So, we back again ?

269 14 0
                                    

Aku sudah rapih dan siap untuk meninggalkan keluarga kecilku, ya, aku harus kembali melayani para setan yang telah memasangkan rantai dileherku. Apa boleh buat.

Kupeluk Julia dari belakang, memberikannya ciuman dileher hingga membuatnya mendesis, namun aku tak berhenti. Aku berhenti ketika aku mulai meraba dadanya. "Ben... Mengapa kau melakukan ini ?" aku terus meraba dan meremas pelan, Julia hampir mendesah kenikmatan karenaku.

"Kapan terakhir kali aku menikmati tubuh indahmu ?" kataku dalam keadaan meremas bernafsu.

"Sabtu kemarin."

"Jauh sebelum hari Sabtu kemarin apakah aku menikmati tubuh indahmu ?"

"Tidak."

"Apakah seorang pria layak dijadikan seorang suami bila ia saja jarang menjamah tubuh istrinya ?"

"Tidak."

"Apakah kau kemarin puas, aktivitas bercinta yang selama ini kau inginkan dariku ?"

"Aku menikmatinya. Kau seperti kuda liar."

"Berapa kali aku ejakulasi di dalam tubuhmu ?"

"Dua kali."

"Apakah itu cukup membayar karena aku sudah lama tak menjamahmu ?"

"Tidak."

"Sebenarnya kau bisa saja bukan bercinta dengan pria lain, tetapi karena kau yakin denganku bukan ?"

"Benar." jawabnya dengan mengigit bibirnya dengan sexy yang menggugah.

Lalu ia melepaskan tanganku dengan kasar lalu menatapku. "Ben mengapa kau....." kusentuh bibirnya sensual. Julia terdiam seribu bahasa, kutatap dalam matanya. Kedua tanganku memegang pipinya. Julia menunjukan bahwa ia memintaku untuk menciumnya. Ia mengigit bibirnya dengan sensual, tanpa lama kusambar bibir indahnya. Kuberikan ia ciuman yang intens.

"Ayah..." kuhentikan ciumanku. "Maaf ayah aku tak bermaksud menganggumu."

"Kelsey, kapan terakhir kali kau melihat ayah mencium ibumu ?" kataku sambil menatap dalam Julia dan membelainya.

"Aku tak tahu. Aku tak berhak mengetahui itu. Itu hubungan asmara kalian. Bukannya tidak sopan mengetahui hubungan asmara seseorang ?"

"Ya, karena setiap orang akan merasakan hubungan asmara. Gadis cerdas."

Kelsey ingin berbicara tetapi ia takut menagnggu orangtuanya. "Ay-ayah apa kita bisa berangkat sekarang ?"

"Tentu malaikatku." Kelsey kembali kedalam mobilku.

"Anak-anak kita adalah bukti betapa besarnya cintaku kepadamu Ben." kutatap Julia lembut.. Lalu kukecup lembut keningnya. "Aku harus bekerja. Tunggu lah aku sampai kembali permaisuriku." kuberikan lagi ia satu kecupan manis. Julia menikmatinya hingga memejamkan matanya. Lalu kepeluk ia. Perlahan aku melepaskan pelukkanku, berjalan meninggalkan istanaku dan juga permaisuriku.

Perjalananku ke kantor sangat sepi sekali rasanya. Tak ada yang menyangkut dipikiranku. Biasanya pikiranku suka memikirkan entah apa itu. Sehingga aku tak merasa kesepian. Ya, pikiranku membuatku ramai. Walau hanya didalam pikiran bila aku memikirkan tentang sura aku seperti mendengar suara itu nyata.

Aku masih ingat dengan baik disaat aku remaja dimana adik perempuanku menciumku. Ya aku masih ingat dengan baik. Disaat itu siang hari aku aku tengah menonton televisi bersama ia. Gwen, Gwen Firly Zeckliff. Disaat itu aku tengah menonton televisi, ia duduk disampingku. Awalnya ia hanya memperhatikanku sesekali saja. Sampai ia memperhatikanku berkelanjutan. Hingga ia mengigit bibirnya. Tanda wanita menikmati pemandangannya, dan juga, menigninkan pria secara seksual.

Cases Of GenocideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang