Hasil dari pesta minum kami yang sementara itu benar-benar membuatku lupa tentang kasus itu. Kalau begitu di saat aku ingin melupakan kasus aku akan mengajak mereka semua untuk minum. Hmmm, ide bagus untuk melupakan semuanya untuk sementara, bocah itu...... bocah itu benar mabuk. Ryan, benar-benar seperti bocah. Sepertinya dia jarang mabuk di saat dia remaja. Di saat remaja aku sering mabuk bersama ayahku di akhir pekan. Kurasa bocah ini di saat remaja tidak suka mabuk. Namun sekarang dia suka mabuk. Aku lagi-lagi berada di jendela di mana aku melamun sambil menghisap sebatang racun Marlboro red.
"Hey Ben, boleh aku meminta sebatand racun itu ?" kata Ryan menyenggol sikutku lalu menggeserku dari jendela. Aku memberikannya satu batang. Lalu menyalakannya dan menghisapnya dengan tenang.
"Hey kau di saat remaja kau tidak suka mabuk kan ?"
"Ya begitulah." katanya setelah membuang asap dari rongga mulutnya.
"Aku bisa melihat itu karena kau mabuk cukup parah. Aku suka mabuk dengan ayahku di saat remaja, jadi aku di saat mabuk aku tidak begitu parah sekali."
"Aku berpikir di saat remaja dulu, minuman keras adalah minuman yang paling tidak enak. Di usiaku tujuh belas aku dicekoki oleh temanku sebuah Corona. Di saat itu juga aku ketagihan. Jadi dari saat itu sampai sekarang aku suka mabuk."
"Aku sudah mulai mabuk di usiaku lima belas tahun. Aku mabuk dengan Cognac. Bersama ayahku dan teman-temannya."
"Cognac ?, aku pernah meminumnya di umur yang sama, namun di saat itu aku tidak menyukainya. Mungkin sekarang aku menyukainya."
Aku mengangguk mendengarnya. Lalu aku duduk di bangku mejaku, aku membalikkan posisi bangku menghadap teman-temanku.
"Apakah kalian mempunyai rencan di akhir pekan ini ?" kataku di tujukan ke pada semuanya.
"Aku akan menghabisi waktuku bersama anak dan istriku pastinya." kata Ron. Aku mengangguk.
"Cassidy apa yang akan kau lakukan di......"
"Aku sudah tahu apa yang akan di lakukan Cassidy bersama Rega di akhir pekan. Bercinta sepanjang hari." kata Ryan. Aku belum selesia berbicara Ryan menyelak.
Aku tertawa cukup keras. "Itu konyol." kataku.
"Tutup mulutmu atau aku akan mengulitimu!" kata Cassidy setelah berjalan mendekati Ryan menognongnya dengan pisau yang di bawa ke tempat terlantar yang baru saja di temukan.
"Baiklah aku hanya bercanda, jauhkan pisau itu dariku. Dalam pengujian pisau itu, hasilnya sangat memuaskan. Janganlah kau menyakitiku dengan pisau itu Cassidy."
"Hey, Ry aku tidak tahu bila kau ternyata bisa merasa ketakutan juga kepada Cassidy." kataku setelah itu sedikit tertawa.
"Tutup mulutmu, atau aku akan menyayat kerongkonganmu dan mengulitimu!" kata Cassidy dengan mata yang melotot lalu kembali duduk di sofa dekat Ron.
Ron tertawa cukup keras sejenak.
"Kau tidak cocok memiliki wanita Asia Ry, karena tadi saja kau ketakutan dengan gertakan seperti itu."
"Tutup mulutmu Ron."
Aku tersenyum lebar, aku hampir tertawa namun menahannya.
"Apa rencanamu di akhir pekan ini Cassidy ?" tanyaku kembali.
"Aku akan berada di rumah saja kurasa bersama anakku dan Rega. Kurasa itu menjernihkan kepalaku dari pada pergi ke tempat yang lain."
"Jawaban yang sangat logis. Di akhir pekan ini aku akan menginap di rumah orangtuaku bersama keluargaku. Aku ingin mabuk bersama ayahku, berjudi bersama ayahku sepanjang malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cases Of Genocide
Mystery / ThrillerPembunuhan secara besar-besaran terjadi, korban tewas dengan cara yang berbeda-beda. Tidak ada pesan yang tertinggal di lokasi pembunuhan maupun di tubuh korban. Detektif Ben Zeckliff, bersama teman-temannya mencoba menyelidiki siapa otak di balik s...