Kami dalam perjalanan untuk ke lokasi kejadian. Ini semua kami lakukan untuk mendapatkan petunjuk, syukurlah Ryan mengingat sesuatu, tetapi untuk menajamkan memorinya kami harus ke lokasi. Kami sudah sampai di lokasi, dan kami sudah berada di ruangan kelas.
"Di saat kita sedang melihat apa yang terjadi ke pada korban, apakah kau melihat ada seorang polisi di ruangan kelas sebelah kiri ?" tanya Ryan.
Aku mengingat kembali, Cassiddy dan Ron juga.
"Aku tahu polisi itu. Aku melihat polisi itu." kataku.
"Polisi itu, polisi itu sangat mencurigakan. Gerak geriknya sangat mencurigakan. Dia bertingkah seolah bahwa dia adalah polisi kotor yang di suap pelaku. Aku mengamati polisi itu."
"Apakah kau mengingat wajah polisi itu Ryan ?"
"Aku mengingatnya dengan jelas Ben."
"Mari kita kunjungi polisi itu." kataku setelah itu berjalan meninggalkan ruang kelas.
Akhirnya apa yang kami inginkan dapat. Kami sudah dapat petunjuk. Sekarang kami dalam perjalanan ke kantor polisi. Karena siapa tahu dia adalah pelaku, atau seseorang yang dekat dengan pelaku. Kami dalam perjalanan ke kantor polisi. Kami akan terus memperhatikan polisi itu, bila perlu kami akan terus menempel dengan dia selalu.
Kami sudah sampai. Kami berjalan masuk ke dalam. Sepertinya kami sedang beruntung, di saat kami masuk, kami melihat seorang kepala polisi. Kami berjalan cepat ke arahnya. Nama kepala polisi itu adalah David Bran.
"Maaf kami menganggumu pak, tapi kami membutuhkanmu." kataku.
Kepala polisi sudah kenal denganku, aku tidak perlu menunjukan lencanaku lagi.
"Dengan senang hati aku akan melayanimu Ben, apa yang kau inginkan ?"
"Aku ingin bertemu dengan seorang polisi." jawab Ryan.
"Siapa namanya ?"
"Aku tidak mengetahui namanya, tetapi aku mengingat wajahnya."
"Beri tahuku saja ciri-ciri wajahnya."
"Dia memiliki alis hitam yang tidak terlalu tebal, hidung yang tidak terlalu mancung, bermata coklat terang...." Ryan behenti sejenak. Ryan melihat lihat kantor polisi.
"Itu dia!" kata Ryan dengan keras sambil menunjuk.
"Aku butuh waktu untuk berbicara empat mata degannya, karena dia ada hubungannya dengan kasus yang kami hadapi." kata Ryan dengan tatapan mata yang cukup tajam.
"Ikut denganku." kata David sambil berjalan dan membawa Ryan.
"Sekarang kita hanya harus menunggu Ryan, karena dia tidak membawa kita."
"Apa yang akan kita lakukan sementara kita menunggu Ryan ?" tanya Ron.
"Meminum satu cup kopi di dalam mobil mungkin." kataku.
Ryan dan polisi yang dicurigai itu berada di ruangan di mana polisi meinginterogasi para pelaku kejahatan. Ryan berdiri sedangkan polisi itu duduk.
"Apa yang kau lakukan di lokasi kejadian ?"
"Aku membantu polisi yang lain." jawabnya dengan santai.
"Mengapa kau bertingkah mencurigakan ?"
"Aku tidak mencurigakan."
"Tetapi kau mencurigakan di kedua mataku. Gerak gerikmu mencurigakan."
"Aku memang bertingkah seperti itu. Teman temanku mengetahui tu, bahkan kepala polisi."
"Mereka yang mempercayaimu bodoh."
Ryan duduk. "Bila kau tidak merasa mencurigakan mengapa kau tidak mengubah gerak gerimu saja. Karena di mataku kau sangat mencurigakan. Apa kau pelaku dari pembunuhan genosida itu ?"
"Kau tidak bisa menuduh sembarang orang bodoh!, kau tidak mempunyai bukti apapun, lisan bisa saja berbohong, tetapi kalau rekaman dan foto ada kemungkinan untuk di jadikan kepercayaan." katanya dengan senyum.
"Kau membela dirimu kan ?"
"Tentu aku membela diriku, siapa yang ingin di tuduh yang tidak tidak. Apa kau mau di tuduh sebagai pembunuh dari kasus ini ?"
"Kubunuh kau polisi jahanam." Kata Ryan sambil memukul meja dengan tangan bagian dalamnya " Bila kau benar adalah pelaku, kubunuh kau. Mungkin kau bisa membela dirimu di kantor sialan ini, tapi kita lihat saja di akhir, bila kau adalah pelaku, aku dan temanku akan membunhmu di depan keluargamu." kata Ryan setelah itu bangkit dari duduk dan meninggalkan ruangan.
Ryan berjalan meninggalkan ruangan dengan kesal. Walau pun itu, kami menjadi punya patokan. Bila dia mencurigakan, kami akan tetap mengawasinya.
Ryan berjalan ke luar untuk menemui kami semua di dalam mobil.
"Apa yang kau dapatkan Ryan ?" tanya Ron
"Dia membela dirinya, polisi keparat!" jawabnya sambil menutup pintu mobil seat tengah. Cassidy berada di depan bersamaku.
"Setidaknya kita mendapatkan patokan walau dia membela dirnya." kata Ron.
"Memang, setidaknya kita mempunyai patokan." kata Cassidy.
"Aku ingin makan siang. Kasus ini sangat memeras otak. Aku tidak sarapan tadi pagi." kataku.
"Aku juga. Aku ingin memakan jantung polisi sialan itu!"
"Tenang saja Ryan, bila dia benar pelakunya aku akan membunhnya di depan keluarganya."
"Aku akan membunhnya di depan anak dan istrinya."
"Aku akan melakukan itu. Kau dan aku akan membunuh pelaku di akhir nanti. Tenang saja Ryan." kataku setelah itu memacu mobil untuk ke resotran.
"Kasus ini membuat kepalaku pusing." kata Cassidy sambil menaruh kepalanya di meja restoran. Kami sudah sampai di restoran.
"Nikmati saja proses dalam peangkapan pelaku. Kita akan merasakan kesenangan di akhir. Tenang saja." kataku.
"Kita sudah mendapatkan dua hal. Pertama petunjuk, dan yang kedua adalah patokan. Sepertinya kita sedikit beruntung."
"Mungkin." kata Cassidy dengan nada malas.
Ryan sedang bertopang dagu, sambil menatap kosong ke arah meja.
Menu kami datang. Kami semua menyantapnya dengan segera. Setelah itu kami akan kembali ke tempat bekerja kami.
Kami sudah selesai menyantap menu kami. Kami akan kembali ke tempat kami bekerja. Kami semua menggunakan mobil dari tempat bekerja kami. Walau aku ingin menggunakan mogilku sendiri.
"Sesampai di kantor aku akan tidur di ruangan otopsi." kata Cassidy setelah itu menyandarkan kepalanya miring.
"Aku juga. Aku akan tidur di ruanganku nanti." kataku.
Kami hening selama perjalanan, tidak ada yang berbicara sepatah kata pun.
Lima belas menit kemudian.
Kami semua sudah sampai di kantor. Kami sedang berjalan masuk ke kantor.
"Ron, siapkan fotomu untuk di jadikan slide. Aku ingin melihat apa yang kau dapatkan. Dua jam lagi kau akan berhadapan denganku. Aku ingin beristirahat." kataku.
Setelah itu kami semua berpencar keruangan masing masing. Nanti aku akan melihat apa yang Ron dapatkan dengan kameranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cases Of Genocide
Mystery / ThrillerPembunuhan secara besar-besaran terjadi, korban tewas dengan cara yang berbeda-beda. Tidak ada pesan yang tertinggal di lokasi pembunuhan maupun di tubuh korban. Detektif Ben Zeckliff, bersama teman-temannya mencoba menyelidiki siapa otak di balik s...