Me and Rondannielfield

752 51 0
                                    

Setelah Ron  menutup pintu, barulah kami akan mulai bekerja. Aku menghela nafas. "Ben, kau tidak memerlukan masker ?", tanya Ron dengan mulut dan hidnug tertutup masker. Aku mengangguk lalu Ron memberikan masker.

"Baiklah, mari kita bekerja." kataku.

Total korban semuanya ada dua puluh satu orang. Aku berjalan ke korban yang ada dekatku. Setiap korban duduk di kursi lalu diborgol tangan dan kakinya, dan juga tubuh mereka di ikat. Di depan mereka terdapat sebuah lemari kecil, dan ada sebuah shotgun Mossberg 500 kaliber 12gauge dan juga 20 gauge, ada dua buah shotgun yang di arahkan ke depan dan belakang. Pantas bila ruangan ini hampir penuh darah, karena ledakan dari shotgun kaliber 2 gauge saja sudah ledakan yang besar, bila kau tidak kuat memegang shotgun itu, kau bisa terpental, dan kali ini kalibernya enam dan sepuluh kali lebih besar. Dasar manusia biadab.

Korban yang ada diketaku kepalanya hampir pecah secara keseluruhan, delapan puluh lima persen kepalanya hancur. Ada beberapa lubang di leher dan juga dadanya, setidaknya ada lima belas lubang yang cukup besar, diameternya sekitar dua sentimeter. Kaki dan tangan di borgol dengan borgol anti peluru. Setidaknya borgol itu masih bisa di hancurkan dengan asam sulfat.

Ron melihat korban yang kedua, yaitu di sebelah kananku.

Ron melihat tubuh korban, di bagian dada tidak ada apa-apa, hanya darah saja, korban yang Ron lihat kepalanya hancur delapan puluh persen. Ron mengambil senter kecil dari saku jas panjangnya. Ron melihat kepala korban yang hancur. Pada dasarnya senjata shotgun adalah senjata yang pelurunya akan menyebar. Ada juga shotgun dengan peluru yang lurus.

Di lihat dari tekstur kepala korban yang hancur, kepala korban hancur dengan kasar, itu korban yang di amati oleh Ron. Korban yang kuamati kepalanya hancur dengan sedikit lebih lembut.

Ron membuka baju korban yang di amatinya lalu melakukan sedikit pembedahan, karena siapa tahu, korban seperti Jack the ripper. Sang pembunuh yang melegenda, keberadaannya masih tidak di ketahui, manusia baik mempunyai hidup yang pendek, manusia jahat mempunyai hidup yang panjang. Mungkin bila ingin memiliki usia yang panjang, jadilah orang jahat. 

Ron merobek dada korban, tidak terlalu lebar, hanya melihat-lihat saja. Aku berlalih ke korban ketiga. Aku melihat korban berhadapan lurus dengan shotgun. Aku batuk karena korban yang ada di dekatku lebih bau daripada yang lainnya. Ron tetap melihat korban yang sama, sepertinya sangat serius. Korban yang kuamati kepalanya hampir hancur secara keseluruhan, dan darahnya, kehitam-kehitaman. Mungkin korban seorang perokok berat, aku melihat belakang bangku korban, aku seperti melihat beberapa pecahan otak koban. Aku sedikit mual, karena bentuknya sangat menjijikan. Ahhh..... lupakan otak itu, aku mencari pecahan kepala korban, siapa tau aku bisa menyusun menjadi wajah sang korban.

Sementara di luar.

Cassidy tetap memeluk Ryan dalam poisis duduk, sepertinya Cassidy masih shock, Ryan sesekali membelainya.

Ron berpindah dari korban yang diamatinya, dia melihat shotgun yang terletak satu meter di depan korban. Ron melihat laras senjata dengan menggunakan senter, karena siapa tahu, pelaku sudah memodifikasi laras senjata. Karena korban yang diamati oleh Ron kepalanya hancur secara kasar. 

"Ben apakah kau merasa bahwa di saat pembunuhan ini akan terjadi, tidak ada satu orang pun di sini ?"

"Ya, aku baru saja merasa seperti itu. Jadi kau pikir ada yang mengendalikan shotgun ini dari jarak jauh ?"

"Walau senjata itu ada yang mengendalikan dari jarak jauh,  setidaknya ada suatu  chip di dekaf senjata Ben."

"Benar juga, bila senjata ini ada yang mengendalikan dari jarak jauh, pasti ada chip di dekat senjata. Pasti ada suatu alat yang di gunakan untuk menarik pemicu dari senjata, kau tahu Saw seri ke enam, di adegan ada beberapa orang yang di ikat di permainan anak kecil ?"

"Ya, aku tahu, aku sudah menonton semua serinya."

"Seperti yang bisa kita lihat, di situ ada alat yang membuat shotgun terkokang dan menembak bukan ?"

"Ya memang."

"Jadi kesimpulannya, pasti ada suatu alat yang membuat senjata ini terkokang dan tertembak."

Kami hening sementara, lalu aku berjalan ke lemari yang ada di depan korban yang sedang kuamati tadi. Aku melihat seperti celah. Aku mengambil pisau lipatku untuk memasukkan ke dalam celah itu, karena siapa tahu itu adalah sebuah pintu. Aku mendorong pisau lipatku ke kanan dengan, dan akhirnya terbuka.

"Ro, sini kau."

Ro mendatangiku.

"Kau lihat, ini adalah tangan robot."

"Berarti tangan ini lah yang melakukan itu."

"Itu sudah pasti. Sepertinya tangan robot ini adalah robot yang cukup rumit, mungkin tingkat kesusahan medium."

"Kau melihat USB port ini Ben ?" sambil menunjuk."

"Aku tidak melihatnya tadi."

"Jadi bila kurasa, pelaku menanamkan perintah pada tangan robot ini untuk menembak, tetapi bila korban sudah tak bernyawa, seharusnya tangan akan berhenti, pasti ada sensor di sekitar tangan robot ini." kata Ryan sambil memperhatikan tangan robot.

Di bahu tangan robot aku melihat seperti ada yang terbuka, aku membukanya lalu menarik apa yang ada di dalamnya.

"Ron lihat ini, di sini lah sensor itu terletak."

"Bagaimana bila pelaku mengetahui bila robotnya telah selesai mengeksekusi korbannya ?"

"Mungkin saja hasil dari rekaman sensor di kirim ke laptop pelaku."

"Ini robot yang cukup hebat bila bisa melakukan itu Ben."

"Ya, benar juga."

"Tetapi bagaimana bila pelaku memasukkan perintah dari suatu tempat ?"

"Artinya mungkin saja pelaku menggunakan suatu chip yang membuat robot ini memiliki alamat ip, jadi pelaku hanya perlu mengirimkan perintah melalui command prompt atau comman shell untuk mengaktifkan robot ini."

"Ini bukan robot yang di rakit dengan kesulitan medium, ini sepertinya advanced."

"Ya sepertinya begitu Ron."

"Tetapi sensor hanyalah sensor, apa pelaku meretas kamera pengawas ?"

"Di sini tidak ada kamera pengawas Ron." 

"Siapa tahu dia sempat memasangnya lalu melepaskannya kemudian ?"

"Memasang dan melepas kamera pengawas tidak semudah menutup tembok yang bolong dengan semen Ron."

"Bagaimana kalau dia menyamar menjadi salah satu pekerja di kantor ini ?, dia bisa melakukan social engineering seolah-seolah dia adalah salah satu pekerja ?, dan social engineering itu sendiri tidak lah mudah, terlebih lagi social engineering dengan menggunakan lisan. Itu sulit Ben."

"Kau sangat benar." kataku sambil berdiri karena tadinya aku sedikit jongkok dengan Ryan.

"Ini rencana yang sangat-sangat rapih. Bila kau adalah seorang pemunuh, apa kau mau menyusun rencana yang sangat rapih Ben ?"

"Bila hanya untuk melampiaskan dendam aku akan menysun rencana yang rapih saja."

"Baiklah, hanya rapih saja, tetapi ini rencana yang sangat rapih."

"Cukup, bagaimana pelaku bisa mendapatkan akses ruangan ini dan membawa korban ke ruangan tak terpakai ini. Apakah kau memikirkan itu ?"

"Tidak."

"Ini tidak kalah sulit dari yang kau ucapkan Ronn."

"Ron telfon tim medis nanti. Karena Cassidy belum melihat ini." sambungku.

"Baiklah kalau begitu."

"Ok, kurasa aku dan kau sudah cukup untuk kegilaan ini, kita harus berbagi kegilaan ini dengan Cassidy."

Aku berjalan ke arah pintu lalu keluar bersama Ron.

Setelah itu aku menyanyakan keadaan Cassidy yang sedang ada dalam pelukan Ryan.

Cases Of GenocideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang