lama tidak bertemu."

"Oh hi Penelope. Aku hampir lupa, kau adalah rekan terbaikku di saat aku menjadi detektif junior."

"Ben, ada pembunuhan besar lagi di sebuah tempat yang terbengkalai." kami semua diam.

Ron tersedak minumnya dan membasahi kemeja birunya. "Apa ulangi lagi."

"Kasus baru dengan modus yang sama. Kasus yang tengah kalian dalami saat ini."

Kami semua segera meluncur ke lokasi. "Seperti masuk ke dalam hutan belantara bukan ?" kataku diangguki oleh Ryan. Kami berjalan semakin cepat untuk mengetahui dimana lokasi itu sebenarnya.

Kami dari jauh melihat polisi berlalulalang. Kami berjalan setengah lari. Seketika kami merasa mual. "Sial baunya sangat tajam sekali." Ryan hampir memuntahkan isi perutnya. Aku memberikannya masker dan kami melihat lokasi.

"Holy fuck. God damn." celetuk Ryan. "Ini masih dalam keadaan segar." ucap Cassidy cukup keras dari jauh.

"Ron apa yang kau dapatkan dari tempat ini ?"

"Ini adalah pembunuhan atas nama aliran sesat."

"Bagaimana kau dengan cepat menyimpulkan dengan cepat Ron ?"

"Terlihat bahwa banyak luka sayatan yang mengakibatkan perdarahan yang deras, dimana darah akan sangat kental sekali dengan aliran sesat."

"Lalu apa lagi yang kau dapatkan dari yang kau lihat ?"

"Ada satu tulang belulang yang masih utuh. Semuanya utuh dan bersih dari darah." aku melihat sekitar dan menemukan bahwa tulang itu berada tepat di tengah."

"Aku juga yakin bahwa ini adalah atas nama aliran sesat."

"Tetapi, bila memang ini adalah mayat yang masih segar, membakar satu orang manusia dewasa akan sangat lama terutama sampai sisa tulang saja. Tulang itu adalah sudah direncanakan."

"Apa yang kau dapat dari tulang itu ?"

"Yang kudapat adalah bahwa tulang itu mendapatkan siksaan berupa pukulan keras pada dahi, pelipis, dan sikutnya patah, patah dengan sangat kasar. Lalu ada sebuah retakan pada lutut kanannya."

Cases Of GenocideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang