Aku duduk di mejaku sambil menikmati segelas kopi robusta rabica milikku, di sampingku ada Ron yang tengah menikmati kopi, dan Ryan yang akhirnya bisa membuka mulutnya dengan leluasa setelah di tutup oleh Cassidy.
"Akhirnya, aku bisa merasakan betapa nikmatnya kopi ini." katanya dengan bebas.
"Hey, Cassidy sepertinya Ryan mengejekmu dia berkata seperti itu."
"Tidak, aku tidak bermaksud, Ron, akan kupatahkan tangannamu bila sekali lagi melakukan itu kepadaku."
Aku terkikih mendengarnya.
"Tidak apa, bila sekali lagi kau mengejekku terang-teranggan, aku akan menutup mulutmu dengan lem super."
Aku makin terkikih lagi mendengarnya.
"Lebih baik aku berhenti menjadi FBI." kata Ryan spontan, dan Cassidy tidak menganggapinya.
Aku melihat jam tanganku. "Ron, kau sudah mengetahui pasti di mana tempat itu ?"
"Ya, aku sudah mengetahuinya."
"Apa cukup jauh dari sini ?"
"Taruhlah sekitar sembila sampai sebels kilometer dari sini."
"Lima belas menit lagi kita berangkat."
Ryan berdiri. "Ow, aku sangat siap, aku sudah sangat menuggu untuk terjun ke lapangan." katanya sambil mengokang sebuahy pistol custom Baretta 92s.
"Hey hey Ryan, kau tidak akan membunuh Cassidy kan, kau mengokang pistolmu dengan begitu semangatnya." katanya sambil berbalik dari laptopnya.
"Bila kau berani menodongkan pistolmu di kepalaku aku akan memastikan kau tidak akan bertahan hidup lebih dari sepuluh menit." kata Cassidy bangkit dari duduknya dengan sigap dan menodong Ryan dengan sebilah pisau m9 bayonet.
"Hey hey, aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya senang bila aku bisa berada di lapangan lagi, aku tidak suka berada di belakang meja. Aku lebih suka bergerak." kata Ryan sambil mengangkat tangan kanannya yang menggengam pistol ke atas.
Aku terkikih cukup keras. Ron pun begitu dan di ikuti Cassidy.
"Ryan mengapa kau telrihat begitu panik ?, kau tidak mengetahuikan bila Cassidy dan Ron mempermainkanmu. Mengapa kau begitu cepat menaggapi ini dengan serius ?" kataku setelah itu terkikih.
Ron tetap terkikih, saking terkikihnya dia, dia hingga jatuh dari kursinya. Cassidy tertawa sampai berlutut dengan kedua lututnya.
"Baiklah, aku tak tau ingin berkat apa, Ryan, kau benar-benar mudah dikerjai." kataku setelah terkikih cukup lama.
"Lupakan itu, bagaimana kalau kita berangkat sekarang Ben ?, untuk mempercepat kita mengetahui tempat itu ?"
"Baiklah kalau begitu Ron."
"Ryan jangan marah, aku dan Ron hanya bercanda." kata Cassidy sambil merangkul Ryan dan berkata sambil tersneyum manis.
"Aku sudah mengetahui itu."
Cassidy hanya tersneyum dan mencubit pipi Ryan dan menariknya tidak begitu kencang.
Di perjalanan.
Kami sedang dalam perjalanan, aku yang menyetir, Ryan di depan bersamaku, Ron dan Cassidy berada di belakang.
"Hey Ry kau tahu, hal apa yang indah, nikmat, namun konyol ?"
"Indah, nikmat namun konyol ?" Ryan berpikir sebentar.
"Tidak." jawabnya.
"Baiklah kau ingin tahu itu apa ?"
Ryan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cases Of Genocide
Mystery / ThrillerPembunuhan secara besar-besaran terjadi, korban tewas dengan cara yang berbeda-beda. Tidak ada pesan yang tertinggal di lokasi pembunuhan maupun di tubuh korban. Detektif Ben Zeckliff, bersama teman-temannya mencoba menyelidiki siapa otak di balik s...