Circles

126 5 1
                                    

"I see you at the movies, i see you at the movies."

"No I can't, no I can't, no I can't. What you get I don't care." Ron menyambung nyanyian Ryan.

"Got me spinning like ballerina, Feeling gangsta every time I see ya,
you're the king and, baby, i'm the queen of disaster, disaster." Cassidy bernyanyi.

"Run away but we're running In circles, run away run away, I'm waiting on you again, I'm waiting on you again so I don't take the blame. Run away but we're running in circles, run away run away."

Kami kembali hening. "Sales, chinese new year, Lana Del Rey queen of disaster dan Post Malone circles. Lagu yang kunyanyikan adalah posisi kita sekarang. Ya kan ?"

Ryan menjatuhkan kepalanya di busa sofa. Ron menutup matanya lalu menjatuhkan kepalanya juga. "Cass, apa kau setuju ?"

"Tak tahu, aku pun tak tahu ingin berkata setuju atau tidak."

"Setidaknya hari ini kita memiliki boneka hidup ya kan ?"

"Aku mempunyai sebuah boneka voodoo berasal dari Afrika asli, asli langung dari para penyihir Afrika. Aku sering kali menempelkan foto atasan kita dan menusuk boneka tersebut dengan paku."

"Bodoh kau Ry, mengapa ia tak kunjung mati juga hah ?"

"Karena aku tak tahu mantranya Ron. Aku hanya ingin bersenang-senang."

Aku tertawa. "Jadi kau suka bermain boneka voodoo tanpa mantra dan kau tak menyerang ?"

"Memang tidak. Kau pikir aku dukun."

Cassidy tertawa. "Kau memang memiliki kebodohan natural Ry, senaturalnya kebodohan, kau lah yang mampu melakukan itu."

"Hey mana mungkin aku menyerang seseorang melalui magic." setelah itu Ryan tertawa.

"Kau lihat bahkan ia tertawa karena kebodohannya sendiri. Bahkan orang sekelas Ryan pun tertawa karena ulahnya sendiri.

"Kau mengatakan itu seakan aku adalah orang terbodoh yang pernah kau temukan."

"Itu adalah fakta, seumur hidupku aku belum pernah aku bertemu dengan seseorang sebodoh kau, walau begitu kutahu bahwa kau pintar juga."

"Mungkin maksudmu kau belum pernah menemukan seseorang yang bodoh namun pintar juga begitu ?'

"Tepat sekali, kau mengetahui itu, itu maksudku Ry."

"Itu sudah menjadi julukanku sejak aku sekolah menengah pertama."

"Pantas saja, ternyata kau sudah mendapatkan cikal bakal itu." kata Cassiddy tersenyum manis.

"Kau tahu, aku di saat sekolah menengah pertama yang kebodohannya tiada tara, aku akan menceritakannya padamu."

"Ceritakan teman bodohmu Ry." kata Ron.

"Jadi suatu pagi aku berolahraga dengannya mengunjungi suatu taman, di taman itu ada sebuah kelapa hijau yang jatuh dengan sedikit terbuka, nama ia adalah Rean, Rean menemukan kelapa itu, lalu aku menyarankannya untuk membuka kelapa itu, kami berdua mencoba membukanya dengan sebisa kami. Aku di saat itu menyerah. Tetapi Rean tetap mencoba membukanya seorang diri, di saat itu ada seseorang yang melewatinya namun ia tak sadar, aku hanya berpura-pura tak mengenalnya saja. Sampai akhirnya ia berhasil membuka kelapa itu lalu kudekati ia."

"Teman macam apa kau, kau melakukan itu kepada teman seperbodohanmu ?" kata Ron sambil menjitaknya.

"Kau tipe orang yang tak mau susah bersama, sialan kau Ry."

"Aku hanya tak ingin malu saja."

"Kau bukan sahabat yang baik Ry. "

Jam dinding sudah menunjukkan waktu 18.30. "Baiklah kawanku, waktunya kita kembali ke peristirahatan kita masing-masing."

Cases Of GenocideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang