Saturday

449 22 0
                                    

Pukul 06.00 pagi.

Aku sudah sampai di depan rumah orangtuaku. Anak-anakku sangat senang sekali, Julia juga senang. Apalagi aku, aku pastinya sangat senang. Aku mengetuk pintu, tak lama ayahku membukanya. "Oh, anakku. Akhirnya kau mengunjungi orangtuamu juga." kata ayahku sambil memelukku dan menepuk tangannya cukup keras di tubuhku. "Tentu ayah, aku juga sangat merindukanmu.", aku melepaskan pelukanku dan ibuku muncul. "Oh, Ben. Ibu sangat menuggu kehadiranmu di sini dan akhirnya kau datang juga nak." kata ibuku sambil memelukku. Anak-anakku memeluk ayahku dengan sangat senang sekali, khususnya Arnold. "Kakek!" teriak Arnold sambil di gendong ayahku. "Ah Arnold, kakek merindukanmu. Sebentar lagi kau akan ulang tahun, apa yang kau inginkan nak ?", "dua ekor singa persia.", ayahku tertawa. 

"Ayah, apa kau bisa membuka garasi untukku menaruh mobil ?" kataku kepada ayah. Ayahku mengangguk lalu menurunkan Arnold dan Arnold berlari ke arah ibuku. Ayahku membuka garasi dari dalam dengan menggunakan sidik jarinya. Aku segera memasukkan mobilku dengan cepat, ayahku hanya menontonku yang sedang memarkirkan mobil. Setelah selesai aku keluar dari mobilku.

"Bagaiamana pekerjaanmu nak ?" kata ayahku sambil merangkulku.

"Oh, itu...... menyebalkan ayah."

"Aku tahu apa yang sedang kau hadapi, karena berita pembunuhan itu disiarkan di televisi. Itu kejam nak."

"Ya, aku tahu. Sekarang pembunuh itu sedang mengusik ketenanganku secara tidak langsung."

"Jangan memikirkan pekerjaanmu sekarang nak. Mari kita bersenang-senang, lagi juga ini kan akhir pekan, jangan memikirkan kasus itu nak. Aku sudah menyiapkan minuman kesukaan kita. Ayah mempunyai Cognac yang pertama kalia kau minum nak."

"Ah, itu adalah Cognac pertama yang pernah aku minum. Aku merindukan Cognac itu." 

lalu kami berjalan masuk dan ke dapur. Di dapur istri dan anakku sedang sarapan menyantap sebuah sandwich. Aku duduk di samping Arnold, Arnold yang sedang memakan sandwich dengan tenang dan perlahan. Aku mengambil roti sandwich yang berada di depanku. Menggigitnya dengan perlahan namun dalam.

Ini lah yang aku inginkan. Ketenangan bersama keluarga. Senyum terukir jelas di wajah anak istriku. Aku bisa mendengar tertawaan yang lepas dan bebas. Senyum di wajah kedua orangtuaku terlihat sangat jelas. Sungguh kebahagiaan yang sangat menyenangkan, tidak hanya menyenangkan fisikmu, tatapi ini menyenangkan jiwamu juga. Mataku berkaca-kaca melihat ini.

"Hey nak, mengapa kau berkaca-kaca ?"

"Aku sangat bahagia ayah. Karena..... selama aku sibuk dengan pekerjaanku, aku tidak bisa seperti ini ayah. Aku merasa sangat bahagia. Aku bisa melihat keluargaku tertawa dan tersnyum bebas. Aku bisa melihat ayah dan ibu tersenyum. Apa itu bukan sebuah kebahagiaan yang setiap orang inginkan ?"

Ayahku mengangguk dengan tersenyum hangat padaku.

"Setelah kau sarapan mari kita throwback di masa kau dan ayah berjudi dengan chip palsu dan kita melakukan itu hingga fajar."

"Tentu. Aku merindukan momen itu. Ayah, apa aku boleh membawa temanku suatu hari nanti ?"

"Mengapa tidak ?, ayah selalu ingin mengenal teman-temanmu. Kapan ?"

"Mungkin satu bulan yang akan datang."

Ayahku mengangguk. 

Aku segera menghabiskan sandwichku karena aku ingin throwback di masa aku berjudi untuk pertama kalinya dengan ayahku. Aku tidak benar-benar berjudi dengan ayahku. Tetapi aku bermain dengan chip palsu Las Vegas, kami bermain layakanya sedang berjudi, dengan di temani sebotol Wiski. Rasanya seperti berada di kota judi itu.

Cases Of GenocideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang